Published
5 years agoon
GM hentikan penjualan di Indonesia karena tak menghasilkan keuntungan, meski telah hadir sejak zaman penjajahan.
Detroit dan Jakarta, TechnoBusiness ● Beberapa hari ini pasar otomotif diramaikan oleh kabar General Motors (NYSE: GM) hentikan penjualan di Indonesia mulai Maret tahun depan.
Baca Juga: Hankook Tire jadi Pemasok Terbaik General Motors
Kabar itu ternyata bukan isapan jempol belaka. Presiden GM Asia Tenggara Hector Villarreal mengonfirmasi bahwa keputusan GM hentikan penjualan di Indonesia itu telah melalui pertimbangan secara menyeluruh.
“Secara global, GM telah mengambil langkah-langkah yang sulit untuk memfokuskan aset dan sumber daya yang dimilikinya,” ujar Villareal dalam pernyataan resminya.
Padahal, GM harus konsisten dengan strategi globalnya untuk meraih keuntungan. Sehingga GM hentikan penjualan di Indonesia merupakan keputusan yang sulit.
Baca Juga: Setelah Facebook, Kini Giliran Google dalam Masalah
Masalahnya, “Di Indonesia, kami tidak memiliki segmen pasar otomotif yang dapat memberikan keuntungan berkesinambungan,” ungkap Villarreal dalam siaran pers yang diterima TechnoBusiness Indonesia, Senin (28/10).
Faktor-faktor itu, jelas Villarreal, membuat kegiatan-kegiatan operasional GM Indonesia menjadi semakin terpengaruh oleh faktor-faktor yang lebih luas seperti pelemahan harga komoditas dan tekanan mata uang asing.
Hanya Penggembira
Meski hadir di Indonesia sejak 1927, bahkan saat itu masih Hindia Belanda, dengan nama NV General Motors Java Handel Maatschappij (NVGMJHM), Chevrolet, nyatanya GM hanya jadi pemain penggembira saja.
[nextpage]
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe“.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sepanjang 2018 GM hanya berhasil menjual Chevrolet, merek produknya, sebanyak 2.509 unit untuk pasar wholesales, atau 0,2% pangsa pasar.
Padahal, Toyota, merek Jepang yang menjadi pemimpin pasar, mampu menjual hingga 352.161 unit atau 30,6% pangsa pasar. Jika diurutkan, di pasar wholesales Tanah Air Chevrolet hanya menempati peringkat ke-14.
Peringkat itu bahkan di bawah UD Trucks (13), Hino (7), Mitsubishi Fuso (6) yang notabene merupakan merek-merek kendaraan niaga. Dengan Wuling (9), merek China yang baru hadir, pun kalah jauh.
Baca Juga: Wow, Kini Beli Mobil Superpremium Porsche Bisa Lewat Online
Di pasar ritel pun, selama 2018, Chevrolet menempati urutan ke-14 dengan penjualan sebanyak 2.444 unit atau 0,2% pangsa pasar.
Tahun ini, yang baru terhitung sembilan bulan pertama, kinerja penjualan Chevrolet lebih parah. Di pasar wholesales, Chevrolet hanya menjual 970 unit (0,1%) sehingga peringkatnya melorot ke urutan 18.
Di pasar ritel, Chevrolet berada di urutan ke 16 dengan penjualan 1.237 unit (0,2%). Padahal, dalam waktu yang sama, Toyota menjual 244.430 unit (32,4%) di pasar wholesales dan 239.417 unit (31,6%) di pasar ritel.
[nextpage]
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe“.
Melihat angka-angka itu, menurut Group Deputy CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar, wajar jika GM hentikan penjualan di Indonesia.
“Kita tahu bahwa mobil-mobil Chevrolet cukup berkualitas dan nyaman, tetapi itu saja tidak cukup menjadi bekal untuk menaklukkan pasar otomotif di Indonesia,” ungkapnya.
Jeffrey menilai banyak kekurangan dari sisi strategi pemasarannya, termasuk citra merek (brand image) yang dianggap cukup mahal biaya perbaikan dan sedikit jaringan layanan purnajual (aftersales service)-nya.
Baca Juga: 10 Perusahaan Internet dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar
Itu kontras dengan Toyota yang baru hadir ke Indonesia pada 1971. Dengan strategi pemasaran khas Jepang, yakni mengedepankan produk berkualitas tetapi dengan harga lebih terjangkau, Toyota lebih diterima pasar lokal.
Kinerja Global
Sepertinya GM lebih cocok menggarap pasar bagian Barat dan Utara seperti Amerika Utara daripada di Timur.
Buktinya, dalam pengumuman laporan keuangan kuartal 3/2019 di markasnya, Detroit, Selasa (29/10), GM menyatakan pendapatannya cukup solid karena didorong oleh kinerja penjualan di Amerika Utara.
Baca Juga: Sstt! Ini Strategi Baru Lazada Sambut Festival Belanja 11.11
Tidak hanya itu, juga adanya kemajuan yang signifikan pada inisiatif biaya transformasional, dan sebagian diimbangi oleh dampak dari penghentian pekerjaan di Amerika Serikat.
Pengumuman yang disampaikan oleh Chairman dan CEO GM Mary Barra dan Chief Financial Officer Dhivya Suryadevara itu disebutkan bahwa pada kuartal 3/2019 GM meraup pendapatan sebesar US$35,5 miliar.
Pendapatan itu membuahkan keuntungan sebesar US$36,1 miliar. Pendapatan itu lebih besar dibanding kuartal 2/2019 yang membukukan angka US$24 miliar dengan keuntungan US$2,4 miliar.●
—Intan Wulandari (Indonesia) dan Philips C. Rubin (Amerika Serikat) ● Foto: General Motors