TechnoBusiness News
Membaca Lanskap Keamanan Siber Asia Pasifik Tahun Depan
Ada lima tren utama keamanan siber di Asia Pasifik.
Ada lima tren utama keamanan siber di Asia Pasifik.
Published
6 days agoon
● Pada 2025, kawasan Asia Pasifik akan menghadapi badai ancaman keamanan siber berbasis AI yang kian meningkat setiap tahunnya.
● “Ini adalah taruhan yang tidak bisa dianggap sepele. Kepercayaan menjadi mata uang penting di era baru keamanan siber ini.
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Palo Alto Networks (NASDAQ: PANW), perusahaan penyedia solusi keamanan siber multinasional asal Santa Clara, California, Amerika Serikat, memprediksi ada lima tren utama seputar keamanan siber yang terjadi di kawasan Asia Pasifik tahun depan.
Simon Green, Presiden Palo Alto Networks Asia Pasifik dan Jepang, memaparkan, kelima tren utama itu, antara lain: pertama, transparansi akan menjadi landasan untuk menjaga kepercayaan pelanggan di era AI. Kedua, 2025 merupakan tahun populernya serangan deepfake untuk tujuan jahat.
Ketiga, adanya peningkatan fokus pada integritas produk dan keamanan rantai pasokan. Keempat, infrastruktur siber akan berpusat pada satu platform keamanan data terpadu. Kelima, proyek komputasi kuantum menyebar ke lintas wilayah dengan investasi besar-besaran.
“Pada 2025, kawasan Asia Pasifik akan menghadapi badai ancaman siber berbasis AI yang kian meningkat dalam skala, kecanggihan, dan dampaknya. Ini menjadi masa di mana strategi keamanan yang tidak terpadu telah berakhir,” ungkap Green.
Oleh karena itu, perusahaan perlu beralih ke platform terintegrasi yang didukung oleh teknologi AI transparan dan dapat diandalkan. Ketika serangan kuantum bermunculan dan serangan deepfake berkembang menjadi metode penipuan, perusahaan harus mampu mengatasinya.
“Ini adalah taruhan yang tidak bisa dianggap sepele. Kepercayaan menjadi mata uang penting di era baru keamanan siber ini. Tidak hanya berisiko terkena serangan, tetapi reputasi pihak yang gagal juga berisiko jatuh dan ketahanan keamanannya tidak bisa diperbaiki,” lanjut Green.
Adi Rusli, Country Manager Palo Alto Networks untuk Indonesia, menambahkan, seiring adanya integrasi AI di berbagai sektor, risiko serangan siber yang memanfaatkan GenAI dan perangkat canggih seperti perangkat ransomware-as-a-service (RaaS) meningkat pesat.
“Ancaman-ancaman ini tidak hanya berevolusi, melainkan juga menjadi lebih mudah diakses sehingga memberdayakan aktor jahat yang tidak berpengalaman sekalipun untuk mengeksploitasi vulnerability dalam skala dan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya.
Untuk mengamankan lanskap digital tahun depan, perusahaan harus bertindak tegas sekarang juga. Caranya, lanjut Adi, dengan mengadopsi pendekatan berbasis cloud yang scalable dan digerakkan oleh AI sehingga dapat mengimbangi kecanggihan ancaman saat ini.●
—Vino Darmawan, TechnoBusiness ID
Kinerja Kinclong, Carro Raih Investasi Strategis dari Woori Venture
PNM Dukung Kementerian BUMN Tingkatkan Daya Saing UMKM
Ketika GenAI Jadi Penentu Kemenangan Persaingan Perusahaan
Grab Pilih Cloud AWS untuk Dukung Inovasi dan Pertumbuhan
4,6 Juta Serangan Siber di Indonesia pada Kuartal 3/2024 Diblokir
PNM Berangkatkan Umrah Para Nasabah PNM Mekaar Terbaik
Hitachi Vantara and Virtana Collaborate to Enhance Hybrid Cloud
IAS Expands Into China to Provide Advertising Solutions for Advertisers
Soltius Indonesia Jalin Kemitraan dengan Bhumi Varta Technology