TechnoBusiness Talks
Purjono Agus Suhendro berbincang dengan Sahat M. Sihombing, Presiden Direktur PT Astragraphia Xprins Indonesia
Published
8 years agoon
[textmarker color=”E6762C”]Sahat M. Sihombing[/textmarker] menceritakan tentang alasan mengapa Astragaphia masuk ke bisnis e-commerce dan mengembangkan Axiqoe.com, business to business online shop yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan barang di lembaga-lembaga pemerintah yang terafiliasi E-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Bagaimana Axiqoe.com bisa menjadi salah satu toko online yang mendukung pengadaan barang, terutama peralatan perkantoran, di lembaga-lembaga pemerintahan? Seberapa sulit proses verifikasinya?
Mereka (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) memverifikasi potensi layanannya bagaimana, pelayanannya bagaimana, dan sebagainya. Jadi, untuk bisa menjadi penyedia toko online di E-Katalog, baik dari sisi legal dokumen maupun kualitas barang, mereka verifikasi semua.
Cukup panjang karena itu kan melalui pemeriksaan dokumen sampai ujungnya ada pemeriksaan produk dan penawaran harga.
Apakah Astragraphia sebelumnya sudah banyak bermain di pemerintahan?
Kami memang sudah beberapa kali masuk ke pemerintahan melalui proses sebelumnya. Maka dari itu, proses pengadaan barang ini bagi kami bukan sesuatu yang baru, melainkan hanya berubah menjadi sistem online.
Seberapa banyak produk yang ditawarkan di E-Katalog dan berapa yang ditawarkan oleh Axiqoe.com?
Sekarang tentu sudah lebih banyak. Sebab, dengan toko online, puluhan ribu barang bisa didorong ke sana. Sementara dari kami masih ribuan, belum sampai puluhan ribu item barang. Nanti kami dorong lebih banyak. Tapi, pemerintah memandang bahwa jangan sampai produk yang ditawarkan itu produk yang tidak diperlukan. Itu menjadi konsentrasi kami sama-sama.
Apa yang paling menarik dari e-commerce yang mendukung E-Katalog?
Sebenarnya saya tidak melihat ke pemerintahnya ya. Tapi, yang perlu kita nilai adalah ternyata pemerintah sudah merespons perubahan teknologi untuk pengadaan barang mereka sendiri. Saya pikir itu jauh lebih menarik. Walau sebenarnya, kalau tidak salah, mereka sudah lama masuk ke sistem elektronik. Untuk melibatkan toko online sudah sejak 2012, meski kala itu baru beberapa produk. Sekarang ada 73.000 produk.
Menariknya, online itu kan sama dengan keterbukaan, sama dengan transparansi. Kita semua bisa melihat harga-harga yang ada di sana. Walau kita tidak membeli di sana, kita bisa melihat e-Katalog LKPP karena sifatnya terbuka. Itu sesuatu yang menarik, yang perlu kita dukung. Dan, saya melihat, Pak Agus (Agus Prabowo) sebagai Kepala LKPP mewakili pemerintah mendorong satu proses pengadaan barang yang akuntabel, punya integritas, kualitas, dan transparansi. Semua orang bisa mengecek harga, harga yang ditawarkan normal atau tidak. Saya pikir itu yang lebih menarik daripada soal kita menjadi mitra atau tidak.
Menawarkan barang ke konsumer perorangan dengan ke korporasi tentu berbeda. Bagaimana strategi Axiqoe.com dalam menetapkan harga (pricing strategy), apalagi di E-Katalog LKPP juga banyak kompetitornya?
Sebenarnya itu yang saya bilang sesuai mekanisme pasar. Harga ini adalah harga yang kami tayangkan di publik, kemudian diambil pemerintah. Artinya, harga yang kami tawarkan sudah terkoreksi dengan yang kami tawarkan di luar. Mereka hanya menarik harga kami dari belakang. Itu berarti kami tidak perlu strategi khusus. Ketika barang tidak laku, berarti harganya harus diturunkan. Kan begitu. Ketika barang ini tidak berputar cukup lama, itu berarti ada kendala. Apakah itu karena kualitas, harga, atau pengirimannya. Jadi, dikontrol oleh pasar. Jadi, tidak bisa kita ciptakan sendiri.
Tapi kan menetapkan harga B2C dan B2B berbeda?
