TechnoBusiness View
Kita, China, dan Teknologi 5G
Published
6 years agoon
TechnoBusiness View ● Tahun sudah berganti, tapi kita belum apa-apa. Mereka sudah menikmati 5G, tapi kita baru mencoba 4G.
Harus diakui bahwa kita memang bukan sarang inovasi. Di bidang teknologi, kita hanyalah pengguna. Pengguna yang setia.
Sampai hari ini, teknologi yang hebat selalu datang dari Barat. Kalau pun ada yang dari Timur, itu belum menjamur.
Baca Juga: Sri Mulyani, Kopi, dan Kecemasan Orang Amerika
Itu bukti jika kita memang masih kalah hebat. Itu bukti jika kita memang masih kalah cepat.
Di ranah telekomunikasi, misalnya, kita ramai di atas jaringannya. Tapi, kita sepi dalam pengembangannya.
Jaringan 5G mengantarkan data lebih cepat dibanding 4G. Bahkan, 1.000 kali lebih cepat.
Kita hanya terdiam untuk setia pada teknologi lama kalau memang teknologi baru mereka belum tiba.
Belum lama ini, tepatnya pertengahan Januari, kita mendapat kabar dari China. Kabar itu sungguh luar biasa.
ZTE Corporation (SEHK: 0763 /SESZ: 000063), salah satu perusahaan penyedia solusi telekomunikasi mereka, telah berhasil menggelar panggilan telepon 5G pertama di dunia.
Baca Juga: Satu Dekade Pasca Runtuhnya Lehman Brothers
Membuat gebrakan itu, ZTE dibantu China Unicom atau China United Netcom (Hong Kong) Limited (SEHK: 0762, SSE: 600050, NYSE: CHU), perusahaan telekomunikasi milik negara yang berbasis di Beijing.
ZTE mengerahkan segala perangkat, termasuk ponsel pintar 5G-nya, sedangkan China Unicom menyediakan jaringan Shenzhen 5G.
Panggilan itu menggunakan gelombang radio yang dibagi sesuai peruntukannya. Misalnya, kata BBC News, untuk aeronautical, sinyal navigasi maritim, siaran televisi, atau mobile data.
Panggilan pertama dalam moda NSA berstandar 3GPP Rel-15 itu juga sekaligus menuntaskan verifikasi beragam layanan seperti panggilan suara grup via WeChat, konferensi video, dan penjelajahan internet.
Jaringan 5G mengantarkan data lebih cepat dibanding 4G. Bahkan, 1.000 kali lebih cepat, yakni mencapai 1,4 Tbps atau 1.400 Mpbs.
Baca Juga: Membaca Politik Ekonomi Trump
Dengan 5G, seperti ditulis Kompas, kita bisa mengunduh satu film berukuran 800 MB hanya dalam waktu kurang dari 1 detik. Dengan 4G, paling cepat 40 detik.
Percayalah, kita yang di Indonesia, mengunduh 800 MB dalam 40 detik itu pun belum merasakan. Jauh tertinggal, bukan?
ZTE dan China Unicom mengerahkan segala perangkat dan jaringan demi mengomersialisasi 5G.
Sementara itu, kabar dari China bukan satu-satunya. ZTE dan Beijing menyatakan sebagai yang pertama, tapi Korea Selatan juga.
Pada 1 Desember 2018, SK Telecom (KRX: 017670, NYSE: SKM), operator telekomunikasi milik SK Group yang berbasis di Seoul, juga telah secara resmi menggelar layanan 5G secara komersial.
SK Telecom menggelarnya bersama dua operator seluler lain, yaitu KT Corporation (KRX: 030200) dan LG Uplus Corp (KRX: 032640).
Baca Juga: “Karpet Merah” Mahathir untuk Investor China
Kok, China dan Korea saling mengklaim sebagai yang pertama? Rupanya China mulai menerapkannya di perangkat gadget, sedangkan Korea memulainya dari segmen entreprise.
Myunghwa Co Limited, produsen komponen mobil berbasis di Seoul, seperti dilaporkan oleh Korea Times, menjadi pengguna pertama jaringan 5G di Korea.
Myunghwa memanfaatkan 5G dari SK Telecom dan kawan-kawannya itu untuk mengakomodasi teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di pabriknya.
Kita, di bagian Timur mereka, sedang apa? Jawabnya, sedang menunggu maksimalnya jaringan 4G di seluruh negeri, yang sebagian masih 3G.
Kita masih menunggu teknologi terbaru itu sampai sini, seraya menikmati enaknya beriuh rendah di jejaring sosial Facebook, Twitter, Instagram, dan lain sebagainya.
Begitulah kalau kita terlahir bukan sebagai bangsa penggiat inovasi, walau ahli mengakali. Begitulah kalau kita terlahir bukan sebagai bangsa mandiri, tapi pengguna yang hakiki.●