TechnoBusiness News
Penyedia Solusi EWA Paywatch Buka Kantor di Bali
Paywatch Indonesia membuka kantor kedua di Bali setelah Jakarta.

● Paywatch menawarkan layanan earned wage access dengan sasaran utama karyawan di industri pariwisata.
● “Layanan EWA kami membantu mengurangi stres finansial, meningkatkan retensi karyawan.”
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Paywatch, penyedia solusi akses upah yang diperoleh secara lebih cepat (earned wage access/EWA) asal Seoul, Korea Selatan, dengan kantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Senin (19/5), membuka kantor di Bali.
Pembukaan kantor baru itu merupakan yang kedua di Indonesia setelah sebelumnya hadir di Jakarta. Kantor tersebut juga sekaligus menjadi penanda perkembangan perusahaan yang sudah memiliki kantor di Filipina dan Hong Kong.
Menurut Aldy Harjoto, Head of Business Development of Paywatch Indonesia, ekspansi itu mencerminkan peningkatan investasi Paywatch di Indonesia, khususnya di Pulau Dewata, di mana industri perhotelan memegang peranan penting dalam perekonomian lokal.
“Layanan EWA kami membantu mengurangi stres finansial, meningkatkan retensi karyawan, dan berkontribusi pada stabilitas jangka panjang sektor pariwisata di Bali,” katanya.
Di Indonesia, industri perhotelan—yang didorong oleh pertumbuhan industri pariwisata—menyumbang perekonomian cukup signifikan. Tahun ini, nilai pasarnya diperkirakan mencapai US$2,06 miliar dan akan meningkat menjadi US$3,65 miliar pada 2030.
Itu sebabnya, Paywatch optimistis tumbuh pesat di Indonesia. Buktinya, jumlah pengguna terdaftar meningkat lima kali lipat kurang dari setahun. Perusahaan mencapai break event point pada akhir 2024, mencerminkan tingginya permintaan pasar terhadap layanan yang ditawarkan.
EWA diyakini dapat membantu karyawan mengelola pengeluaran sehari-hari dan menghindari pinjaman dengan bunga tinggi. Berdasarkan studi 60 Decides yang didukung UN ILO, sebanyak 57% pengguna EWA mengaku stres finansialnya menurun.
Selain itu, setelah menggunakan layanan EWA, sebanyak 51% orang yang disurvei mengatakan merasa memiliki kontrol lebih besar atas keuangan mereka dan 49% orang tidak lagi bergantung pada pinjaman gaji atau kasbon.●
—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID