Jakarta,TechnoBusiness Exclusive●Tak terbantahkan bahwa pasar perkantoran Jakarta melemah akibat pandemi COVID-19 sama seperti pasar di kota-kota dunia lainnya.
Hal itu diungkapkan oleh Nonny Subeno, Executive Director Cushman & Wakefield Indonesia, perwakilan perusahaan jasa properti komersial dari Cushman & Wakefield Plc (NYSE: CWK) asal Chicago, Illinois, AS.
Dalam TechnoBusiness Exclusive bersama Purjono Agus Suhendro, Nonny menyampaikan bahwa pasar perkantoran Jakarta semakin melemah ketika PPKM darurat Jawa-Bali diberlakukan.
Berikut penjelasan lengkap Nonny Subeno terkait dampak pandemi yang berkepanjangan terhadap pasar perkantoran di Jakarta belum lama ini.
Dalam laporan MarketBeat Cushman & Wakefield pada September 2020 hingga yang terbaru pada Agustus 2021 disebutkan bahwa pasar perkantoran di Jakarta melemah akibat pandemi COVID-19. Bisa digambarkan kembali kondisi pasar perkantoran di Ibu Kota saat ini?
Kondisi pasar perkantoran di CBD Jakarta hingga Agustus 2021 masih menunjukkan tren yang melemah akibat pandemi COVID-19, khususnya ketika diberlakukannya PPKM darurat di awal Juli yang terus berlanjut hingga Agustus ini.
Seberapa besar pengaruh dari pembatasan untuk bekerja dari rumah (work from home/WFH) selama pandemi terhadap permintaan pasar perkantoran di Jakarta?
Advertisement
Dampak WFH cukup besar karena banyak perusahaan yang menahan ekspansi maupun relokasi yang telah direncanakan sebelumnya. Bahkan, ada juga yang memutuskan tidak melanjutkan sewanya (early termination) dan relokasi ke bangunan non-perkantoran seperti ruko atau rumah yang harga sewanya lebih murah.
Dengan adanya pandemi, benarkah perilaku penyewa ruang kantor berubah, yakni dengan memilih pola hybrid (50% hari WFO, 50% hari WFH). Apakah itu juga akan mengancam bisnis perkantoran ke depan?
Ya, pandemi memang telah mengubah pola dan perilaku penyewa ruang kantor dan berdasarkan riset Cushman & Wakefield global pola hybrid diproyeksikan akan menjadi tren utama.
Dalam jangka pendek, pola hybrid memang dapat mengurangi permintaan ruang, tapi pada jangka waktu yang lebih panjang bisnis perkantoran diperkirakan masih dapat berkembang karena ekspansi ruang dan relokasi akibat membaiknya kegiatan bisnis perusahaan-perusahaan.
Advertisement
Selain itu, rasio kebutuhan ruang kantor per orang diperkirakan akan kembali membesar setelah sebelum pandemi sempat mengalami tren share space (compact).
Seberapa banyak perusahaan yang mempersempit (downsizing), bahkan menutup, ruang kantor mereka demi efisiensi karena pandemi?
Dari data penyerapan yang kami miliki, selama 2020 telah terjadi pengurangan ruang kantor di area CBD sebesar 82.400 meter persegi (m2). Tren downsizing masih berlanjut selama enam bulan pertama 2021, yaitu terjadi pengurangan ruang kantor sebesar 56.300 m2.
Sebagai property management company yang juga mengelola banyak ruang perkantoran, bagaimana Cushman & Wakefield menyiasati penurunan permintaan ruang perkantoran saat ini?
Penurunan permintaan akibat pandemi tidak dapat dihindari. Atas penurunan permintaan, pengelola tetap berupaya maksimal untuk mempertahankan penyewa yang sudah ada dengan memberikan services sebaik mungkin atau pun kebijakan-kebijakan yang menarik.
Advertisement
Strategi apa yang diterapkan Cushman & Wakefield agar para penyewa ruang kantor tetap bertahan untuk menyewa dengan luasan yang sama atau setidaknya tidak hengkang dari gedung kelolaan?
