ICT
Laba Bisnis Teknologi Astra Kalahkan Properti
Published
6 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● PT Astra International Tbk. (IDX: ASII), konglomerasi bisnis nasional yang berbasis di Jakarta, sepanjang semester 1/2018 berhasil membukukan pendapatan bersih secara konsolidasi sebesar Rp112,55 triliun.
Pendapatan bersih itu naik 15% dibanding perolehan pada semester 1/2017 yang tercatat sebesar Rp98,03 triliun. Atas dasar pendapatan bersih itu, laba bersih Astra meningkat 11% dari 9,34 triliun pada semester 1/2017 menjadi Rp10,38 triliun pada semester 1/2018.
Baca Juga: 10 Perusahaan Internet dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto menyatakan peningkatan laba bersih itu ditopang oleh meningkatnya bisnis alat berat, pertambangan, dan jasa keuangan. Peningkatan ketiga bisnis itu dapat mengimbangi pelemahan yang terjadi di sektor agribisnis dan infrastruktur.
“Kinerja Grup Astra hingga akhir 2018 diperkirakan cukup baik, didukung dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan harga batu bara yang stabil, walaupun persaingan di pasar mobil dan melemahnya harga minyak kelapa sawit menjadi perhatian,” ungkap Prijono.
Di luar bisnis-bisnis yang disebutkan itu, justru ada yang lebih menarik untuk dicermati, yakni bisnis teknologi informasi. Dalam laporan keuangan enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2018 diketahui bahwa bisnis teknologi informasi Astra menyumbang laba bersih Rp68 miliar.
Itu berarti naik 24% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp55 miliar. Tentu saja laba bersih itu disokong oleh PT Astra Graphia Tbk. (IDX: AGIT), perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi informasi, solusi dokumen, dan layanan perkantoran yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Astra.
Untuk diketahui, laba bersih Astra Graphia tersebut berhasil menyalip perolehan laba bersih bisnis Astra di bidang properti. Rupanya, selain agribisnis serta logistik dan infrastruktur yang melemah, bisnis propertinya pun turut turun.
Lihatlah laporan keuangannya, laba bersih bisnis properti Astra yang pada semester 1/2017 tercatat sebesar Rp68 miliar, lebih besar daripada laba bersih yang disumbangkan bisnis teknologi informasi, pada semester 1/2018 justru kalah dari bisnis teknologi informasi karena hanya mencatatkan sebesar Rp48 miliar atau turun 29%.
Prijono menjelaskan, penurunan laba bersih bisnis properti itu disebabkan oleh rendahnya penerimaan laba dari Anandamaya Residences, proyek apartemen prestisius di pusat bisnis Jakarta yang dikembangkan bersama Hong Kong Land (LSE: HKLD), pengembang properti yang berpusat di Hong Kong.
Penurunan laba bersih itu “Mencerminkan tingkat persentase penyelesaian proyek yang semakin mengecil pada tahap akhir konstruksi,” jelas Prijono. Laba bersih itu diperkirakan akan naik kembali menyusul ekspansi yang akan dilakukan ke depan.
Sebab, pada April lalu, PT Astra Land Indonesia, yang 50% sahamnya dimiliki Astra International, membeli tiga hektare tanah yang juga di pusat bisnis Jakarta untuk pengembangan hunian dan komersial. Ditambah proyek-proyek properti lain seperti Arumaya di Jakarta Selatan dan Asya di Jakarta Timur. Sehingga total lahan yang dikembangkan Astra saat ini menjadi seluas 70 hektare.
Walau demikian, Astra juga terus menggenjot bisnis teknologinya, salah satunya dengan mengucurkan investasi sebesar Rp2 triliun ke PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Go-Jek) pada Februari lalu. Oleh sebab itu, utang bersih untuk berinvestasi di Go-Jek, pengembangan jalan tol, dan belanja modal bisnis kontraktor penambangan mencapai Rp6,6 triliun dibanding nilai kas bersih sebesar Rp2,7 triliun per 31 Desember 2017.
Bukan Hal Baru
Saling salip perolehan laba bersih antara bisnis teknologi informasi dengan properti Astra bukanlah hal baru. Dalam catatan TechnoBusiness Insight yang merujuk pada laporan keuangan kuartalan perusahaan, dua divisi itu memang sering kali bergantian posisi dalam besaran sumbangan laba bersih ke grup.
Sepanjang 2015, misalnya, bisnis teknologi informasi Astra mencatatkan laba bersih sebesar Rp204 miliar. Dalam waktu yang sama, bisnis propertinya memperoleh Rp211 miliar. Tapi, pada 2016, bisnis teknologi informasi menyumbang laba bersih Rp196 miliar, bisnis propertinya hanya Rp111 miliar.
Namun, pada 2017, pertumbuhan laba bersih bisnis properti Astra langsung melesat hingga 101% menjadi Rp223 miliar, sedangkan bisnis teknologi informasi hanya naik 1% menjadi Rp198 miliar. Pada semester pertama 2018, posisinya kembali berbalik.
Saling salip dua lini bisnis itu tak menutup kemungkinan akan terus terjadi ke depan. Posisi teratas dari seluruh bisnis Astra diduduki oleh bisnis otomotif. Lini bisnis yang memasarkan kendaraan merek Toyota itu sulit tergoyahkan, baik oleh bisnis lain dari satu grup maupun kompetitor. Sebab, sudah menjadi pemimpin pasar yang tangguh dengan laba bersih per 30 Juni lalu sebesar Rp4,21 triliun.●
—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID ● Foto-Foto: Astra International, Astra Graphia, Anandamaya Residences