TechnoBusiness News
Halau Ancaman Keamanan, Trend Micro Andalkan Machine Learning dan AI
Published
8 years agoon
• Asia Pasifik menjadi target utama serangan ransomware dengan porsi 27% dan 9,82%-nya ditujukan ke Indonesia.
• Sepanjang 2016, Trend Micro berhasil memblokir lebih dari 80 miliar serangan
JAKARTA – Solusi software keamanan hingga saat ini melihat segala sesuatunya dalam hitam dan putih; dienyahkan jika masuk dalam daftar hitam, dan diloloskan jika termasuk dalam daftar putih. Namun, kini ranah ancaman keamanan telah berkembang dan kian canggih yang tidak bisa dilihat secara hitam-putih sehingga tak mudah dikenali lalu kemudian dienyahkan.
“Sudah bukan rahasia lagi jika perusahaan di masa kini menghadapi tantangan besar dengan munculnya beragam ancaman keamanan, baik yang sudah dikenali maupun yang belum,” kata David. Ancaman yang dikenali semakin merajalela. Sepanjang 2016, Trend Micro berhasil memblokir lebih dari 80 miliar serangan. Tidak hanya itu, perusahaan juga harus memerangi ancaman yang tidak dikenali yang tercatat mencapai 500.000 per hari.
Berdasarkan 2016 Global Roundup Report yang dirilis oleh Trend Micro, sebanyak 27% serangan ransomeware diarahkan kepada perusahaan maupun individu di kawasan Asia Pasifik. Menyusul kemudian kawasan EMEA (25%) dan Amerika Latin (22%). Indonesia mendapatkan porsi serangan sebesar 9,82% dari total serangan ransomeware yang menyerang kawasan Asia Pasifik.
Serangan BEC paling populer diderita oleh Bangladesh Central Bank yang berhasil digasak hingga US$81 juta oleh para hacker pada Februari tahun lalu.
Tahun lalu juga ditandai dengan rekor baru jenis pemerasan online dan meledaknya pertumbuhan keluarga ransomeware baru dengan angka peningkatan mencapai 752% dan kerugian mencapai US$1 miliar. Tindak kejahatan melalui serangan Business Email Compromise (BEC) dan Business Process Compromise (BPC) seperti mendapat momentum tahun lalu di kawasan Asia Pasifik. Serangan BEC paling populer diderita oleh Bangladesh Central Bank yang berhasil digasak oleh para hacker hingga US$81 juta pada Februari tahun lalu.
“Banyaknya serangan yang bertubi-tubi mengingatkan akan pentingnya perusahaan memperkokoh keamanan, serta mengadopsi strategi pendekatan keamanan cross-generational dalam mengatasi gelombang ancaman yang dikenali maupun bangkitnya ancaman yang tidak dikenali yang memang dirancang untuk mengelak dari sergapan solusi kemanan konvensional,” imbuh David.
Trend Micro memprediksi tahun ini akan ramai dengan serangan baru yang semakin meluas dan mendalam. Para aktor atau penjahat cyber diperkirakan akan semakin mampu menciptakan taktik serangan yang kian beragam memanfaatkan setiap peluang dari pesatnya perkembangan teknologi. “Para penjahat cyber juga akan memperluas cakupan serangan mereka,” kata David.
Baca Juga: Mampukah Samsung Galaxy S8 Memulihkan Citra Samsung?
Guna menghadapi kian meningkatnya beragam serangan yang tidak dikenali itu, Trend Micro menghadirkan teknologi XGen yang tertanam di tiga solusi keamanan mereka yakni Hybrid Cloud Security, Network Defense, dan User Protection. Trend Micro XGen merupakan teknologi lintas generasi yang menggunakan machine learning dan artificial intelligent (AI) untuk mengenali tidak hanya ancaman keamanan hitam-putih yang jelas tapi juga ancaman keamanan di area abu-abu.
Digunakan bersama teknik tradisional seperti web & file reputation, exploit prevention, dan application control, machine learning dan kecerdasan buatan digunakan sebagai benteng terakhir setelah melalui penyaringan yang disebut di atas. Teknologi XGen yang didukung machine learning diklaim mampu meningkatkan akurasi pendeteksian aktivitas jahat. Trend Micro telah membenamkan teknologi XGen ini pada produk Deep Security 10 untuk perlindungan keamanan server di lingkungan Hybrid Cloud dan solusi keamanan jaringan Trend Micro TippingPoint.**
—Andrianto, TechnoBusiness Indonesia ● Foto-Foto: Trend Micro