Published
6 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness TV ● Hubungan dagang Malaysia dan Indonesia sudah terjalin sejak 61 tahun lalu. Malaysia merupakan mitra dagang terbesar ke-7 di dunia dan ke-3 di Asia Tenggara bagi Indonesia dengan nilai US$17,2 miliar.
Kini, kedua negara sepakat untuk berbagi peluang pasar di industri waralaba (franchise).
Baca Juga: Mengenang 60 Tahun Hubungan Dagang Indonesia-Malaysia
Dalam lawatannya bersama para pewaralaba (franchise) ke Jakarta pada Minggu (25/11), Menteri Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna Malaysia YB Datuk Seri Saifuddin Nasution bin Ismail mengatakan bahwa industri waralaba Malaysia sangat besar.
“Nilai yang disumbangkan ke produk domestik bruto Malaysia mencapai US$7 miliar setahun,” ungkap Datuk Seri Saifuddin dalam acara “Malaysia-Indonesia Business Dialoque” di Ruang Cempaka Balai Kartini tersebut.
Sementara itu, Indonesia memiliki pasar yang cukup besar. “Dengan populasi 260 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang luar biasa besar. Nilai industri waralaba dalam negeri Indonesia pun mencapai hampir Rp10 triliun,” lanjut Saifuddin.
“Dengan populasi 260 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang luar biasa besar.”
Sampai saat ini, waralaba yang terdaftar di Malaysia ada 877, baik lokal maupun global.
Khusus waralaba lokal tercatat sebanyak 570, dan yang sudah masuk ke pasar Indonesia ada 30 waralaba.
Baca Juga: Korea-Amerika Bangun Pusat Omni-Channel Terbesar Global di Kuala Lumpur
Beberapa waralaba Malaysia yang sukses di Indonesia di antaranya Bangi Kopitiam, Old Town White Coffee, Roti Boy, dan DailyFresh. “Kalau 30 dari 570 itu secara persentase masih sedikit sekali,” ujar Saifuddin.
Persentase yang sedikit itu sesungguhnya tetap jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah waralaba Indonesia yang masuk ke Malaysia.
Beberapa waralaba Malaysia yang sukses di Indonesia di antaranya Bangi Kopitiam, Old Town White Coffee, Roti Boy, dan DailyFresh.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia Anang Sukandar, waralaba Indonesia yang masuk ke Malaysia baru ada lima merek.
“Kelima merek itu didominasi oleh merek-merek makanan dan minuman serta kecantikan,” katanya yang juga hadir dalam acara dialog tersebut.
Spire Insight: 5 Tren Pergeseran Pasar Kuliner Nasional
Ketimpangan itu bisa jadi disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah Indonesia terhadap industri waralabanya.
“Saat ini waralaba Malaysia yang masuk ke Indonesia sudah banyak, tinggal waralaba Indonesia yang perlu didorong untuk berekspansi ke negeri-negeri jiran seperti Malaysia,” kata Group Deputy CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar.
Seperti kita lihat, lanjut Jeffrey yang menjadi pembicara dalam dialog dua negara tersebut, waralaba-waralaba Malaysia sudah banyak yang go global sehingga pendapatan (revenue) dari luar negeri cukup besar, sedangkan waralaba Tanah Air belum.
“Saat ini waralaba Malaysia yang masuk ke Indonesia sudah lebih banyak daripada dari Indonesia ke Malaysia.”
TechnoBusiness Insight: Ekonomi Digital Asia Tenggara Menuju US$240 Miliar
Memang kedatangan Menteri Saifuddin ke Jakarta juga dalam rangka memperbesar peluang waralaba Malaysia untuk masuk ke pasar terbesar di Asia Tenggara ini.
“Kami bersama 12 pewaralaba datang ke Jakarta dalam rangka menjajaki kemungkinan membuka pasar baru di sini,” ungkapnya.●
—Purjono Agus Suhendro, TechnoBusiness TV ● Video: TechnoBusiness TV Indonesia
Ingin menonton konten-konten TechnoBusiness TV Indonesia lainnya, silakan klik di sini
Spire Insights: Prospek dan Tantangan Pasar Peralatan Kolam Renang di Indonesia
Spire Insights: Tren Social Commerce di Indonesia
Spire Insights: Pentingnya Penerapan ESG bagi Bisnis di Indonesia
Perkembangan Industri Data Center di Indonesia
Spire Insight: Dampak COVID-19 terhadap Sistem Bekerja Masa Depan
Spire Insight: Industri Kreatif di Indonesia Langka Talenta Kreatif
Spire Insight: Tantangan dalam Implementasi AI di Birokrasi Pemerintah
E-commerce Melesat, Toko Offline Meredup
Kekuatan Iklan dan Efektivitasnya