Published
8 years agoon
CAROLINA UTARA – SAS Institute, salah satu pemimpin teknologi dalam industri data analytics yang didirikan pada 1966 di Carolina Utara, Amerika Serikat, genap berusia 40 tahun pada 2016. Sepanjang tahun lalu itu, produsen peranti lunak tersebut berhasil membukukan pendapatan sebesar US$3,2 miliar, naik 4% dibanding 2015.
Bisnis SAS mencakup pasar di seluruh dunia. Berdasarkan data yang disampaikan perusahaan itu, tahun lalu sebanyak 3.000 perusahaan bergabung menjadi pelanggan baru. Jumlah tersebut memperbanyak 83.000 pelanggan korporasi yang sudah ada sebelumnya, seperti tim ice hockey Boston Bruins (Boston), kereta api VR Group (Finlandia), Imperial College (London), Pennsylvania Patient Safety Authority (Pennsylvania), dan perusahaan finansial AIB Group berbasis di Irlandia.
Asia Pasifik dan Amerika Latin merupakan pasar SAS dengan pertumbuhan tertinggi. Layanan yang ditawarkan, di antaranya manajemen data serta analisis dan intelijen bisnis. Di Eropa, tahun lalu SAS membuka kantor layanan pelanggan di Dublin dan Paris. Menurut Forrester, perusahaan riset pasar teknologi yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, saat ini perusahaan-perusahaan mempunyai kepentingan menyederhanakan manajemen data yang heterogen.
Besarnya potensi pasar itu ditangkap oleh SAS dengan kualitas layanannya. SAS juga dikenal oleh para analis sebagai penyedia peranti pendeteksi penipuan, risiko, dan analisis ritel. Berdasarkan data yang diungkapkan periset pasar IDC, pada 2015 pendapatan bisnis big data dan analytics, berikut perangkat dan layanannya, mencapai US$122 miliar. Pendapatan itu diperkirakan akan meningkat menjadi US$187 miliar pada 2019. Dan, pada 2016, SAS mencatatkan pangsa pasar 31,6%.
SAS jelas gembira, apalagi memperoleh ceruk pasar demikian besar di tengah persaingan yang amat ketat. Oracle, SAP, IBM, Microsoft, Google, Dell merupakan sedikit dari ratusan pemain global yang memperebutkan pangsa pasar tersebut. CEO SAS Jim Goodnight mengatakan, “Kami melakukannya dengan beradaptasi terhadap perubahan pasar, bekerja dengan teknologi, dan sisanya berkomitmen untuk terus berinovasi tanpa henti. Ini telah memungkinkan kami tetap menjadi pemimpin pasar global.”
Pada 2017, SAS menatap optimisme dengan fokus mengembangkan inovasi-inovasi pada layanan inti, yakni analisis, visualisasi, manajemen data, kecerdasan pelanggan, pemantauan risiko dan penipuan. Di samping itu, SAS juga akan berinvestasi dalam ranah komputasi awan (cloud computing) dan Internet of Things (IoT).**
—Paul A. Brightman, TechnoBusiness ● Foto-Foto: SAS
[spacer color=”8BC234″ icon=”fa-plus” style=”3″]Data TechnoBusiness
SAS Institute (Statistical Analysis System) merupakan perusahaan produsen teknologi, khususnya peranti lunak (software) analytics berbasis di Cary, Carolina Utara, Amerika Serikat. SAS didirikan oleh Anthony James Barr, James Goodnight, John Sall, dan Jane Helwig pada pada 1 Juli 1976. Perusahaan ini termasuk memiliki pertumbuhan yang amat cepat, karena pada pendapatannya ada 1980 sekitar US$10 juta, meningkat menjadi US$1,1 miliar pada 2000. Pada 2015, SAS membukukan pendapatan sebesar US$3,16 miliar.
Turunkan Rasio Gini dengan Ekonomi Digital
Inilah Tantangan Terbesar Pebisnis Era IoT
Hadapi Kecerdasan Buatan, CEO Harus Beradaptasi!
Indocomtech 2018 Usung Tema “Technology for Everyone”
“Karpet Merah” Mahathir untuk Investor China
Oakley Capital Akuisisi cPanel Inc.
Pola Baru Mengingat Password Ditemukan di China
Berkolaborasi, Strategi Net1 dan Matrix TV Perluas Pasar
Multipolar Technology Tawarkan Solusi HPE SimpliVity 380