TechnoBusiness News
Satukan Keberagaman Budaya, Strategi Jenius Agung Sedayu Group Garap Ecopark PIK 2
Ecopark PIK 2 bukan hanya berfungsi untuk konservasi alam, melainkan juga sebagai pusat wisata religi, wisata budaya, dan wisata belanja.
Ecopark PIK 2 bukan hanya berfungsi untuk konservasi alam, melainkan juga sebagai pusat wisata religi, wisata budaya, dan wisata belanja.
Published
2 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Coba bayangkan, berapa biaya yang harus Anda keluarkan ketika melakukan wisata religi ke sebuah kuil di India, China, Jepang, Korea, Thailand, atau Vietnam? Atau, mungkin wisata halal ke Maroko, Turki, Timur Tengah, dan yang paling dekat ke Haji Lane di Singapura? Tentu tidak sedikit, bukan?
Nah, ke depan Anda tak perlu repot-repot pergi ke luar negeri dengan menghabiskan biaya yang besar dan waktu yang lama demi melakukan wisata budaya atau wisata religi. Sebab, sebentar lagi semua yang Anda cari bisa ditemukan di Jakarta, tepatnya di kawasan Ecopark Pantai Indah Kapuk (PIK) 2.
Baca Juga: Luno Hadirkan Aset Kripto Avalanche (AVAX) dan Polygon (MATIC)
Saat ini, pengembang properti Agung Sedayu Group bekerja sama dengan konglomerasi bisnis Salim Group sedang mengembangkan Ecopark seluas 54 hektare dari 2.650 hektare luas total PIK 2. Ecopark seluas itu akan menjadi kawasan wisata religi, wisata budaya, dan wisata belanja yang menarik.
Menurut Rida Sobana, Direktur DP Architects, perusahaan arsitektur dan tata kota multinasional asal Singapura yang membantu merancang desain arsitektur Ecopark PIK 2, sebagai kota mandiri, sejatinya PIK 2 membutuhkan ruang terbuka hijau sebagai “paru-parunya”.
Ruang terbuka hijau itulah yang kemudian dinamakan Ecopark—yang di tengah-tengahnya terdapat danau seluas 23,5 hektare. “Ecopark tersebut berfungsi sebagai konservasi alam, termasuk konservasi air yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya banjir,” ungkapnya kepada media pada pertengahan Februari lalu.
Di sekeliling danau dirancang menjadi pusat wisata religi, wisata budaya, dan wisata belanja. Agung Sedayu Group membaginya dalam delapan zona, antara lain Zona Halal, Zona Gereja Katolik dan Goa Maria, Zona Kuil Thailand, Zona Kuil Shiva Mandhir India, Zona Kuil Tiongkok, Zona Kuil Korea, Zona Kuil Jepang, dan Zona Kuil Vietnam.
Agung Sedayu Group mampu memaksimalkan fungsi Ecopark-nya menjadi kawasan konservasi alam sekaligus pusat wisata religi, wisata budaya, dan wisata belanja berkelas dunia.
Di Zona Halal, misalnya, bakal terdapat Masjid Agung PIK 2 yang mampu menampung hingga 6.000 jamaah. Ada juga Haji Lane Food Street dan Geylang Serai Market, dua kawasan wisata halal yang sebelumnya amat populer di Singapura. Ditambah pusat-pusat komersial lain yang bercorak budaya Islam dunia.
Lalu, di sekitar kuil Tiongkok, terdapat area komersial Chinatown; di Zona Kuil Jepang ada Nippon Village. Selanjutnya, ada Insadong Street (di Zona Kuil Korea), Little Hanoi (Vietnam), Old Delhi (India), Little Bangkok (Thailand), dan La Piccola (di Zona Gereja Italia). Setiap zona berdesain arsitektur sesuai tema zonanya.
Untuk menuju zona satu ke zona lainnya, pengunjung dapat menyusuri taman yang indah, area jalan kaki yang nyaman, atau menyeberangi danau menggunakan perahu alias water taxi. Semua pengalaman itu diyakini amat menyenangkan karena pengunjung bisa menikmati beragam objek wisata religi, wisata budaya, dan wisata belanja dalam satu lokasi sekaligus.
“Dengan begitu, Ecopark PIK 2 bisa menjadi gerbang menuju ke tempat-tempat populer di seluruh dunia, merasakan langsung budayanya, dan sebagai tempat pembelajaran untuk saling menghargai budaya satu sama lain,” kata Rida. Karena itu, Ecopark PIK 2 disebut juga sebagai “The Window of The World”.
Melihat konsep pengembangan Ecopark PIK 2, Jeffrey Bahar, COO Spire Research and Consulting, perusahaan riset dan konsultasi bisnis global yang berpusat di Tokyo, Jepang, menilai itu merupakan strategi bisnis yang sangat jenius (genius business strategy).
Betapa tidak, alih-alih membiarkan kawasan tata ruang hijau sekadar ditumbuhi pepohonan dan genangan air, Agung Sedayu Group justru mampu memaksimalkan fungsinya menjadi sebuah pusat wisata religi, wisata budaya, dan wisata belanja berkelas dunia.
Baca Juga: NASL by Nagita Slavina Luncurkan Koleksi Terbaru di Shopee
“Jadi, kita tidak perlu lagi jauh-jauh ke luar negeri untuk melakukan wisata religi karena di dalam negeri sudah ada. Apalagi, semua budaya bisa dijumpai di satu tempat. Sebaliknya, mungkin saja pelancong-pelancong mancanegaralah yang justru beramai-ramai melakukan wisata religi, wisata budaya, dan wisata belanja ke Ecopark PIK 2 nantinya,” ungkap Jeffey.
Bukan hanya itu, konsep yang disuguhkan Ecopark PIK 2 juga memberi makna mendalam tentang pentingnya bersatu dalam keberagaman religi dan budaya. “Saya mengapresiasi Agung Sedayu Group yang membangun Ecopark PIK 2, karena selain sehat dari sisi lingkungan, sosial, ekonomi, juga sehat dari sisi keberagaman,” ujar Harun Mahbub Billah, Redaktur Pelaksana KLY. “Kita butuh inisiasi-inisiasi semacam itu di tengah isu intoleransi yang berkembang di Tanah Air.”●
—Purjono Agus Suhendro, TechnoBusiness ID ● Foto-Foto: Agung Sedayu Group
Realme C75 Jadi Smartphone Paling Tahan Lama di Dalam Air
Canon Selphy QX20, Printer Foto Portabel nan Cepat dan Praktis
Alto Network Jalin Kemitraan dengan MotionPay, E2Pay, Bank Jago
B. Braun Indonesia Resmikan Fasilitas Technical Service Baru
Kinerja Kinclong, Carro Raih Investasi Strategis dari Woori Venture
PNM Dukung Kementerian BUMN Tingkatkan Daya Saing UMKM
Ketika GenAI Jadi Penentu Kemenangan Persaingan Perusahaan
Grab Pilih Cloud AWS untuk Dukung Inovasi dan Pertumbuhan
4,6 Juta Serangan Siber di Indonesia pada Kuartal 3/2024 Diblokir