Published
7 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Dewasa ini teknologi telah merangsek ke semua lini bisnis dan tak ada satu pun yang kebal terhadap perubahan itu. Sebab, teknologi membuat segalanya semakin efektif dan efisien, termasuk, misalnya, dalam hal berbelanja barang.
Baca Juga: Mengenal Keunggulan Teknologi Sprint Digital 360
Di Amerika Serikat, Forbes menyebutkan, selama 2017 sedikitnya 21 perusahaan ritel memutuskan menutup 3.591 gerai mereka. Seperti yang kita tahu, masyarakat di negara maju itu sudah terbiasa dengan berbelanja online. Buktinya, Amazon semakin besar menggantikan peritel offline yang sudah puluhan, bahkan ratusan tahun, hadir.
Di Indonesia juga sudah banyak contohnya. Raksasa jaringan ritel Mitra Adi Perkasa (MAP) menghentikan beberapa gerai Lotus, Debenhams, dan GAP yang dikelolanya tahun lalu. Manajemen ritel fashion Ramayana dan Matahari pun menutup beberapa toko mereka.
Tidak hanya itu, toko-toko di pusat belanja elektronik ternama di kawasan Glodok, Mangga Dua, dan sekitarnya pada akhirnya tak lepas dari “kematian” karena—di samping menurunnya daya beli—tsunami digital. Kini, masyarakat tidak lagi pergi ke Glodok sekadar untuk membeli televisi seperti dulu.
Karena itu, kata CEO Feedr.id Hadi Kuncoro, satu-satunya jalan agar tetap bertahan (survive), perusahaan harus melakukan transformasi bisnis. “Transformasi digital menjadi sebuah keharusan,” katanya. “Masalahnya, banyak perusahaan yang masih bingung langkah apa yang harus mereka lakukan.”
Itu sebabnya, Feedr.id, perusahaan enabler teknologi digital dan services berbasis solusi “Design, Build, and Operate”, meluncurkan Feedr Academy. Feedr Academy merupakan knowledge training centre yang memiliki visi menjadi vocational school dalam bidang digital dan e-commerce pertama di Indonesia.
Misinya melatih manajemen perusahaan dan para profesional untuk melakukan transformasi digital. “Pelatihan Feedr Academy meliputi pelatihan online marketing, digital branding, software dan platform development, warehousing dan logistik, hingga customer service,” ungkap Adez Aulia, Direktur Feedr Academy, di sela-sela peluncuran akademinya di Jakarta, Kamis (25/1).
Begitu lulus pelatihan selama tiga bulan, para peserta akan mendapatkan sertifikat. Meski baru diluncurkan, kata Hadi, Feedr Academy telah memiliki beberapa klien perusahaan. Klien-klien itu antara lain PT Unilever Indonesia Tbk., PT Tigaraksa Satria Tbk., dan Wardah Cosmetic.
Hadi yakin Feedr Academy akan berhasil mengingat pada 2020, seperti disebutkan perusahaan riset pasar global Gartner, sebanyak 75% bisnis akan bertransformasi menjadi berbasis digital. “Tapi, mungkin hanya 30% yang akan berhasil dan sukses,” ujarnya.
Keyakinan kedua, karena Feedr Academy didukung oleh pakar-pakar di bidangnya yang sudah berpengalaman puluhan tahun. Hadi sendiri ahli di bidang supply chain, retail management, dan business model design; Subiakto Prioseodarsono sebagai pakar branding; Muliadi W. Jeo sebagai pakar teknologi omnichannel, Riyeke Ustadiyanto sebagai pakar digital payment, dan lain-lain. “Kalau digabung, pengalaman kami jadi 100 tahun lebih,” ungkapnya.●
—Purjono Agus Suhendro, TechnoBusiness ID ● Foto-Foto: Feedr Academy
TokoTalk: “Kami Berangkat dari Layanan Berbasis Chatbot”
Shopee, E-commerce Paling Populer di Asia Tenggara
Hadi Kuncoro: E-commerce Perbanyak Barang Impor Itu Begini Hitung-Hitungannya…
E-commerce Indonesia Tumbuh di Atas Rata-Rata Global
E-commerce Melesat, Toko Offline Meredup
China jadi Pasar E-commerce Terbesar Dunia
E-commerce Indonesia Punya Sejumlah Tantangan
Strategi Jet Commerce Taklukkan Pasar E-commerce
Model O2O Terbaru Suning.com Dongkrak Penjualan 155%