Jeffrey Bahar
Pelajaran dari Yahoo!
Published
8 years agoon
Oleh Jeffrey Bahar, Deputy CEO Spire Research and Consulting
Ketika armada-armada American Airlines pada awal 1990-an terbang semakin tinggi dan merajai hampir seluruh destinasi penerbangan di dunia, Jerry Yang dan David Filo tengah asyik memecahkan satu keinginan mereka: membentuk perusahaan dunia maya. Awal 1994, apa yang mereka cita-citakan benar-benar terwujud. Lahirlah perusahan internet bernama Yahoo!
Terlepas dari itu, Yang, Filo, dan Yahoo! memang satu-kesatuan dari perkembangan internet global yang fenomenal. Pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an, siapa yang tidak menggunakan Yahoo!? Siapa yang tidak melakukan pencarian di Yahoo! Search? Siapa yang tidak berkirim surat via Yahoo! Mail? Siapa yang tidak chatting dengan Yahoo! Messenger?
Walhasil, popularitas Yahoo! terus menanjak, pendapatannya semakin meningkat, valuasinya pun kian menggelembung. Kebetulan Yahoo! memang lahir pada masa terjadinya gelembung dotcom (dotcom bubble), gelembung yang dipicu penemuan teknologi world wide web, yang menyebabkan nilai saham situs berawalan e- dan berakhiran .com melonjak tajam.
Hingga akhirnya Yahoo! dikenal sebagai raja internet bernilai US$125 miliar. Tentu saja, kekayaan Yang dan Filo juga terkerek naik. Mereka pun berani mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang sekiranya menarik, seperti Broadcast.com, radio internet yang didirikan Christoper Jaeb, Todd Wagner, dan Mark Cuban pada September 1995, seharga US$5,7 juta pada April 1999. Itu menjadi akuisisi termahal Yahoo!
Sebagai raja, Yahoo! memiliki pengguna yang sangat banyak di seluruh dunia. Namun, pada saat yang sama, penggunanya mulai merasa resah karena layanan-layanan Yahoo! dianggap kurang aman. Pada saat yang sama pula, Google muncul. Andaikan Yahoo! pintar, jangan biarkan Google besar dan menjadi kompetitor yang kuat dengan: memperbaiki sistem keamanan internal sekaligus, misalnya, mengakuisisi sang rival itu.
Sepertinya kala itu Yang dan Filo kurang waspada, atau malah sengaja meremehkan sang follower. Kalau benar menganggap remeh, itu artinya mereka lupa pada diri sendiri. Mereka lupa bahwa Yahoo! yang baru lahir tiba-tiba bisa menjadi raja teknologi dunia. Terbukti, kini Yahoo! bukan apa-apanya dibanding Google. Apa yang menjadi andalan Yahoo! telah dimiliki semua oleh Google.
Hah, US$4,83 miliar? Semua pasti menggeleng-gelengkan kepala. Sebuah perusahaan yang pada masa kejayaannya bernilai US$125 miliar, kini hanya dihargai dengan akuisisi yang sangat amat kecil. Menyedihkan bukan? Tapi, Yahoo! tidak sendiri. Research in Motion, produsen ponsel pintar BlackBerry asal Kanada, akhirnya juga terseok-seok setelah berkibar sebentar. Nokia, rajanya ponsel fitur global asal Finlandia, sekonyong-konyong tak berdaya walau tak goyah beberapa dekade pada masanya.
Semua itu, jika dirumuskan, ada satu pelajaran yang sangat penting dan menarik, yakni mereka kurang antisipatif. Mereka memang sudah berada di zaman teknologi, bahkan mereka sendiri perusahaan teknologi, tapi mereka lupa bahwa teknologi itulah yang mampu mengubah semuanya menjadi amat cepat. Kompetitor yang baru lahir bisa tiba-tiba menggeser raksasa karena kebaruan teknologinya.
Yang pasti, meski di tangan pemilik baru, Yahoo! semakin sulit melawan Google yang sudah terlanjur menggurita ke mana-mana. Sepertinya Yang dan Filo justru konsisten mengikuti American Airlines yang pada pertengahan 2010 juga mulai sibuk mencari pembeli, bangkrut pada November 2011, dan harus merger dengan US Airways Group 1,5 tahun kemudian.**
[blockquote style=”3″]
Data TechnoBusiness ID
[/blockquote]
You may like
-
Permata Baru di Industri Pelabuhan
-
Berkah Negeri Seribu Momen
-
Wow, Pendapatan GrabFood Tumbuh 45 Kali Lipat
-
Penjelasan Spire Research Tentang Riset “Fraud” Go-Jek dan Grab
-
Indonesia di Mata Investor Jepang
-
Industri Waralaba Malaysia Lebih Berkembang
-
Digitisation + Digitalisation = Digital Transformation
-
Enam Kemajuan Grab Pasca Kolaborasi dengan Microsoft
-
RedBus Permudah Pembelian Tiket Bus Sinar Jaya