Published
6 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Perusahaan-perusahaan rintisan (startup) lahir dari sebuah ironi kemajuan pasar konvensional. Kelahirannya bertopang inovasi untuk mengisi celah yang ada.
Begitu pula dengan teknologi finansial (financial technology/fintech), hadir untuk menjembatani pasar yang selama ini tidak tersentuh perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya.
Rendahnya akses ke perbankan dari sebagian besar populasi penduduk Indonesia itulah yang kemudian dilirik pula oleh perusahaan fintech asing, salah satunya Fintopia Inc.
Baca Juga: Hadapi Kecerdasan Buatan, CEO Harus Beradaptasi!
Fintopia merupakan perusahaan fintech asal China. Di Indonesia, Fintopia masuk dengan mendirikan anak usaha bernama PT Indonesia Fintopia Technology. Layanannya dinamakan EasyCash.
Menurut co-founder dan CEO Fintopia Liu Yongyan, perusahaannya ingin berkontribusi dalam pembangunan sektor keuangan yang inklusif di seluruh dunia.
“Kami secara khusus memperhatikan upaya pembangunan platform fintech yang berorientasi pasar teknologi agar bisa memenuhi kebutuhan pendanaan yang cepat, nyaman, dan mudah dijangkau.”
Sepertinya Fintopia tidak main-main dalam menggarap pasar Indonesia. Dalam waktu singkat, perusahaan langsung mendapatkan izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan.
Baca Juga: Mengenal Keunggulan Teknologi Sprint Digital 360
Beroperasinya Fintopia menambah daftar pasar yang dimasukinya. Pasar-pasar itu antara lain Hong Kong, Jepang, Thailand, dan Brazil, negara-negara di luar asal muasalnya.
Gerak cepat itu memang sudah menjadi ciri khas Fintopia, bahkan sejak sebelum lahir. Menurut sejarah, Fintopia dimulai dari secangkir kopi dua insinyur Facebook dan Microsoft yang kebetulan teman kuliah.
Dua insinyur itu, satu adalah Yongyan yang pernah bekerja di Google dan Facebook, satu lagi Bo Geng—saat ini bertindak sebagai co-founder sekaligus chief technology officer—dari Microsoft.
Seiring berkembangnya teknologi, keduanya menyadari kemampuan merek untuk membangun sistem analisis kredit generasi mutakhir. Sistem itu berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan mengubah cara orang untuk mendapatkan kredit ataupun berinvestasi.
Baca Juga: Setelah ValuKlik Diakuisisi Dentsu Aegis Network
Kesadaran itu kemudian secara cepat diejawantahkan menjadi Fintopia dan mulai beroperasi di Beijing pada September 2015. Sejak itu, Fintopia berkembang pesat dan memiliki banyak karyawan.
Sampai saat ini, Fintopia mempekerjakan sebanyak 260 karyawan yang menurut mereka kebanyakan berlatar pakar keuangan dari Wall Street dan ahli teknologi informasi asal Silicon Valley, California, Amerika Serikat.
Penggunanya, berdasarkan penjelasan di situs resminya, telah mencapai 17,3 juta orang. Dari jumlah itu, Fintopia menyalurkan pendanaan hingga ¥39,1 miliar.
Dalam menjalankan operasinya, Fintopia bekerja sama dengan empat mitra, antara lain Beijing Kunlun WanWei Technologies (SZA: 300418), Huaxia Bank Co Ltd (SHA: 600015), China International Capital Corp Ltd (HKG: 3908), dan Face.●
—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID ● Foto: Fintopia
Boost Milik Axiata Ingin Berdayakan 77,6% UMKM di Indonesia
Alokasi Pendanaan Amartha pada 2021 Dipatok Rp2,6 Triliun
Kemkominfo Blokir 4.020 Fintech Ilegal Sepanjang 2018-2019
Luar Biasa, Ternyata Hampir 2.000 Fintech Ilegal
Tarik Pendanaan Global, Fintech Indonesia Kalah dari Vietnam
Faktor Kunci Fintech Singapura Unggul dalam Pendanaan Global
Praktik Buruk Bisa Pengaruhi Bisnis Fintech
Fintech Pekerja Migran Ini Dapat Pendanaan Senilai US$12 Juta
Mengenal Crowde, Platform untuk Permodalan Petani