Published
5 years agoon
Nilai investasi manufaktur Indonesia pada kuartal 1/2020 tumbuh 44,7% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Meski dibayang-bayangi pandemi virus Corona (Covid-19), nilai investasi manufaktur Indonesia pada kuartal 1/2020 mencapai Rp64 triliun, naik 44,7% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp44,2 triliun.
Baca Juga: Meski Produksi Turun 20%, Penjualan Sharp justru Naik 155%
“Nilai investasi manufaktur memberikan kontribusi yang signifikan, yakni hingga 30,4% dari total investasi secara keseluruhan sektor sebesar Rp210,7 triliun,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (27/4).
Nilai investasi manufaktur sebesar itu berasal dari penanaman modal asing senilai Rp44,2 triliun (kuartal 1/2019 sebesar Rp28,1 triliun) dan penanaman modal dalam negeri senilai Rp19,8 triliun (kuartal 1/2019 sebesar Rp16,1 triliun).
Baca Juga: Spire Insight: Beriklan Saat Pandemi
Agus menjelaskan, sektor-sektor manufaktur yang menyumbangkan nilai investasi cukup signifikan, antara lain industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp24,54 triliun.
Sebelum pandemi Covid-19 kian mewabah, industri manufaktur di Tanah Air cukup bergairah.
Kemudian diikuti dengan industri makanan senilai Rp11,61 triliun; industri kimia dan farmasi Rp9,83 triliun; industri mineral non-logam Rp4,34 triliun; serta industri karet dan plastik Rp3,03 triliun.
Setelah itu, ada industri kertas dan percetakan sebesar Rp2,99 triliun, industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain Rp2,14 triliun, juga industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik, dan jam sebesar Rp1,99 triliun.
Agus mengatakan, sebelum pandemi Covid-19 kian mewabah, industri manufaktur di Tanah Air cukup bergairah. Dalam Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia, menurut IHS Markit, per Februari lalu disebutkan berada di posisi 51,9, tertinggi sejak 2005.
Baca Juga: Pasar Konferensi Video Global Bernilai US$9,65 Miliar
“Kami optimistis, dengan melakukan upaya mitigasi atau menerbitkan kebijakan-kebijakan strategis pada masa pandemi Covid-19, tidak mustahil bahwa Indonesia sebelum 2030 sudah bisa menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia,” katanya.
Tetap tumbuhnya nilai investasi manufaktur meski dibayang-bayangi pandemi, menurut Deputy Group CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar, kemungkinan karena memang sudah menjadi bagian dari upaya sebelumnya.
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.
[nextpage]
Namun, untuk kuartal 2/2020 bisa jadi dampaknya mulai terlihat. Sebab, hampir semua pelaku industri dan investor di seluruh dunia terimbas. Bahkan, tidak sedikit industri yang terpaksa berhenti beroperasi.
Baca Juga: Spire Insight: Dampak Corona terhadap Industri Penerbangan
“Sebetulnya peluang-peluang investasi, termasuk peluang investasi manufaktur, itu amat terbuka bagi Indonesia,” kata Jeffrey. “Sebab, Indonesia satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki pasar domestik yang besar.”
Jika nilai investasi manufaktur yang masuk saat ini menunjukkan angka positif, sebetulnya masih bisa lebih dimaksimalkan lagi. Asalkan, lanjut Jeffrey, situasi politik dan keamanan stabil. Ditambah dengan kepastian hukum.
Baca Juga: EY: 80% Dewan Direksi Perusahaan Tak Siap Hadapi Covid-19
“Sejak dulu para investor asing sebenarnya tertarik dengan Indonesia, tapi regulasinya sering berubah, situasi politiknya tidak stabil, sering kali terjadi demo, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia per Februari 2020 berada di posisi 51,9, tertinggi sejak 2005.
Faktor-faktor itu yang menjadikan perolehan nilai investasi manufaktur Indonesia tidak maksimal seperti yang seharusnya.
Baca Juga: 3 Cara Bertahan Startup dari Badai Corona ala Qoala
“Kalau faktor-faktor tersebut dibenahi tidak menutup kemungkinan investor asing berduyun-duyun datang ke Indonesia,” ungkap Jeffrey.●
—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID ● Foto: Kementerian Perindustrian
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.