Connect with us

Startups

Mengenal Istilah dan Asal Usul “Unicorn” dalam “Startup”

Published

on

Jakarta, TechnoBusiness ID ● Dalam debat capres kedua antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang digelar di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Minggu (17/2), salah satu yang diangkat adalah soal “unicorn”.

TechnoBusiness Indonesia tidak ingin melibatkan diri dalam perdebatan politiknya, hanya tertarik untuk mengupas apa sebetulnya “unicorn” itu.

Baca Juga: 23 Unicorn “On Demands” Bervaluasi US$203 Miliar

Unicorn merupakan istilah untuk mengategorikan sebuah perusahaan rintisan (startup) teknologi yang valuasinya telah mencapai US$1 miliar.

Advertisement

Istilah itu pertama kali diperkenalkan oleh Aileen Lee, seorang venture capitalist asal Amerika Serikat yang tercatat sebagai pendiri Cowboy Ventures, pada 2013.

Aileen Lee, pendiri dan Managing Director Cowboy Ventures

Unicorn, hewan legenda mirip kuda bertanduk satu yang langka, dinilai Lee cocok untuk menggambarkan pencapaian perusahaan-perusahaan dengan valuasi sebesar itu—yang sulit atau langka ditemukan.

Saat Lee memperkenalkan istilah itu, baru ada 39 perusahaan teknologi yang masuk kategori tersebut. Ke-39 perusahaan itu terdiri dari 15 yang menargetkan pengguna entreprise dan 24 untuk consumer.

Baca Juga: Pengguna Facebook Mencapai 2,32 Miliar. Berapa dari Indonesia?

Instagram, Waze, YouTube, Airbnb, Uber, Dropbox, Twiiter, LinkedIn, dan Facebook merupakan sederet perusahaan-perusahaan teknologi baru untuk consumer yang saat itu sudah masuk kategori unicorn.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang menargetkan pengguna entreprise pada waktu yang sama di antaranya Box, Marketo, Palo Alto Networks, Palantir, dan Workday.

Advertisement

Dalam tulisannya di Techcrunch yang berjudul “Welcome to the Unicorn Club: Learning from Billion-Dollar Startups” lima tahun lalu, Lee menyebut rata-rata ada empat unicorn per tahun yang lahir antara 2003-2013.

Setelah itu tentu jauh lebih banyak. Setahun lalu saja ada 112 perusahaan baru yang masuk kategori “The US$1B+ Unicorn Club”. Jumlah itu naik 58% jika dibanding 71 unicorn baru yang lahir pada 2017.

Baca Juga: Wow, Canggihnya Smart Panda Bus Buatan China Ini

Alhasil, per hari ini, enam tahun setelah Lee memperkenalkan istilah unicorn, berdasarkan data firma riset CB Insights, ada 310 perusahaan unicorn+ (termasuk decacorn) sejagat. Nilai total valuasinya mencapai US$1,05 triliun.

Indonesia, negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, menyumbangkan empat unicorn+. Keempat unicorn+ itu antara lain Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.●

Advertisement

—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID ● Foto: Cowboy Ventures