Published
7 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Digital commerce, teknologi yang memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan, mengendalikan rantai pasok, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan menyediakan data pelanggan, di Asia Tenggara diproyeksikan akan tumbuh secara eksponensial dalam dua tahun ke depan.
Baca Juga: Teknologi AI Lebih Akurat dalam Meninjau Kontrak
Nilai yang tercipta dari digital commerce pada 2020, menurut Accenture, diperkirakan mencapai US$32 miliar. Nilai sebesar itu didorong oleh munculnya demografi yang 50% berusia di bawah 30 tahun dengan kemampuan belanja tinggi.
Faktor pengungkit lainnya, yaitu penggunaan perangkat seluler yang terus meningkat menjadi 800 juta koneksi mobile dan 480 juta pengguna internet pada 2020.
Lalu, produk domestik bruto (PDB) kawasan yang melebihi 5% hingga menghasilkan 70 juta rumah tangga yang siap menjadi konsumen baru. Ditambah investasi di bidang infrastruktur digital seluruh negara kawasan senilaiUS$200 miliar antara 2015-2020.
Perusahaan-perusahaan swasta pun menginvestasikan US$3 miliar dalam digital commerce dalam empat tahun ke depan. Jumlah itu meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi US$10 miliar.
Alhasil, nantinya konsumen akan jauh merasakan pengalaman berbelanja ketimbang berada di dunia e-commerce. Rumah mode Ralph Lauren di Manhattan, Amerika Serikat, misalnya, telah menyuguhkan ruang ganti (fitting) interaktif untuk mengenali barang yang dibawa pelanggan dengan teknologi identifikasi frekuensi radio (RFID).
Contoh yang disampaikan Accenture dalam siaran persnya hari ini, cermin cerdas (smart mirrors) Ralph Lauren secara otomatis menampilkan barang-barang di layar, memberikan rekomendasi sesuai ukuran dan warna yang tersedia, hingga memiliki fitur “Panggil Pegawai” butik.●
—Anwar Ibrahim, TechnoBusiness ID ● Foto-Foto: Pymnts.com, Viseo