TechnoBusiness News
Batal Merger dengan Gojek, Grab Akan IPO di Bursa Amerika
Published
4 years agoon
Grab berencana melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di bursa Amerika setelah gagal merger dengan Gojek.
Singapura, TechnoBusiness SG • Setelah upayanya untuk merger dengan sang rival, Gojek, batal, raksasa ride-hailing di Asia Tenggara Grab akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) di bursa Amerika.
Baca Juga: Harga XLM Naik 600% dalam Setahun, Kalahkan Bitcoin
Menurut seorang sumber seperti yang dikutip Reuters pada Senin (18/1) mengatakan kinerja Grab amat bagus sehingga didorong untuk melakukan IPO yang berpotensi mengumpulkan dana hingga US$2 miliar.
Tidak hanya ride-hailing, layanan Grab telah berkembang pesat menjadi mobile platform offline to online (O2O) terbesar di kawasan regional. Itu termasuk layanan pesan antarmakanan (food delivery services) yang potensial.
Grab didirikan oleh Anthony Tan dan Tan Hooi Ling di Malaysia pada Juni 2012. Sejak berkantor pusat di Singapura, investasi demi investasi mengucur ke Grab. Grab pun berkembang pesat, bahkan jauh meninggalkan Gojek.
Baca Juga: Nilai Penjualan E-commerce Global 2021 Dekati US$5 Triliun
Atas dukungan SoftBank Group Corp, Mitsubishi UFJ Financial Group, dan sejumlah investor lainnya, kini Grab telah mencatatkan valuasi lebih dari US$16 miliar dan menjadi perusahaan rintisan paling bernilai di Asia.
Itu berarti valuasi satu perusahaan Grab hampir sama dengan valuasi gabungan antara Gojek dan Tokopedia, salah satu e-commerce terbesar di Indonesia, yang dinilai mencapai US$18 miliar.
Karena kinerja Grab cukup baik, Group Deputy CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar mengatakan mungkin inilah waktu yang tepat bagi Grab untuk masuk ke Bursa.
Baca Juga: Tiang Lim Foo jadi Venture Partner Next Billion Ventures
“Kinerja perusahaan yang bagus akan menarik kepercayaan pasar sehingga dana yang dikumpulkan melalui IPO bisa besar,” ungkapnya kepada TechnoBusiness SG pada Selasa (19/1).
IPO Grab berpotensi mengumpulkan dana hingga US$2 miliar.
Lagi pula, Grab lumayan inovatif di pasar yang paling berkembang di dunia. Karena itu, mudah-mudahan nasibnya tidak seperti Uber, perusahaan ride-hailing di Amerika yang mayoritas sahamnya juga dimiliki oleh SoftBank Group.
Pada pertengahan Mei 2019, Uber mencatatkan sahamnya di New York Stock Exchange (NYSE). Uber berharap valuasi sahamnya mencapai US$120 miliar pada saat itu, tapi nyatanya hanya bernilai US$75,46 miliar.
Baca Juga: Grab Financial Group Raih Pendanaan US$300 Juta dari Hanwha
Kenyataan yang jauh dari ekspektasi sebelumnya itu disebabkan oleh anjloknya saham Uber, bahkan sejak hari pertama perdagangannya di Bursa New York.
[the_ad id=”13590″]
Kala itu, saham Uber ditawarkan ke publik dengan kisaran harga antara US$44-50 per saham. Tapi nyatanya, perdagangan dimulai dengan harga hanya US$42 per saham.
“Saya kira SoftBank Group sudah sangat berpengalaman dalam hal ini dan tentu mereka tidak mau kejadian seperti Uber terulang lagi di Grab atau lainnya,” ujar Jeffrey.•
—Michael A. Kheilton, TechnoBusiness SG • Foto: Grab
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.
You may like
-
Grab Raih Pendanaan US$ 200 Juta dari Stic Investments
-
Grab Raih Pendanaan US$700 Juta dari Mitsubishi UFJ Financial Group
-
Masayoshi dan Oleh-Olehnya untuk Indonesia
-
Bloomberg: Grab Incar Startup Pembayaran 2C2P, tapi Ditolak
-
Wow, Pendapatan GrabFood Tumbuh 45 Kali Lipat
-
Neneng Goenadi Perkuat Grab Indonesia
-
Tingkat Kecurangan di Industri Ride-Hailing Tinggi?
-
Hyundai dan Kia Investasi US$250 Juta di Grab
-
Alasan Booking Holdings Berinvestasi di Grab