TechnoBusiness News
Bisnis Makanan Cepat Saji Tumbuh, Bisnis GapMaps pun Tumbuh
Bisnis makanan cepat saji di Indonesia tumbuh pesat, bisnis GapMaps juga turut tumbuh.
Published
3 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● GapMaps, pengembang perangkat lunak pemetaan berbasis cloud yang didirikan di Docklands, Victoria, Australia, pada 2013, ketiban berkah seiring tumbuhnya bisnis makanan cepat saji di Indonesia.
Tumbuhnya bisnis makanan cepat saji itu dipengaruhi oleh pergeseran perilaku konsumen dari pola konvensional ke pembelian secara digital. Permintaan pola pembelian baru itulah yang membuat pebisnis ramai-ramai membangun saluran pemasaran baru.
Baca Juga: PLDT dan Smart Amankan Transaksi Pelanggan dengan Vesta
Karena itu, permintaan data dan wawasan pasar yang memungkinkan para pebisnis makanan cepat saji mampu mengemas strategi pemasaran yang tepat juga meningkat. Semua itu menjadi layanan yang disediakan oleh GapMaps.
GapMaps pun masuk ke pasar Indonesia semula berawal dari kerja sama dengan PT Mitra Adiperkasa Tbk. (IDX: MAPI) pada 2016. Perusahaan ritel ternama itu ingin memanfaatkan teknologi GapMaps untuk jaringan Starbucks, Burger King, dan Domino’s.
Selain itu, Planning Market Director GapMaps Tim Shaw menceritakan memang beberapa merek global yang sudah menjalin kerja sama di Australia menganjurkan agar GapMaps memasuki pasar baru agar mereka tetap bisa menggunakan teknologinya.
Didirikan pada 2013, GapMaps kini telah hadir di 21 negara, termasuk Indonesia.
Maka, menurut founder dan Managing Director GapMaps Anthony Villanti, sejak 2018 GapMaps telah menambah lima pasar baru dan memperoleh pendapatan dua digit setiap tahunnya. Hingga kini, GapMaps telah hadir di 21 negara, termasuk Indonesia.
Dari semua pasar itu, layanan GapMaps digunakan oleh lebih dari 500 merek, terutama di Australia, Selandia Baru, Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Eat’n’Go, pemegang waralaba Domino’s, Cold Stone, dan Pinkberry di Kenya dan Nigeria, juga memanfaatkan GapMaps.
“Pertumbuhan tersebut kami alami berkat kemudahan penggunaan dan kecanggihan perangkat lunak pemetaan kami, yang menggunakan data demografi, pemerintah, dan industri termutakhir, untuk membantu klien memilih lokasi toko fisik yang tepat,” jelas Villanti.
Group Managing Director dan CEO Eat’n’Go Pat McMichael mengatakan GapMaps memiliki kemampuan unik untuk menciptakan wawasan dan data informasi lokasi yang berkualitas di beberapa negara yang sangat sulit mendapatkan akses terhadap data.
Di Indonesia, bisnis makanan cepat saji akhir-akhir ini tumbuh empat kali lipat dibanding pertumbuhan populasinya. Akses ke data demografis di beberapa pasar merupakan tantangan tersendiri dan itu menjadi peluang bagi GapMaps untuk tumbuh.
Baca Juga: Booking Holdings Akuisisi Etraveli Group Senilai €1,63 Miliar
Sebab, dengan GapMaps, pebisnis makanan cepat saji atau gerai ritel lainnya dapat menganalisis perbedaan data demografis, industri, dan pemerintah lokal untuk menghasilkan wawasan yang lebih detail dan terperinci.
“Sering kali GapMaps meneliti hingga petak sebesar 100-250 meter untuk menentukan area tangkapan toko yang optimal,” kata Shaw. “Hal tersebut memberi para pelanggan proses dan pengalaman perencanaan pasar yang sama dengan yang GapMaps di Australia.”●
—Purjono Agus Suhendro, TechnoBusiness ID ● Foto: xFrame.io
You may like
-
Pullman Hotels & Resorts Reveals “The Transforming Room” Concept
-
Y&S Insights: Komparasi Implementasi 5G di Indonesia dan Negara-Negara Lain
-
Infor Positioned as a Leader in the 2024 Gartner Magic Quadrant for Cloud ERP
-
Pemasaran Aplikasi Seluler di Asia Tenggara Cukup Potensial
-
Inilah Daftar Pemenang Smarties Indonesia Awards 2024
-
MMA Impact Indonesia 2024 Soroti Dampak Mendalam Digitalisasi
-
Laba Bersih BCA Digital pada Kuartal 3/2024 Tumbuh 532,7%
-
Synnex Metrodata Indonesia Jadi Distributor Devo Technology
-
BPA Broker Hadirkan Solusi Telekonsultasi Kesehatan dr. Barron