TechnoBusiness Talks
AWS Indonesia: “Indonesia Pasar yang Penting bagi AWS” (3)
Published
4 years agoon
AWS tidak memandang sebelah mata pasar Indonesia. Kini, AWS sedang membangun data center di Indonesia yang diperkirakan selesai pada 2021.
TechnoBusiness Talks • Amazon Web Services (AWS), penyedia platform komputasi awan (cloud computing) berskala global di bawah naungan raksasa e-commerce Amazon asal Seattle, Washington, Amerika Serikat, resmi membuka kantor layanan di Indonesia pada Maret 2018.
TechnoBusiness Talks: AWS Indonesia: “Indonesia Pasar yang Penting bagi AWS” (1)
Masuknya AWS ke Indonesia tentu tidak lepas dari potensi pasarnya yang demikian besar. “Kami sangat yakin dengan besarnya potensi pasar Indonesia karena semangat transformasi digital yang serius dijalankan oleh setiap pemangku kepentingan,” ungkap Gunawan Susanto, Country General Manager AWS Indonesia.
Sebagai bentuk komitmen, bukan hanya menawarkan beragam layanan yang dimiliki, AWS juga membangun data center di Indonesia. Data center itu dijadwalkan akan selesai dibangun pada 2021. Lantas, seperti apa strateginya dalam menggarap pasar berkembang ini?
TechnoBusiness Talks: AWS Indonesia: “Indonesia Pasar yang Penting bagi AWS” (2)
Berikut hasil wawancara eksklusif M. Yunus dari TechnoBusiness Indonesia dengan Gunawan Susanto dalam program “TechnoBusiness Talks” pada Kamis (24/9) pekan lalu.
[Wawancara Lanjutan dari Bagian 2]
Pandemi COVID-19 begitu memengaruhi seluruh bisnis yang ada. Bagaimana dengan bisnis cloud?
Banyak organisasi yang secara nyata mendapatkan manfaat berupa peningkatan produktivitas dan efisiensi yang signifikan dari keputusan untuk melakukan migrasi dari penggunaan infrastruktur tradisional yang mengandalkan “fisik” ke infrastruktur modern yang berbasis cloud.
Pandemi yang disebabkan oleh penyebaran COVID-19 membawa hikmah tersendiri dalam akselerasi tranformasi digital di berbagai sektor. Keputusan organisasi-organisasi untuk melakukan migrasi ke cloud pun turut meningkat. Situasi ini positif dalam memperkuat kepercayaan pelanggan terhadap keunggulan cloud dibandingkan dengan infrastruktur fisik.
Bagi AWS, ini menjadi tantangan untuk terus meningkatkan kepercayaan dan komitmen dunia bisnis dan organisasi-organisasi lainnya terhadap faktor-faktor kritikal yang selama ini menjadi pertimbangan mereka terhadap cloud, seperti efektivitas hingga keamanan.
Ini juga menjadi momentum untuk mengedukasi pentingnya pendayagunaan cloud untuk mengantisipasi isu-isu yang sangat relevan dengan berbagai disrupsi digital seperti skalabilitas.
AWS terus mendukung bisnis untuk menjawab berbagai isu yang dihadapi di tengah pandemi. Inisiatif AWS antara lain mencakup AWS Disaster Response Credits yang dapat digunakan perusahaan serta organisasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan lainnya untuk mengakses layanan yang komprehensif di cloud AWS.
Benarkah pandemi justru meningkatkan pertumbuhan bisnis AWS? Bagaimana kinerja AWS di Indonesia selama pandemi?
Kami tidak dapat memberikan rincian spesifik mengenai kinerja bisnis. Namun, yang lebih penting bagi kami adalah AWS memiliki komitmen yang kuat untuk terus memberikan solusi yang komprehensif dan tepat guna bagi pasar di Indonesia.
Setelah pandemi, kami melihat adanya pergeseran paradigma: penggunaan cloud menjadi sebuah keniscayaan.
AWS berkomitmen untuk senantiasa mampu menghadirkan solusi yang lengkap dan dapat digunakan oleh berbagai organisasi untuk menjawab tantangan-tangan yang muncul di berbagai situasi, termasuk pada masa pandemi dan masa-masa yang akan datang yang kami yakini akan selalu dinamis.
Setelah pandemi, kami melihat adanya pergeseran paradigma: penggunaan cloud menjadi sebuah keniscayaan bagi bisnis yang ingin tetap bertahan dan tumbuh. Kuncinya adalah adaptasi. Kemampuan untuk beradaptasi inilah yang ditawarkan oleh cloud.
Jadi, dengan menggunakan cloud, organisasi tidak lagi hanya merespons tantangan secara reaktif, tetapi juga secara proaktif memetakan kemungkinan tantangan yang dihadapi di masa depan, peluang apa saja yang dapat ditangkap, dan tools apa saja yang bisa digunakan untuk realisasinya.
