Published
6 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Saat ini, minat masyarakat Indonesia dalam berinvestasi masih sangat rendah, yakni sekitar 0,4%. Penyebab utamanya karena minimnya informasi, sekalipun produk investasi yang dapat dipilih telah banyak.
Belakangan ini, produk-produk investasi berbasis teknologi, seperti peer to peer lending, pun bermunculan. Polanya amat mudah, hanya mengandalkan ponsel pintar di tangan. Satu dari sekian banyak platform teknologi finansial (fintech) itu bernama Crowde.
Crowde merupakan platform fintech berkonsep peer to peer lending untuk permodalan petani. Menggunakan model bisnis crowdlending, CEO Crowde Yohanes Sugihtononugroho menjelaskan, Crowde mengumpulkan dana investor lalu menyalurkannya kepada berbagai proyek usaha tani.
Baca Juga: Mencari Solusi Pendanaan Petani
Crowde, yang sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, hadir dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. “Caranya, dengan memberi kemudahan dalam mengakses permodalan,” kata Yohanes. Agar calon-calon investor paham, Crowde secara aktif melakukan edukasi.
Setelah itu, Crowde mengajak masyarakat untuk mempraktikkannya dengan memberi modal investasi awal senilai Rp10.000. Itu dilakukan, “Agar masyarakat lebih mengenal konsep investasi dan tertarik untuk segera melakukannya,” ungkap Yohanes.
Platform fintech semacam Crowde diperlukan para petani di Tanah Air yang memang menghadapi bermacam kendala untuk bisa disebut sejahtera. Kendala-kendala itu, mulai dari kebutuhan selama masa tanam hingga panen dan lain sebagainya.
Baca Juga: Mengatasi Kemiskinan Petani dengan Skema Value Chain Financing
Kumbo Lasmono, periset senior dari Spire Indonesia, dalam Spire Insight yang dimuat TechnoBusiness Indonesia pada Maret lalu, menggambarkan bahwa petani yang serbasalah. “Jika masa panen tiba pun harga gabah langsung anjlok,” katanya.
Untuk menjadi petani yang lebih maju, masyarakat terkendala dana. “Memang lembaga-lembaga keuangan resmi menawarkan pinjaman, tapi mereka enggan meminjam karena syaratnya yang dianggap terlalu berbelit-belit,” lanjut Kumbo.
Kumbo berpendapat bahwa kemunculan fintech yang fokus pada pembiayaan petani bisa menjadi solusi. Sebab, petani tergolong profesi yang paling membutuhkan bantuan permodalan dalam usahanya.●
—Anwar Ibrahim, TechnoBusiness ID ● Foto: Crowde
Boost Milik Axiata Ingin Berdayakan 77,6% UMKM di Indonesia
Alokasi Pendanaan Amartha pada 2021 Dipatok Rp2,6 Triliun
Kemkominfo Blokir 4.020 Fintech Ilegal Sepanjang 2018-2019
Luar Biasa, Ternyata Hampir 2.000 Fintech Ilegal
Tarik Pendanaan Global, Fintech Indonesia Kalah dari Vietnam
Faktor Kunci Fintech Singapura Unggul dalam Pendanaan Global
Crowde Targetkan Danai 100.000 Petani
Praktik Buruk Bisa Pengaruhi Bisnis Fintech
Fintech Pekerja Migran Ini Dapat Pendanaan Senilai US$12 Juta