Connect with us

ICT

Nilai Belanja Teknologi Blockchain Mencapai US$11,7 Miliar

Published

on

Massachusetts, TechnoBusiness ● Teknologi blockchain menjadi ramai diperbincangkan setelah digunakan untuk mengembangkan mata uang digital (cryptocurrency) yang dipelopori oleh Bitcoin sejak 2009. Teknologi blockchain berbentuk blok-blok saling terkait yang berfungsi menampung transaksi secara virtual.

Baca Juga: 5 Besar Pangsa Pasar Ponsel Pintar Sejagat per Kuartal 1/2018

Dalam perkembangannya, blockchain semakin bermanfaat bukan hanya membantu memfasilitasi pertukaran mata uang digital, melainkan juga untuk transaksi segala produk dan jasa. Seperti contohnya membeli lagu, film, dan menginap di hotel bisa menggunakan Bitcoin yang transaksinya berbasis teknologi blockchain.

Nah, pertanyaannya kemudian, apakah teknologi blockchain bakal semakin berkembang pada masa mendatang? Jawabannya tentu saja, bahkan penggunaannya akan semakin meluas. Perusahaan riset pasar International Data Corporation (IDC) yang berbasis di Framingham, Massachusetts, Amerika Serikat, memprediksi nilai belanja untuk teknologi blockchain akan tumbuh signifikan dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam periode 2017-2022, IDC memperkirakan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan lima tahunan (CAGR) pengeluaran untuk teknologi blockchain mencapai 73,2%. Pada 2018, nilainya sekitar US$1,5 miliar, naik dua kali lipat dibanding yang dibelanjakan pada 2017. Hingga akhirnya pada 2022 diyakini akan mencapai US$11,7 miliar untuk pencatatan di seluruh dunia.

Advertisement

Laporan yang dirilis di Seattle pada Kamis (19/7) itu menyebutkan Amerika Serikat menyumbang angka investasi teknologi blockchain terbesar selama masa perkiraan, yakni 36%, dari total pengeluaran global. Porsi terbesar kedua disumbang oleh Eropa Barat diikuti Asia Pasifik di luar Jepang dan China.

Nilai belanja teknologi blockchain dipimpin oleh sektor keuangan yang didorong oleh kecepatan adopsi industri perbankan. Urutan kedua disumbangkan oleh sektor distribusi dan jasa, lalu ketiga industri manufaktur dan sumber daya.●

—Philips C. Rubin, TechnoBusiness ● Foto-Foto: Istimewa

 

Advertisement