Published
7 years agoon
Nilai pasar travel online di seluruh dunia bakal naik dua kali lipat sejak 2016-2022 menjadi US$1 triliun. Karena itu, biro perjalanan konvensional harus segera bertransformasi.
New York, TechnoBusiness Insight ● Tidak bisa dimungkiri bahwa e-commerce telah mendongkrak bisnis pariwisata di berbagai negara. Itu disebabkan karena e-commerce mampu menyuguhkan layanan pemesanan paket perjalanan ke mana pun dengan lebih mudah dan lebih murah ketimbang cara konvensional.
Maka, tak pelak bisnis e-commerce di bidang perjalanan, yang disebut e-travel atau travel online, “panen raya”. Seperti data yang disuguhkan Statista dalam “Statista e-Travel Market Report” pada September 2017, nilai pasar e-travel melonjak dua kali lipat dalam enam tahun sejak 2016.
Statista membagi dua segmen besar bisnis e-travel, yaitu pemesanan travel online dan pemesanan armada/layanan mobilitas online. Yang dimaksud dengan pemesanan travel online meliputi layanan paket liburan dan penginapan.
Sedangkan pemesanan armada/layanan mobilitas online mencakup pembelian tiket penerbangan, bus jarak jauh, kereta api, dan ride sharing.
Pada 2016, Statista menyebutkan pemesanan travel online membukukan pendapatan US$187,8 miliar, sedangkan pemesanan armada online US$388,3 miliar.
Data itu melonjak menjadi masing-masing US$323,5 miliar dan US$701,5 miliar pada 2022. Jika dihitung tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan selama 2016-2022, maka pasar e-travel global naik 9,3%.
Yang menarik, pertumbuhan pasar e-travel yang masih di bawah 10% selama 2016-2022 itu saja sudah menumbangkan banyak biro perjalanan konvensional, termasuk di Indonesia●
Teks: TechnoBusiness Insight/TechnoBusiness
Data: Statista
Grafik: TechnoBusiness