Connect with us

Automotive

Apa Jadinya Jika Truk pun Tanpa Sopir?

Published

on

Beijing dan San Francisco, TechnoBusiness ● Meski banyak kasus kecelakaan seperti yang pernah dialami Tesla dan Uber, pengembangan kendaraan otonom terus berlanjut. Tidak hanya kendaraan pribadi, pengembangannya pun sudah sampai pada penerapan terhadap kendaraan-kendaraan niaga, baik bus maupun truk.

 

Baca Juga: Central Kitchen, Solusi Bisnis Kuliner Masa Depan?

 

Advertisement

Kemarin, perusahaan teknologi Internet of Things (IoT) terkemuka di China, G7; perusahaan logistik global GLP; dan pemodal ventura NIO Capital mengumumkan telah membuat perusahaan patungan (joint venture) untuk mengembangkan truk listrik cerdas tanpa pengendara manusia (self-driving atau otonom).

Otto, perusahaan yang mengembangkan kendaraan niaga truk tanpa awak di San Francisco, Amerika Serikat.

Kolaborasi lintas industri itu bertujuan untuk menciptakan kendaraan cerdas yang hemat energi sehingga berbahan bakar energi terbarukan dan efisien karena dikendalikan secara otonom. Itu merupakan peluang baru, kata Presiden G7 Julian Ma.

“Mendefinisikan ulang peralatan transportasi yang cerdas melalui teknologi baru dan big data ke dalam manajemen aset dan asset as a service merupakan peluang dan tantangan bagi perusahaan otomotif, logistik, teknologi, finansial, dan energi untuk secara bersama-sama mendorong inovasi lintas lapangan secara ekstrem,” ungkap Ma.

1.700.000

Pengemudi truk di Amerika Serikat yang terancam kehilangan pekerjaan karena truk otonom menurut Biro Statistik Tenaga Kerja setempat.

 

Jika itu benar-benar terwujud dan mulai diterapkan secara luas, bisa dibayangkan berapa banyak sopir truk yang terancam menganggur? Apalagi, truk lebih memungkinkan dijalankan tanpa awak mengingat tak perlu mengkhawatirkan keselamatan penumpang secara berlebihan dibanding kendaraan penumpang.

Di Amerika Serikat, tahun lalu Biro Statistik Tenaga Kerja setempat sudah menghitung bahwa jika truk sukses melaju tanpa kendali manusia, akan ada 1,7 juta pengemudi truk yang kehilangan pekerjaannya. Memang teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sepenuhnya, tapi hampir pasti akan mengubah sifat pekerjaan itu.

Advertisement

Apalagi, “Sistem ini cenderung lebih baik daripada saya,” kata Greg Murphy, seorang sopir truk profesional yang sudah berpengalaman selama 40 tahun seperti dikutip MIT Technology Review. Murphy kini menjadi penguji truk otonom di Otto, produsen truk di San Francisco.

Waymo Truck, truk otonom hasil pengembangan Waymo.

Waymo milik Google, yang terkenal dengan pengujian kendaraan otonomnya, juga telah menguji kendaraan truk untuk logistik tahun lalu di California, Arizona, dan Atlanta. Truk tersebut tidak sepenuhnya tanpa awak, tapi dijalankan secara otonom saat pengujian di jalanan umum Atlanta untuk mengirimkan barang ke pusat data Google.

Waymo menempelkan sensor kendaraan penumpang otonom ke truknya sehingga memiliki sistem kerja yang serupa. Waymo bahkan sudah berencana meluncurkan truk tanpa awak di Phoenix tahun ini.

Langkah tiga perusahaan, yakni G7, GLP, dan NIO, membentuk perusahaan patungan di China, dan pernyataan Murphy di Amerika hanya sebagai sedikit contoh betapa kendaraaan otonom telah merambah ke kendaraan niaga.

Tentu langkah tersebut akan semakin berkembang seiring terus dilakukannya penelitian di berbagai negara. Jadi, cepat atau lambat, truk-truk akan melaju di jalanan Ibu Kota, terutama negara-negara maju, dengan sendirinya layaknya sedang dibajak hantu.●

—Zhang Ju (Beijing) bersama Philips C. Rubin (California), TechnoBusiness ● Foto-Foto: Otto, Waymo, dan GLP

Advertisement

 

Continue Reading
Advertisement

TechnoBusiness, Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, Telp: (021) 50889816. Copyright © 2017-2024 TechnoBusiness, A Member of Pasxmedia Holding. All Rights Reserved.