Contohnya?
Contoh isu yang paling dekat dengan masa pandemi adalah isu skalabilitas. Selama pandemi, begitu banyak pola kehidupan yang telah lama menjadi budaya sehari-hari harus berubah untuk menyesuaikan dengan tatanan hidup baru agar laju penyebaran virus dapat dikendalikan.
Budaya pra-pandemi seperti bekerja di kantor, mengadakan pertemuan bisnis di luar, dan lain-lain sekarang berubah sepenuhnya menjadi online, yang semuanya membutuhkan infrastruktur baru. Begitu pula dengan kegiatan sehari-hari, dari aktivitas bersekolah hingga berbelanja.
Dengan cloud AWS, perusahaan dapat melakukan scaling up untuk menghadapi lonjakan trafik.
Semua menjadi online dan peningkatan kebutuhan itu melonjak pesat. Mau tak mau perusahaan atau organisasi yang menyediakan layanan untuk masyarakat luas harus mampu mengantisipasi lonjakan permintaan yang sangat tinggi, mendadak, dan fluktuatif tersebut.
Hal ini penting agar perusahaan atau organisasi penyedia layanan tersebut mampu mempertahankan kualitas layanannya, sehingga kepuasan dan kepercayaan pelanggan dapat tetap terjaga dengan baik.
Sebagai contoh, salah satu pelanggan AWS yang banyak terbantu selama pandemi adalah Simak Online, dikenal juga dengan nama Si Pintar di DKI Jakarta tadi. Simak Online merupakan solusi edukasi yang memampukan sekolah negeri maupun swasta untuk berpindah ke intrastruktur online atau daring.
Ketika Simak Online masih menggunakan solusi on-premises, musim ujian yang diselenggarakan serentak di banyak sekolah pun diwarnai dengan kendala teknis pada sistem, sehingga beberapa sekolah mau tidak mau harus menjadwalkan kembali ujiannya.
Alhasil, ketika diumumkan bahwa kegiatan belajar-mengajar akan dilanjutkan secara jarak jauh selama masa pandemi, petinggi Simak Online menyadari bahwa perusahaan harus cepat bermigrasi ke AWS. Kapabilitas auto scaling dari cloud AWS menjamin bahwa Simak Online dapat scale up saat terjadi lonjakan kebutuhan, seperti pada masa ujian, dan scale down ketika kebutuhannya tidak terlalu tinggi agar dapat menghemat biaya.
Begitu pula dengan HappyFresh. Jika saja terjadi downtime, maka pengguna akan otomatis berpindah ke layanan lainnya yang dapat menyediakan layanan lebih baik. Sebaliknya, memastikan bahwa layanan tetap scalable dan tangguh menghadapi trafik akan sangat berpotensi menghasilkan repeat customer.
Berapa jumlah klien AWS Indonesia sebelum dan sesudah adanya pandemi COVID-19?
Kami tidak bisa membagikan data tentang jumlah pelanggan AWS di Indonesia. Namun, selama masa pandemi, perjalanan pelanggan kami semakin berkembang dari sektor kesehatan, pendidikan, hingga e-commerce.
Kami melihat hal ini sebagai bukti bahwa industri semakin sadar akan pentingnya cloud sebagai solusi untuk menjawab berbagai tantangan seperti skalabilitas, efisiensi, dan keberlangsungan bisnis.
Dengan cloud AWS, perusahaan dapat melakukan scaling up untuk menghadapi lonjakan trafik yang tiba-tiba meningkat drastis, seperti pada beberapa layanan di tengah pandemi.
Tetapi, di saat yang sama, apabila perusahaan yang mengalami penurunan permintaan juga dapat melakukan scaling down agar menghemat biaya, karena tidak ada infrastruktur yang menganggur.
[Wawancara lanjutan ke Bagian 4]
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.
You may like
-
AWS Luncurkan Think Big Space Pertama di Asia Tenggara
-
AWS: GenAI Dapat Memperkuat Keamanan Siber Perusahaan
-
eCloudvalley-AWS Tanda Tangani Perjanjian Kolaborasi Strategis
-
AWS Berhasil Tekan Hingga 20% Biaya Operasional Halodoc
-
Mengungkap Strategi AWS Indonesia dalam Menggaet Pelanggan
-
AWS Indonesia: “Indonesia Pasar yang Penting bagi AWS” (4)
-
AWS Indonesia: “Indonesia Pasar yang Penting bagi AWS” (2)
-
AWS Indonesia: “Indonesia Pasar yang Penting bagi AWS” (1)
-
“Right Mindset for Industry 4.0” Ala Gunawan Susanto