Published
7 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Indonesia mulai menggalakkan penerapan Industri 4.0. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bahkan secara resmi telah meluncurkan program Making Indonesia 4.0 dalam ajang Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta, Rabu (4/4) pekan lalu.
Baca Juga: Isu Perang Dagang Picu “Sell Off” Pelaku Pasar
Menteri Airlangga mengatakan bahwa dalam menerapkan Industri 4.0, Indonesia akan fokus pada lima sektor manufaktur, antara lain makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronik.
Sedangkan program Making Indonesia 4.0, kata Airlangga, memberikan arah yang jelas bagi arah industri nasional ke depan, selain menjalankan 10 inisiatif nasional dalam upaya memperkuat struktur perindustrian.
Dalam membuka Indonesia Industrial Summit 2018, Presiden Joko Widodo pun menyatakan betapa besar dampak penerapan Industri 4.0. Menurut dia, dampaknya bisa 3.000 kali lipat lebih besar daripada revolusi industri pertama pada abad ke 19.
Masalahnya, berdasarkan analisis McKinsey Global Institute, besarnya perubahan akibat revolusi industri masa kini itu tidak diikuti oleh tumbuhnya peluang tenaga kerja.
Firma konsultan manajemen internasional asal Amerika Serikat itu justru memperkirakan akan ada 400-800 juta orang yang kehilangan pekerjaan di seluruh dunia dalam 12 tahun ke depan.
Laporan yang dirilis pada November 2017 itu memperingatkan kepada semua orang untuk menggeser kategori pekerjaan dan mempelajari keterampilan baru pada tahun-tahun mendatang.
Berbeda dengan pendapat Presiden Jokowi, McKinsey menjelaskan bahwa pergeseran sekarang ini tak ubahnya masa lalu pada 1900-an di Amerika Serikat dan Eropa dan baru-baru ini di China.
Pekerjaan baru tentu akan muncul seiring perkembangan industri, tetapi tidak terlalu signifikan. Sebab, pekerjaan-pekerjaan yang menjadi favorit sebelumnya bisa jadi tergantikan oleh otomasi robotik buatan manusia itu sendiri.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik Otomotif Indonesia Gunadi Sindhuwinata mengungkapkan perangkat keras di industri otomotif Tanah Air sudah menggunakan robot.
“Tantangannya adalah bagaimana tanpa pengaruh manusia robot tersebut bisa bekerja lebih cepat dan tepat,” katanya dalam Kongkow Bisnis PAS FM Jakarta di Free Function Hall Hotel Ibis Jakarta Harmoni, Rabu (11/4).
Sebab, hakikat Industri 4.0 yaitu perpaduan antara tenaga manusia dengan tenaga teknologi robotik yang berbasis Internet of Things dan Artificial Intelligence (AI) sehingga lebih efektif, efisien, dan pasti.
Tantangan yang lain, lanjut Gunadi, yaitu kecepatan internet yang belum maksimal. Jadi, yang terpenting sebenarnya sarana pendukung pengalihan ke Industri 4.0.●
—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID ● Foto-Foto: Smarter Next, McKinsey
Karawang New Industry City jadi Kawasan Industri 4.0
Turunkan Rasio Gini dengan Ekonomi Digital
Inilah Tantangan Terbesar Pebisnis Era IoT
Hadapi Kecerdasan Buatan, CEO Harus Beradaptasi!
Indocomtech 2018 Usung Tema “Technology for Everyone”
“Karpet Merah” Mahathir untuk Investor China
Oakley Capital Akuisisi cPanel Inc.
Pola Baru Mengingat Password Ditemukan di China
“Right Mindset for Industry 4.0” Ala Gunawan Susanto