Published
8 years agoon
Hampir semua bisnis tidak bisa menghindar dari penggunaan teknologi. Dan, semua data yang dikelola mesti disimpan dalam sebuah pusat penyimpanan data yang namanya pusat data (data center). Para pebisnis bisa menyediakan pusat data sendiri atau memanfaatkan layanan dari penyedia jasa.
Namun, mengingat pentingnya data perusahaan, baik internal maupun yang berkaitan dengan konsumen, urusan penyimpanannya tidak bisa dianggap enteng. Jika kehilangan data nasabah, misalnya, perusahaan perbankan bisa-bisa langsung bangkrut. Itu sebabnya, pusat data amat penting.
Saking pentingnya, menurut Ponemon Institute, kerugian finansial yang diderita bisnis akibat downtime pada pusat data diperkirakan mencapai US$740.357 per kejadian. Rata-rata penyebabnya adalah karena kegagalan Uninterruptible Power Supply (UPS) sebanyak 25%, serangan siber (22%), kesalahan manusia (22%), dan kegagalan generator (6%).
Selain kerugian finansial, downtime juga akan mengakibatkan kerusakan data kritikal, terganggunya produktivitas organisasi, kerusakan peralatan dan aset lain, hilangnya kepercayaan dari stakeholders, dan hancurnya reputasi merek.
Meski teknologi semakin canggih, apakah kemungkinan downtime itu tidak bisa diminalisasi? Buktinya, dalam pernyataannya yang berjudul Cost of Data Center Outages 2016 Ponemon Institute mencatat kerugian finansial yang diderita perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika dihitung sejak 2010, rata-rata kerugian hingga tahun ini sudah meningkat 38%. Apabila ditarik dari 2013 yang saat itu rugi US$690.204, rata-rata naik 7%.
Untuk itu, manajemen pusat data amat diperlukan. Seandainya pusat data itu mengalami downtime, kecepatan dan ketepatan dalam penanganan dapat meminimalisasi kerugian yang diderita perusahaan. Upaya menekan kerugian itulah yang kemudian menjadi peluang bisnis tersendiri bagi perusahaan-perusahaan teknologi informasi.
Blue Power Technology, anak perusahaan CTI Group yang fokus menyediakan solusi teknologi informasi, menangkap peluang itu dengan menawarkan solusi power backup milik Riello dan AOSIF. Kedua solusi tersebut menjadi bisnis divisi baru Blue Power yang diklaim mampu memasok listrik 24 jam ke pusat data.
“Data center memerlukan arus listrik selama 24 jam dan tidak boleh mati sedetik pun. Di sini peranan UPS dan genset sangat diperlukan untuk mencegah downtime akibat listrik padam. Sayangnya, perusahaan terkadang mengabaikan pentingnya keberadaan sumber daya alternatif ini di data center secara arsitektur. Selain itu, UPS dan genset yang ada masih luput dari pemeliharaan berkala,” ujar Presiden Direktur Blue Power Technology Lugas M. Satrio dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/10).
Tim dari Blue Power akan bertindak layaknya konsultan yang mengolaborasikan UPS dan genset sebagai dua komponen wajib dalam sebuah pusat data. Kolaborasi itu akan memberikan energi cadangan yang maksimal untuk mem-back up pusat data jika terjadi pemadaman listrik. UPS Riello terdiri dari single phase dan three phase yang mampu memberikan energi cadangan hingga 6,4 MVA.
Sementara itu, AOSIF memiliki generator set diesel dengan daya 5-5.000 kva dan 25-1.500 kva dari genset gas yang semuanya dapat bekerja secara otomatis. Solusi AOSIF ini, kata Lugas, dapat dikustomisasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan.●
—Anwar Ibrahim, Techno Business ID; Foto-Foto: Blue Power Technology
Data Techno Business
Blue Power Technology merupakan anak perusahaan dari Computrade Technology International (CTI Group), distributor infrastruktur teknologi informasi terkemuka di Indonesia. Yang didistribusikan adalah produk-produk merek IBM, FireEye, Bluecat, Imperva, Varonis, AOSIF, dan Riello.
Alibaba Reduces Heatstroke Risk at Tokyo 2020 with Cloud
10 Tren Teknologi Pemerintahan 2019-2020 Versi Gartner
Strategi Panasonic Menerobos Lesunya Pasar Televisi
Seekmi Optimistis Kuasai Pasar Jasa Layanan Rumah
Kampanye 1.000 Startup Digital Semarang Masuki Tahap Ketiga
Indonesia Pengguna Aplikasi PhotoGrid Terbesar di Dunia
Sambut Imlek, BMW Tawarkan Promo All-New BMW Seri 7
Kini, EOS System Canon Telah Berumur 30 Tahun
Luar Biasa, LG Electronics Borong 90 Penghargaan di CES 2017