Published
8 years agoon
PURJONO AGUS SUHENDRO, Editor in Chief TechnoBusiness Indonesia
Indra Yonathan menceritakan tentang model bisnis ShopBack, bagaimana strateginya masuk ke pasar Indonesia, dan posisi ShopBack Indonesia dibanding ShopBack Malaysia, Singapura, dan lainnya.
ShopBack didirikan pada pertengahan 2014 di Singapura. Bagaimana ceritanya sehingga bisa masuk ke lima negara lainnya seperti sekarang ini?
Ya, ShopBack didirikan di Singapura. Kemudian kami berekspansi ke Malaysia dan Filipina. Habis itu masuk ke Indonesia, Taiwan, dan India. Jadi, dalam 1,5 tahun ini kami sudah masuk ke enam negara.
Jadi, model bisnis ShopBack itu sama dengan agen. Kami itu agen e-commerce di Indonesia. Tugas agen adalah agar mitranya mendapatkan order sebanyak-banyaknya. Di lain pihak, agen itu mendapatkan komisi. Nah, ShopBack sebagai agen juga mendapatkan komisi dari merchant-merchant e-commerce.
Bedanya agen dengan kami adalah komisi yang kami dapatkan kami bagikan kembali ke pelanggan. Jadi, kalau Anda ke travel agent, travel agent-nya akan mendapatkan komisi. Komisi itu dibagikan lagi kepada Anda. Itu yang kami lakukan setiap hari.
Setiap hari pekerjaan kami ya membantu konsumen untuk belanja lebih pintar. Makanya, slogan kami “Solusi Belanja Cermat dan Hemat, ShopBack-in Aja”. Karena setiap kali berbelanja lewat ShopBack, mereka akan mendapatkan cashback.
Misalnya, kami dapat komisi 5%. Kami berikan komisi itu 3-4% kepada konsumen. Kami hanya mengambil 1%. Jadi, model bisnisnya seperti itu.
Kalau begitu, negosiasi dengan merchant e-commerce menjadi kunci…
Iya. Biasanya merchant sangat suka bekerja sama dengan kami. Apalagi semua e-commerce di Indonesia sedang pusing memikirkan bagaimana caranya supaya bisa mengalokasikan marketing budget secara efektif dan efisien.
Kalau dengan ShopBack, sudah pasti efektif karena kami hanya menerima komisi jika kami mendapatkan order. Bukan hanya menerima order, kami juga menjamin ordernya itu dibayar.
Di Indonesia, transaksi e-commerce masih banyak yang menggunakan sistem transfer bank. Bagaimana strategi mengatasinya?
Kalau seumpamanya ada pelanggan yang dalam tiga hari setelah order tidak membayar, artinya tidak terjadi transaksi, kami tidak mengenakan komisi kepada merchant. Kami satu-satunya marketing platform di Indonesia yang bisa menjamin itu.
Biasanya yang ada menggunakan pola cost per click. Setiap klik ada biayanya. Kalau kami cost per order. Bahkan, bukan sekadar cost per order, melainkan cost per valid order. Harus divalidasi. Kalau sudah, mereka baru memberikan komisi yang komisi itu sebagian kami kembalikan kepada konsumen.
Oleh sebab itu, dalam waktu singkat, kami sudah memiliki 130 mitra e-commerce yang bergabung dengan ShopBack Indonesia.
Kalau di Asia Tenggara sudah memiliki 1.000 lebih mitra e-commerce. Yang terbanyak di mana?
Singapura karena mereka sudah lebih lama.
Bagaimana kinerja ShopBack Indonesia jika dibandingkan dengan ShopBack di lima negara lainnya?
Indonesia sekarang sudah yang paling besar, walaupun umurnya baru dari Maret 2016.
Paling besar dari sisi apa?
Dari sisi jumlah order. Memang jumlah merchant-nya lebih sedikit, tapi ordernya lebih banyak. Kami sudah dua kali lipatnya Malaysia. Dibanding Singapura, kami juga sudah 2-3 kali lipatnya.
Bagaimana strategi Anda agar konsumen mau berbelanja lewat platform ShopBack?
Pekerjaan rumah utama kami adalah edukasi. Sebab, bisnis seperti ini sangat baru di Indonesia dan orang belum familiar. Jadi, strategi kami adalah mengedukasi bagaimana caranya agar masyarakat Indonesia tahu akan hal ini.
Maka dari itu, kami menggunakan istilah “ShopBack-in Aja”. Mungkin ada orang yang penasaran dengan istilah “ShopBack-in Aja” itu apa. Artinya, Anda beli barang di e-commerce yang bekerja sama dengan kami, secara bersamaan Anda akan mendapatkan cashback. Cashback itu kemudian bisa ditransfer ke rekening Anda.
Selama ini yang paling bagus di kami adalah referral program. Word of mouth, tapi ada komisinya. Jadi, ketika Anda memberitahukan kepada teman Anda tentang ShopBack, Anda akan mendapatkan cashback bonus. Seperti itu di Indonesia belum biasa.
Apa bedanya dengan member get member?
Bisa dibilang begitu, cuma bedanya kalau member get member harus berjualan dulu, sedangkan kami hanya memberitahukan kepada orang lain saja sudah mendapatkan komisi.
Sejak berdiri sampai sekarang, ShopBack telah mengumpulkan pendanaan senilai US$1,1 juta. Sudah ada perkembangan terbaru soal pendanaan?
Info terbarunya nanti pada 2017 akan ada lagi. Nanti Anda orang pertama yang akan saya kasih tahu. Hahahaha…
Awal tahun?
Tidak awal banget sih.
ShopBack didirikan oleh tim dari inkubator global Rocket Internet asal Jerman. Apakah tim secara individual atau mewakili Rocket?
Kebanyakan dari Zalora dan Lazada. Saya sendiri dari Lazada. Saya diajak untuk mengepalai ShopBack Indonesia. Jadi, kami tidak ada hubungannya dengan Rocket Internet.**
TechnoBusiness Indonesia
Alibaba Reduces Heatstroke Risk at Tokyo 2020 with Cloud
TokoTalk: “Kami Berangkat dari Layanan Berbasis Chatbot”
Shopee, E-commerce Paling Populer di Asia Tenggara
Hadi Kuncoro: E-commerce Perbanyak Barang Impor Itu Begini Hitung-Hitungannya…
Jumlah Pengguna Domain .id Terus Meningkat
E-commerce Indonesia Tumbuh di Atas Rata-Rata Global
10 Tren Teknologi Pemerintahan 2019-2020 Versi Gartner
E-commerce Melesat, Toko Offline Meredup
China jadi Pasar E-commerce Terbesar Dunia