Memberikan kebijakan-kebijakan yang dapat membantu penyewa untuk tetap bertahan seperti memberikan keringanan dalam masa pembayaran harga sewa dan service charge menjadi bulanan (biasanya per 3 bulanan), meningkatkan komunikasi dengan para penyewa dan penerapan teknologi.
Tidak ada keringan harga sewa/service charge yang diberikan, kecuali untuk ritel sebagai pendukung di gedung perkantoran. Tapi, hanya sedikit sekali yang diberi keringanan harga sewa dan service charge.
Seberapa besar pengaruh fasilitas ruang perkantoran terhadap minat ruang sewa kantor bagi perusahaan-perusahaan penyewa?
Sangat membantu jika gedung itu mempunyai pilihan fasilitas yang semakin lengkap karena akan menambah nilai bagi gedung itu sendiri. Bagi property management, salah satunya lebih mudah untuk menyewakan ruang perkantoran yang ada.
Advertisement
Kriteria gedung-gedung perkantoran seperti apa yang dikelola Cushman & Wakefield? Apakah lebih banyak yang berkelas premium dan berlokasi di CBD?
Gedung perkantoran yang dikelola Cushman & Wakefield bervariasi, mulai dari gedung Grade A Premium, Grade A, hingga Grade B. Tapi, yang kami kelola lebih banyak gedung Grade A karena gedung Grade A Premium masih terbatas jumlahnya di CBD Jakarta.
Apakah Cushman & Wakefield juga lebih menargetkan penyewa dari perusahaan-perusahaan besar?
Cushman & Wakefield menargetkan perusahaan-perusahaan, baik multinasional maupun lokal. Seperti yang kami jelaskan tadi, pengurangan ruang perkantoran tidak hanya terjadi di perusahaan-perusahaan skala kecil, tapi juga skala besar.
Di sisi lain, banyak juga perusahaan skala kecil yang saat ini justru berkembang pesat menjadi perusahaan berskala besar. Oleh karena itu, Cushmand & Wakefield selalu mencoba untuk jeli melihat peluang di pasar.
Bagaimana pola pembayaran sewa ruang kantor yang dikelola Cushman & Wakefield? Selama pandemi, banyak penyewa ruang kantor yang terimbas pandemi. Selain menyesuaikan harga yang menurun, apakah Cushman & Wakefield menawarkan keringanan pembayaran lainnya? Seperti apa misalnya?
Advertisement
Keringanan dalam proses pembayaran, dari semula tiga bulan di muka menjadi bulanan.
Mengelola gedung perkantoran tentu sangat kompleks karena juga berhubungan dengan pengelola beragam fasilitas seperti pengelola perparkiran, pengelola internet, pengelola dapur umum (cloud kitchen), pengelola data center, dan lain sebagainya. Apakah Cushman & Wakefield mengelola itu semua sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain?
Bekerja sama dengan pihak lain
Berapa gedung perkantoran di Indonesia, khususnya Jakarta, yang dikelola oleh Cushman & Wakefield saat ini? Berapa peningkatannya setiap tahun?
Saat ini, Cushman & Wakefield mengelola sekitar 30 properti. Setiap tahunnya ada peningkatan sekitar 5-8%.
Advertisement
Seperti apa prediksi Cushman & Wakefield terhadap pasar perkantoran di Jakarta dalam 1-2 tahun ke depan?
Pasar perkantoran diperkirakan masih akan dalam kondisi yang relatif lemah hingga akhir 2021. Namun, pada 2022 dan 2023 pasar perkantoran diproyeksikan akan mulai membaik dengan asumsi semakin meluasnya tingkat vaksinasi dan membaiknya aktivitas bisnis dan perekonomian karena pandemi sudah relatif terkendali.
Cushman & Wakefield juga melihat banyak peluang baik yang muncul bagi beberapa jenis perusahaan karena pandemi ini. Tapi, yang jelas, sangat diharapkan seluruh masyarakat Indonesia mematuhi sungguh-sungguh protap dan inisiatif-inisiatif yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga ekonomi boleh berjalan kembali dengan baik.
Tekan “tombol lonceng” di sisi kiri layar Anda untuk mendapatkan notifikasi berita terbaru dari TechnoBusiness lebih cepat.
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.