Press Release
SIAPA BILANG KEAHLIAN ZAMAN DULU TIDAK BERLAKU LAGI DI ERA DIGITAL INI?
Published
7 years agoon
Selamat datang 2018!
Tahun yang penuh harapan baru, namun juga merupakan tahun yang memberikan tantangan yang lebih besar bagi kita semua.
Di penghujung 2017 kemarin, tiba-tiba kita mendengar kabar bahwa majalah “Rolling Stone” versi Indonesia tutup, menyusul kafenya yang sudah enam bulan lebih dulu. Tidak sedikit netizen yang menyatakan kaget, bagaimana “brand” Rolling Stone yang begitu digdaya di “jaman old” bisa runtuh tanpa sisa. Seperti pengguna twitter Gagah Ken Diorama yang men-tweet dengan kalimat “mengawali 2018 dengan kabar Rolling Stone Indonesia tutup.
Perubahan memang tidak bisa dihindari, dan kita harus mengakui bahwa keahlian yang kita miliki di masa lalu bisa jadi tidak cukup untuk menghadapi era disrupsi digital hari ini. Tidak ada satu pun pekerjaan atau bisnis yang aman. Apa yang harus dilakukan para pebisnis untuk menghadapi tantangan baru yang namanya disrupsi digital ini?
TRANSFORMASI. Ya transformasi!
Bicara soal transformasi tentu tidak lengkap rasanya jika tidak membicarakan mengenai sosok Subiakto Priosoedarsono, salah seorang pakar brand dan branding di Indonesia. Dengan pengalaman lebih dari 48 tahun dalam branding lewat packaging, advertising, dan public relations, pria yang lebih akrab dipanggil “Pak Bi” ini telah dikenal dengan berbagai karya branding-nya, di antaranya Kopiko, Indomie, Mayora, Kartu As, Kartu Matrix, SBY-JK, Fauzi Bowo, dan banyak lagi. Pokoknya dari permen sampai presiden.
Pak Bi telah menjadi saksi hidup transisi besar yang terjadi dalam tiga era yang berbeda: Era “Manasuka Siaran Niaga” TVRI yang iklannya direnteng seperti sate pada jam 18.30-19.00 WIB, era Televisi Swasta yang iklannya disebar di semua program, dan era sekarang di mana media televisi sudah bergeser ke era media digital seperti Youtube, Facebook Live, Instastory. Era di mana terjadi gelombang besar internet dan e-commerce.
Yang lebih menarik lagi, ternyata Pak Bi sendiri bukan sekadar pengamat, melainkan juga pelaku aktif di bidang digital, termasuk di bidang social media, terbukti dengan akun Twitter-nya yang di-follow oleh lebih dari 102.000 orang, akun Facebook yang di-follow lebih dari 32.000 orang, dan akun Instagram yang di follow lebih dari 12.000 orang. Sebuah pencapaian yang belum tentu bisa dilakukan oleh semua orang, bahkan oleh kids jaman now yang sudah akrab dengan media sosial sekalipun.
Sebenarnya apa sih kunci sukses yang dimiliki Pak Bi dalam menghadapi transformasi di tiga zaman yang berbeda itu? Pak Bi mengatakan, untuk melakukan transformasi ini kita perlu melakukan tiga langkah berikut:
• Pertama, “Do not denay” jangan bersikap (menyangkal) bahwa dunia telah berubah (perubahan itu pasti) dan semakin disruptif.
• Kedua, Perubahan Mindset, dimulai dari diri kita sendiri. “You are fit to the world” Don’t ask the world to fit you.
• Ketiga, Miliki Growth Mindset. Pemikiran yang berkembang, berani berinovasi, mau belajar serta meninggalkan cara lama yang tidak efektif lagi (Iteration). Dua kata yang penting adalah Creative and Innovative.
Bagaimana detail dari langkah-langkah di atas? Rencananya, Pak Bi akan memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai bagaimana cara menghadapi transformasi digital di seminar yang berjudul “How to Survive and Success in Digital Transformation Era”
Pada sesi yang berjudul “3 Generation Business Transformation Journey”, Pak Bi akan memberi kita pengetahuan mendalam tentang apa yang perlu kita lakukan untuk menghadapi transisi digital dengan sukses.
Seminar itu diadakan pada Kamis, 25 Januari 2018 di Aston Kuningan, Jakarta pada 09.00-17.00 WIB.
Tertarik untuk ikut? Daftarkan diri Anda segera!
———————————————–
Kontak Person:
Arya-TechnoBusiness ID (HP/WA) 081210006368
Siwi-TechnoBusiness ID (HP/WA) 085894935350
Klik https://technobusiness.id/event-seminar
No Business Without Technology
———————————————–
Mari sambut tahun 2018 dengan berani menjawab tantangan untuk melakukan transformasi terhadap diri sendiri dan tempat kita bekerja atau berbisnis.
You may like
-
What’s Hot about Fintech: Why Even Unicorns are Moving Into It?
-
Tak Semua Bisnis Kuliner Tumbuh. Ini Penyebabnya
-
Mengapa Feedr.id Membuka Feedr Academy? Ini Alasannya
-
REGISTER NOW FOR FREE: “How to Compete with The Titan”
-
PowerTalks ID The Series: “How to Compete with The Titan”
-
Lima Alasan Perusahaan E-Commerce Global Harus Masuk ke Pasar Indonesia