TechnoBusiness News
CEO Huawei: Teknologi Digital Tak Dapat Selesaikan Masalah Teoretis
CEO Huawei Indonesia Jacky Chen memaparkan peran teknologi digital dalam mewujudkan emisi nol karbon.
Published
2 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● CEO Huawei Indonesia Jacky Chen menyatakan bahwa sebagai perusahaan teknologi informasi dan telekomunikasi terkemuka di dunia, Huawei memiliki berbagai solusi teknologi dan use cases untuk mendukung Indonesia dalam mencapai tujuan nir-emisi.
Menurutnya, memang teknologi digital tidak dapat secara langsung menyelesaikan masalah teoretis untuk mencapai emisi nol karbon global. “Tapi, dapat memberikan nilai unik dalam mencapai tujuan itu,” katanya saat menjadi pembicara kunci dalam pembukaan peringatan Hari Listrik Nasional ke-77 di Jakarta, Selasa (29/11).
Baca Juga: Indonet Pilih Juniper Apstra untuk Permudah Otomatisasi Jaringan
Selain itu, teknologi digital juga dapat membantu menemukan solusi optimal dalam segitiga ekonomi energi, kehijauan, dan keamanan. “Praktik sukses Huawei dalam meningkatkan efisiensi, keamanan, serta pengalaman pengguna di industri energi dan tenaga listrik menunjukkan hal tersebut,” lanjutnya.
Huawei memiliki Huawei Energy T-Cube, model transformasi nol karbon, transformasi energi, dan transformasi digital. Pengembangan transformasi itu dapat membantu Indonesia dalam mencapai emisi nol karbon pada 2060. Untuk itu, Huawei berkolaborasi dengan mitra strategis lokal.
Tidak hanya itu, Huawei juga merupakan penyedia solusi energi terbarukan dengan Smart PV Inverter dan sistem penyimpanan energi (Battery Energy Storage System) sebagai produk unggulan. Teknologi penyimpanan energi menjadi kunci agar energi terbarukan menjadi sumber energi utama.
Huawei merupakan penyedia solusi energi terbarukan dengan Smart PV Inverter dan sistem penyimpanan energi sebagai produk unggulan.
Juga, kata Senior Solution Manager Indonesia Digital Power Business Group Yoga Bagus Wicaksono, menjadi solusi untuk menjawab permasalahan intermitensi dan kestabilan jaringan listrik, terutama dengan adanya target total kapasitas tenaga surya terpasang hingga 8.510 GW pada 2050.
“Teknologi penyimpanan energi dapat digunakan untuk menerapkan pengaturan frekuensi, dukungan tegangan, dan pengaturan beban puncak selama pembangkitan, transmisi dan distribusi daya,” jelasnya saat menyampaikan berbagai manfaat dari teknologi penyimpanan energi tersebut.
Bukan itu saja, teknologi penyimpanan energi juga dapat digunakan untuk mencadangkan daya agar dapat digunakan saat pemadaman listrik, mengatasi kemacetan transmisi, meminimalkan kebutuhan perluasan kapasitas transmisi daya dan jaringan distribusi, serta sebagai sumber daya cadangan di gardu induk.
Baca Juga: Multipolar Technology Bocorkan Solusi Jitu untuk Optimalisasi Kampanye Pemasaran Perusahaan
Teknologi penyimpanan energi Huawei mendukung manfaat tersebut. CIO of Electric Power Digitalization Business Unit Huawei Enterprise Business Group Edwin Diender mengatakan transformasi digital termasuk mesin penting dalam memicu pendirian unit bisnis digitalisasi ketenagalistrikan.
Saat ini, Huawei telah mengumpulkan para profesional untuk mendirikan unit bisnis digitalisasi ketenagalistrikan dan bekerja dengan mitra ekosistem demi menemukan teknologi sesuai skenario industri. “Kami memanfaatkan pengalaman sukses di China dan negara lain untuk melayani pelanggan tenaga listrik di Indonesia,” katanya.●
—Vino Darmawan, TechnoBusiness ID ● Foto: Huawei
You may like
-
Pullman Hotels & Resorts Reveals “The Transforming Room” Concept
-
Y&S Insights: Komparasi Implementasi 5G di Indonesia dan Negara-Negara Lain
-
Infor Positioned as a Leader in the 2024 Gartner Magic Quadrant for Cloud ERP
-
Pemasaran Aplikasi Seluler di Asia Tenggara Cukup Potensial
-
Inilah Daftar Pemenang Smarties Indonesia Awards 2024
-
MMA Impact Indonesia 2024 Soroti Dampak Mendalam Digitalisasi
-
Laba Bersih BCA Digital pada Kuartal 3/2024 Tumbuh 532,7%
-
Synnex Metrodata Indonesia Jadi Distributor Devo Technology
-
BPA Broker Hadirkan Solusi Telekonsultasi Kesehatan dr. Barron