Connect with us

TechnoBusiness Insights

5 “Startup Unicorn” dengan Valuasi Terbesar di Dunia

Published

on

Bytedance, platform media asal China, memiliki valuasi terbesar sejagat versi CB Insights per 23 Januari 2019.  

Jakarta, TechnoBusiness Insights ● Setelah diungkap dalam debat calon presiden kedua antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada Minggu (17/2), kata unicorn masih ramai dibicarakan hingga saat ini.

Terkait dengan unicorn di dunia startup, kemarin TechnoBusiness Indonesia telah mengupas, mulai dari sejarah kemunculan, pencetus, dan jumlah unicorn di dunia saat ini.

Baca Juga: Kini, Ada 310 “Startup” yang Masuk Kategori “Unicorn” 

Advertisement

Untuk diketahui, hingga akhir Januari lalu, jumlah startup yang telah masuk kategori unicorn (bervaluasi di atas US$1 miliar) mencapai 310 perusahaan. Secara kumulatif, total valuasi yang tercipta tercatat sebesar US$1,05 triliun.

Pertanyaannya, siapa yang menjadi penyumbang valuasi terbesar? Berikut ini lima startup dengan valuasi terbesar di dunia versi firma riset CB Insights.

1. Bytedance (US$75 Miliar)

 

Bytedance (Headlines Today atau Toutiao): aplikasi membaca berita buatan Bytemod Pte. Ltd. yang memanfaatkan teknologi data mining dari jejaring sosial pengguna.

Startup yang didirikan oleh Zhang Yiming di Beijing, China, pada 9 Maret 2012, ini telah mengumpulkan investasi dari 15 investor, di antaranya CCB International, DST Global, GSV Capital, GIC, General Atlantic, dan SoftBank.

Advertisement

2. Uber (US$72 Miliar)

Uber bukan pionir dalam on-demand platform, tapi valuasinya tercatat yang terbesar. Meski tahun lalu menyatakan menyerah dari pasar Asia, startup yang berbasis di San Francisco, California, Amerika Serikat, ini tetap bernilai.

Sejak didirikan oleh Travis Kalanick dan Garrett Camp pada Maret 2009, Uber telah mendapat guyuran dana dari 98 investor, termasuk SoftBank Group Corporation asal Jepang. Kini, Uber sedang berupaya menyempurnakan layanan kendaraan otonomnya.

3. Didi Chuxing (US$56 Miliar)

Didi Chuxing Technology Co. (sebelumnya bernama Didi Kuaidi) merupakan kompetitor tangguh Uber di China. Di bawah naungan Beijing Xiaoju Technology Co. Ltd., Didi didirikan oleh Cheng Wei, Zhang Bo, dan Wu Rui pada Juni 2012.

Advertisement

Sebagai penyedia platform transportasi online komprehensif, Didi melayani lebih dari 300 kota di China. Tidak hanya itu, Didi juga telah berekspasi ke Meksiko, Australia, Jepang, Brasil, dan Hong Kong.

Sepanjang perjalanan perusahaan, Didi telah diinvestasi oleh 29 investor, termasuk Alibaba Group, Ant Financial Services Group, Apple Inc., Bank of Communications, dan Beijing Automotive Industry Holding Co.

4. WeWork (US$47 Miliar)

WeWork Companies, Inc. merupakan penyedia ruang kerja bersama yang didirikan Adam Neumann dan Miguel McKelvey di SoHo, Manhattan, New York City, Amerika Serikat, pada 2010.

Kini, WeWork telah menggarap pasar penyediaan ruang kerja bersama di 86 kota di 32 negara, termasuk Indonesia. Pertumbuhan bisnis WeWork didukung oleh 17 investor, termasuk Benchmark dan Goldman Sachs.

Advertisement

5. Juul Labs (US$38 Miliar)

Juul Labs adalah perusahaan rokok elektronik (e-cigarette) milik PAX Labs selama dua tahun sejak Juni 2015-Juli 2017. Setelah itu, Juul Labs, yang per September 2018 menguasai 72% pangsa pasar rokok elektronik di Amerika Serikat, memisahkan diri.

Sejak 2018, Juul Labs kembali melibatkan para pemodal ventura yang sampai saat ini telah berjumlah delapan investor. Altria Group Inc. (sebelumnya bernama Philip Morris Companies, Inc.), produsen rokok terbesar di dunia, menguasai 35% saham Juul Labs.●

 

Advertisement