TechnoBusiness Insights
81% Perusahaan Indonesia Akui Data Pelanggannya Rawan Bocor
Sebanyak 81% perusahaan di Indonesia mengaku data pelanggannya rawan kebocoran.
Published
3 years agoon
Sebanyak 81% perusahaan di Indonesia mengaku data pelanggannya rawan kebocoran akibat serangan siber.
Jakarta, TechnoBusiness Insights ● Beberapa hari ini muncul kabar bahwa data vaksinasi Presiden Joko Widodo bocor ke publik. Walau pemerintah telah menyanggahnya, tapi tak dimungkiri bahwa keamanan data di Indonesia masih rawan pembobolan.
Baca Juga: TikTok Gelar Kompetisi The Greatest Gamer Berhadiah Rp100 Juta
Trend Micro Incorporated (TYO: 4704; TSE: 4704), pemimpin keamanan siber global yang didirikan di California dan berpusat di Tokyo, Jepang, pun mengungkapkan memang terjadi peningkatan risiko keamanan siber di Indonesia dalam setahun terakhir ini.
Dalam Trend Micro Cyber Index terbaru disebutkan bahwa 81% perusahaan-perusahaan di Indonesia mengaku tak menutup kemungkinan data pelanggannya bisa saja mengalami kebocoran karena serangan siber selama 12 bulan ke depan.
Baca Juga: Cleva Raih Pendanaan Sebesar US$600.000 dari Choco Up
Dalam laporan itu juga diketahui bahwa tingkat keamanan data pelanggan perusahaan di Tanah Air masuk kategori Elevated Risk. Yang berarti telah terjadi penurunan indeks keamanan siber dan di saat yang sama terjadi peningkatan risiko.
Country Manager Trend Micro Indonesia Laksana Budiwiyono menyebutkan 65% perusahaan di Indonesia mengaku kemungkinan akan mengalami serangan siber serius dalam 12 bulan ke depan.
Sebab, dalam 12 bulan terakhir, perusahaan-perusahaan responden menyatakan 28%-nya telah mengalami serangan pada jaringan atau sistem sebanyak lebih dari 7 kali.
Baca Juga: Cleva Raih Pendanaan Sebesar US$600.000 dari Choco Up
Lalu, 20% mengalami lebih dari 7 kali pelanggaran terhadap aset informasi dan 29% mengalami lebih dari 7 kali pelanggaran data pelanggan selama setahun terakhir.
Ada tiga konsekuensi negatif yang paling menjadi perhatian akibat serangan siber di Indonesia, yaitu kehilangan kekayaan intelektual (termasuk rahasia dagang), gangguan pada infrastruktur penting, dan konsekuensi biayanya.
Baca Juga: Pongo Kantongi US$7,71 Juta dari SMZDM, Lenovo, dan Grift
“Dengan melihat lebih dari setengah reponden menyatakan mengalami kebocoran data pelanggan dalam 12 bulan terakhir, perusahaan harus mempersiapkan diri secara lebih baik,” kata Laksana.
Persiapan perusahaan itu, antara lain dengan mengidentifikasi data penting yang memiliki risiko tinggi, fokus pada ancaman yang berdampak besar terhadap bisnis, dan menggunakan perlindungan berlapis dengan platform yang komprehensif dan saling terhubung.●
Teks: TechnoBusiness Insights
Data: Trend Micro Indonesia
Foto: Pexels
Tekan “tombol lonceng” di sisi kiri layar Anda untuk mendapatkan notifikasi berita terbaru dari TechnoBusiness lebih cepat.
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.