Oh iya, ini kan menyangkut volume. Kita juga kalau belanja sedikit dan banyak berbeda. Kalau kita bicara B2B kan bicara volume. Beli satu barang dengan puluhan atau ratusan barang pasti ada perbedaan harga. Kalaupun harganya berbeda, tapi kualitasnya tetap sama.
Semua produk disediakan oleh Axiqoe.com sendiri atau hasil kerja sama dengan agen-agen dan distributornya?
Ada yang produk milik sendiri dalam artian produk prinsipal yang kami jadi distributornya, ada pula dari kerja sama dengan merchant atau vendor. Tapi semua itu kami lakukan verifikasi yang bagus. Kami yakinkan bahwa barang itu barang-barang yang memang dari sisi kualitas dan purnajualnya bisa kami jamin.
Astragraphia mengembangkan Axiqoe.com, apakah karena bisnis percetakannya tengah lesu?
Tidak. Percetakan itu saya pikir akan terus menjadi satu kebutuhan, hanya bentuknya yang berbeda. Di percetakan sendiri kami juga bertransformasi. Bisnis percetakan itu akan berubah bentuk juga. Jadi, kami tidak mencoba meng-cover itu. Tapi, kami melihat ada satu fenomena bahwa semua bisnis harus masuk ke online karena cara belanja orang sudah berbeda. Kita sendiri sudah berbelanja online. Anak-anak kita sudah malas ke mal. Paling cuma untuk makan. Kenapa? Kan kita bisa membandingkan barang dengan mudah. Kalau di toko berapa jam kita butuh untuk membandingkan harga barang, sedangkan di internet sudah terpampang semua. Demikian juga di E-Katalog, akan melatih mereka untuk membandingkan satu sama lain.
Apakah produk yang ditawarkan di Axiqoe.com bisa ditawar?
Kekuatan menawar mereka tinggi lho. Mereka boleh menawar, mereka tidak asal beli. Bisa dibilang cukup menarik proses pembelian di pemerintahan itu.
Biasanya toko online B2B itu memang katalognya online tapi proses pembeliannya masih offline. Apakah ini terjadi juga di Axiqoe.com dan E-Katalog?
Saya pikir tidaklah. Kita akan mencegah itu dan Pak Agus akan selalu menekankan itu. Kita semua harus mendukung proses ini menjadi transparan, kredibel, dan akuntabel. Saya pikir proses pengadaan barangnya juga berubah. Kalau kita mau membeli barang ini, ada tipenya, kita tinggal browsing di situ. Perlu lelang lagi tidak? Lelang itu kan sebenarnya lebih ke compliance, lebih kepada dokumen bahwa ini kita bandingkan. Tapi, kalau misalnya tiket pesawat, perlu bidding tidak kalau kita besok mau ke Surabaya? Tidak. Cukup cek harga. Ini penting.
Berapa investasi untuk mengembangkan website ini?
Sebenarnya kami sudah masuk ke bisnis e-commerce tahun lalu. Ini kan cuma masuk ke sana. Jadi, enggak ada investasi yang khusus di sini. Orang e-commerce kami sudah ada kok. Toko kami sudah ada sebenarnya. Cuma buku kami dipinjam oleh mereka, lalu dikopi. Jadi, tidak ada sesuatu yang baru.
Kalau begitu, berapa alokasi dana Astragrapia untuk e-commerce?
Kami terus mengembangkan, karena e-commerce itu kan akan berkembang, teknologi berkembang. Yang perlu kami yakini adalah bahwa kami tetap perlu antisipasi terhadap perubahan-perubahan teknologi. Saya tekankan kepada tim kami bahwa dari sisi investasi dan belanja modal kami tetap scaling, tapi jadi jangan sampai terlambat pula.**
[spacer color=”8BC234″ icon=”fa-plus” style=”3″]
Data TechnoBusiness
You may like
-
TokoTalk: “Kami Berangkat dari Layanan Berbasis Chatbot”
-
Shopee, E-commerce Paling Populer di Asia Tenggara
-
Hadi Kuncoro: E-commerce Perbanyak Barang Impor Itu Begini Hitung-Hitungannya…
-
E-commerce Indonesia Tumbuh di Atas Rata-Rata Global
-
E-commerce Melesat, Toko Offline Meredup
-
China jadi Pasar E-commerce Terbesar Dunia
-
E-commerce Indonesia Punya Sejumlah Tantangan
-
Strategi Jet Commerce Taklukkan Pasar E-commerce
-
Model O2O Terbaru Suning.com Dongkrak Penjualan 155%