Published
4 years agoon
Strategi Airbnb yang baru dihadirkan demi menjawab adanya perubahan perilaku pasar pariwisata global saat ini.
California dan Jakarta, TechnoBusiness US • Pandemi tak lekas beranjak, sementara banyak orang di seluruh dunia sudah tak sabar ingin menikmati liburan yang tertunda.
Meski vaksinasi menjadi pembuka bagi pelancong di Amerika Serikat dan Eropa untuk berlibur ke pusat-pusat wisata lokal maupun mancanegara, tetap saja semua sudah berubah.
Baca Juga: Kinerja ICS Compute Tumbuh Cepat Berkat AWS
Cara orang bepergian tak lagi sama seperti sebelumnya. Liburan kali ini, semua orang, baik yang menggunakan transportasi udara maupun kapal pesiar sekalipun, harus mengikuti protokol kesehatan.
Para pelancong juga cenderung memilih bepergian dalam kelompok kecil. Bahkan, demi menghindari risiko penularan, kalangan jetset memilih menyewa pesawat pribadi.
Perubahan cara orang bepergian itulah yang mendorong strategi Airbnb, Inc., marketplace akomodasi global yang berbasis di San Francisco, California, berubah.
Baca Juga: Telkomsel Resmi Gelar Jaringan 5G di Indonesia
Kemarin, jajaran eksekutif perusahaan mengumumkan strategi Airbnb tersebut, yang meliputi lebih dari 100 perubahan, baik di dalam situs web, aplikasi, maupun penanganan komunitas.
Sedikit di antaranya memperpendek tahapan reservasi tamu, panduan kedatangan yang lebih detail, dan spektrum ulasan lebih lengkap yang memungkinkan para tamu leluasa memberikan pujian atau kritikan. [the_ad id=”13590″]
Namun, pada dasarnya semua itu didorong oleh tiga perubahan mendasar perilaku pelancong saat ini, yakni fleksibilitas, tren bekerja jarak jauh, dan durasi tinggal lebih lama dalam perjalanan.
Baca Juga: Investor Bitcoin Nangis Darah! Beli US$63.000, Jual US$31.000
“Kami melihat ada tiga perubahan mendasar dalam industri perjalanan karena orang-orang menjadi tidak terikat dan lebih fleksibel,” kata Brian Chesky, co-founder dan CEO Airbnb.
Saat ini, kata Chesky, garis antara bepergian, tinggal, dan bekerja semakin kabur. Strategi Airbnb yang baru bertujuan untuk memudahkan orang mengintegrasikan antara perjalanan dengan kehidupan mereka. [the_ad id=”13590″]
Perubahan strategi Airbnb itu bukan tanpa data yang kuat. Sejak awal tahun ini, marketplace akomodasi yang menawarkan 4 juta kamar penginapan di 220 negara itu melihat ada 200 juta penelusuran fleksibilitas tanggal.
Baca Juga: Xaurius Rilis Token XAU Berbasis Emas Pertama di Indonesia
Lalu, perjalanan terdistribusi ke berbagai tujuan yang lebih luas. Dalam 12 bulan yang berakhir pada 30 April lalu, Airbnb melayani pemesanan akomodasi di 94.000 kota. [the_ad id=”13590″]
Lebih dari itu, para pemesan juga tinggal lebih lama dalam perjalanan. Pangsa menginap 28 hari atau lebih di Airbnb meningkat dari 14% pada 2019 menjadi 24% pada kuartal 1/2021.
Di New York City, kata Chesky, sebanyak 62% pemesanan akomodasi Musim Panas tahun ini dipesan para pelancong untuk masa inap jangka panjang.
Baca Juga: Kapitalisasi Pasar Aset Kripto Kembali di Bawah US$2 Triliun
Strategi Airbnb yang baru dihadirkan itu untuk menjawab segala perubahan perilaku pasar yang dipengaruhi oleh adanya pandemi COVID-19. [the_ad id=”13590″]
Spire Research and Consulting, firma riset dan konsultasi bisnis global yang berpusat di Tokyo, menyatakan salah satu industri yang paling terdampak pandemi adalah perjalanan dan pariwisata.
Baca Juga: Harga Bitcoin Anjlok, Oscar Darmawan: Tak Perlu Khawatir
Hampir selama setahun penuh orang-orang di seluruh dunia dipaksa untuk tetap berdiam di rumah, bekerja dari rumah, dan belajar pun di rumah. Melancong tidak diperbolehkan. [the_ad id=”13590″]
Tapi, walau pandemi belum berakhir, sekarang orang-orang mulai kembali bepergian dengan tata cara yang berbeda. Untuk itu, perusahaan layanan akomodasi pun harus mengikuti perubahan tersebut.
“Strategi Airbnb yang baru diperkenalkan memang cocok untuk mengakomodasi perilaku pasar perjalanan saat ini,” puji Jeffrey Bahar, Group Deputy CEO Spire Research and Consulting.
Baca Juga: Selamat! 6 Perusahaan Indonesia Ini Masuk Forbes Global 2000
Perubahan itu mau tidak mau harus dijalankan oleh Airbnb dan marketplace akomodasi lainnya karena perusahaan tidak bisa menunggu kondisi pasar pulih terlebih dahulu—yang tidak tahu kapan itu.
[the_ad id=”13590″]
Kalau perlu, kata Jeffrey, strategi Airbnb diperkuat dengan layanan yang lebih eksklusif karena saat ini tidak sedikit pelancong yang ingin dilayani secara lebih khusus dan lebih detail.•
—Philips C. Rubin dan Purjono Agus Suhendro, TechnoBusiness US • Foto: Airbnb
[the_ad id=”13590″]
Tekan “tombol lonceng” di sisi kiri layar Anda untuk mendapatkan notifikasi berita terbaru dari TechnoBusiness lebih cepat.
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.