E-Commerce
Membaca Strategi “Rebranding” MatahariMall.com
Published
6 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Kabar mengejutkan datang dari dunia e-commerce Tanah Air. Pada Rabu (21/11) lalu, MatahariMall.com tiba-tiba mengumumkan akan mengubah namanya menjadi Matahari.com.
Kabar itu sudah mulai tersiar sehari sebelumnya ketika beberapa merchant yang menjadi mitra MatahariMall.com mengabarkan keputusan Lippo Group tersebut.
Baca Juga: Valuasi Tokopedia Diprediksi Mencapai US$7 Miliar
Perubahan itu tentu memantik pertanyaan publik: Apa yang terjadi dengan MatahariMall? Mungkinkah itu berarti MatahariMall kalah bersaing dengan pemain-pemain e-commerce lainnya seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Lazada?
Pertanyaan itu wajar muncul mengingat betapa hebohnya saat-saat MatahariMall akan lahir pada 9 September 2015 lalu. Rencana kelahirannya saja sudah tersiar sejak 25 Februari sebelumnya.
“Rebrand ini akan membuat Matahari lebih cepat mencapai tujuannya dalam menyediakan pengalaman omni-channel sejati.”
Yang semakin membuat gemerlap MatahariMall adalah alokasi dana awalnya yang sudah cukup besar, yakni US$500 juta.
Itu belum termasuk kucuran dana dari Mitsui & Co asal Jepang senilai US$100 juta pada Oktober 2016, setahun setelah beroperasi.
Talenta-talenta top pun direkrut, seperti CEO Zalora Hadi Wenas didapuk menjadi CEO MatahariMall, mantan Presiden Direktur Garuda Indonesia Emirsyah Satar ditunjuk sebagai chairman, dan mantan Country Director Google Indonesia Rudy Ramawy sebagai vice chairman.
Sayangnya, kinerja MatahariMall tak segelamor kabar awalnya. Merujuk pada daftar lima besar e-commerce di Tanah Air yang dirilis situs agregator iPrice Group berbasis di Malaysia, MatahariMall tidak termasuk.
Baca Juga: Pesanan Harian Shopee Indonesia Mencapai 0,7 Juta
Tahu-tahu MatahariMall mengumumkan strategi barunya dengan menjadi versi online-nya Matahari. Langkah itu, menurut CEO MatahariMall Hadi Wenas, semata-mata untuk mempercepat penerapan omni-channel bagi Matahari.
“Rebrand ini akan membuat Matahari lebih cepat mencapai tujuannya dalam menyediakan pengalaman omni-channel sejati kepada pelanggannya di Indonesia,” kata Wenas dalam pernyataan tertulisnya.
Perusahaan mengembangkan kapabilitas omni-channel untuk memberi pilihan belanja bebas hambatan.
Yang dimaksud omni-channel adalah strategi lintas saluran (cross channel strategy) yang semua lini terintegrasi satu sama lain yang memungkinkan meningkatkan pengalaman pelanggan (customer experience) secara lebih baik, cepat, dan efisien.
Itu berarti, perubahan merek dari MatahariMall menjadi Matahari.com mengubah konsep yang semula sebagai perusahaan e-commerce pertama di Tanah Air yang menerapkan online to offline menjadi perusahaan omni-channel.
Baca Juga: Jumlah Pengunjung Lazada Anjlok Amat Dalam
“Sinergi ini akan membuat MatahariMall, dengan kecanggihan teknologinya, dan Matahari, dengan pengalaman ritel fesyennya, bekerja sama secara lebih efektif demi keuntungan pelanggan,” lanjut Wenas.
Matahari memiliki 155 gerai yang tersebar di 74 kota di seluruh Indonesia.
Vice President dan CEO Matahari Richard Gibson menambahkan, perusahaan mengembangkan kapabilitas omni-channel untuk memberi pilihan belanja bebas hambatan bagi pelanggan, baik online maupun offline, lewat Matahari.com ataupun gerai Matahari.
Sampai saat ini, Matahari yang dikelola PT Matahari Putra Prima (IDX: LPPF) memiliki 155 gerai yang tersebar di 74 kota di seluruh Indonesia. Selain Matahari, Matahari Putra Prima juga mengoperasikan supermarket Hypermart, Foodmart, dan lain-lain.
Hingga usianya yang menginjak 60 tahun sejak didirikan pada 24 Oktober 1968, Matahari telah mempekerjakan sebanyak 40.000 karyawan dengan melibatkan 850 pemasok lokal dan internasional.
Baca Juga: Ternyata Pria Lebih Gila Belanja
Selama itu peritel legendaris tersebut tentu sudah mengalami pasang surut. Kini, harapannya bisa tumbuh dengan konsep omni-channel di tengah beragam tantangan yang mesti dihadapi.
Apakah langkah MatahariMall itu tepat? Menurut pakar distribusi yang juga Group CEO PowerCommerce Asia Hadi Kuncoro, “Sangat tepat”.
Bahkan, sejak dulu Hadi percaya bahwa Indonesia yang luas dengan beragam karakteristik pasar amat cocok jika peritel memanfaatkan konsep omni-channel.
Akan tetapi, harus dipahami bahwa omni-channel amat kompleks, tak sesederhana O2O seperti yang dijalankan MatahariMall sebelumnya.
“Peritel harus mengintegrasikan antara point of sales, inventory system, dan lain sebagainya secara online,” kata Hadi. “Bahkan, customer relationship management di ritel offline dengan yang online juga harus terkoneksi.”
Lebih dari itu, susunan di gerai toko, sumber daya manusia, standard operating procedure (SOP)-nya pun mesti diintegrasikan. Untuk itu, kata Hadi, perlu proses change management secara menyeluruh.
Apakah itu akan dilakukan Matahari? Ataukah peleburan MatahariMall ke Matahari hanya kamuflase dari pembubaran e-commerce tersebut? Kita lihat perkembangan selanjutnya.
Baca Juga: Pasar Asia Berubah Setiap Hari
Yang pasti, penjualan konsolidasi Matahari selama sembilan bulan pertama 2018 mencapai Rp13,6 triliun, naik 3% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan nilai Rp13,2 triliun.
Pendapatan bersihnya pun naik 3,0% menjadi Rp7,8 triliun dengan same store sales growth tercatat sebesar 4,4%. Laba bersihnya sekitar Rp1,5 triliun, ekuivalen dengan 11% penjualan.●
—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID ● Foto: MatahariMall.com, TechnoBusiness Media Network