Y&S Insights
Y&S Insights: Limbah Elektronik dengan Segenap Dampaknya
Oleh Saffira Adnin, Konsultan YAMADA Consulting & Spire
Oleh Saffira Adnin, Konsultan YAMADA Consulting & Spire
Published
2 months agoon
Y&S Insights ● Kemajuan teknologi telah mendorong peningkatan penggunaan dan produksi perangkat elektronik. Pada 2023, pasar pengelolaan limbah elektronik global bernilai US$66,4 miliar dan diperkirakan akan tumbuh pada tingkat tahunan gabungan (CAGR) sebesar 12,9% dari 2024 hingga 2030 menjadi US$155,4 miliar.
Berdasarkan International Telecommunication Union (ITU), limbah elektronik merupakan semua produk elektronik yang telah mencapai akhir masa pakainya atau dibuang oleh pemiliknya karena sudah tidak digunakan lagi. Limbah ini, yang mencakup barang-barang seperti televisi, ponsel, kamera, peralatan dapur, dan alat penukar suhu, adalah aliran limbah yang tumbuh paling cepat di dunia.
Kategori limbah elektronik menurut ITU:
1. Peralatan penukar suhu: Misalnya kulkas, AC, dan pemanas ruangan.
2. Layar dan monitor: Termasuk TV, monitor, laptop, notebook, dan tablet.
3. Lampu: Seperti lampu pijar, lampu berdaya tinggi, dan lampu LED.
4. Peralatan besar: Contohnya mesin cuci, mesin pengering, mesin pencuci piring, kompor elektrik, dan panel surya.
5. Peralatan kecil: Seperti vacuum cleaner, microwave, pemanggang roti, mesin kasir, dan mainan elektronik.
6. Alat komunikasi dan IT kecil: Seperti handphone, GPS, kalkulator, dan printer rumahan.
Dari kacamata global, berikut negara-negara yang termasuk dalam penghasil limbah elektronik terbanyak selama 2024:
1. China: 12.066 juta kg per tahun
2. Amerika Serikat: 7.188 juta kg per tahun
3. India: 4.137 juta kg per tahun
4. Jepang: 2.638 juta kg per tahun
5. Brasil: 2.443 juta kg per tahun
6. Rusia: 1.910 juta kg per tahun
7. Indonesia: 1.886 juta kg per tahun
8. Jerman: 1.767 juta kg per tahun
9. Inggris: 1.652 juta kg per tahun
10. Meksiko: 1.499 juta kg per tahun
Indonesia sendiri menempati peringkat ke-7 dari 10 negara penghasil limbah elektronik terbesar di dunia, menurut laporan The Global E-Waste Monitor, dengan 1.886 juta kg limbah elektronik per tahun. Jumlah limbah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 120 miliar kg pada 2030.
Masalah yang Timbul
Meningkatnya limbah elektronik dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain:
1. Dampak Lingkungan
2. Risiko Kesehatan
3. Tantangan Ekonomi
4. Masalah Sosial
5. Hilangnya Sumber Daya Berharga
Jika terus-menerus terjadi, limbah elektronik bisa menyebabkan polusi yang lebih parah dan berkepanjangan. Hal ini bisa di atasi dengan beberapa cara salah satunya melalui regulasi pemerintah yang perlu membatasi produksi dan penggunaan alat elektornik.
Selain regulasi pemerintah, pengelolaan limbah eletronik juga bisa diminimalisasi dengan gerakan untuk menggunakan alat elektronik dengan bijak dan tidak FOMO (fear of missing out) dengan barang-barang elektronik yang baru. Hal ini bisa dimulai dari kebiasaan sehari-hari dan juga beberapa gerakan yang melibatkan generasi muda untuk membiasakan membatasi penggunaan alat elektronik yang berlebihan.●
Yamada Consulting & Spire (Y&S) merupakan perusahaan riset dan konsultasi bisnis terkemuka di dunia dengan kantor pusat di Tokyo, Jepang, dan kantor pusat regional Asia Pasifik di Singapura. Sebelum diakuisisi oleh Yamada Consulting Group, perusahaan ini dikenal dengan nama Spire Research and Consulting.
Y&S Indonesia | Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 50889816 | www.yamada-spire.com
Ketika GenAI Jadi Penentu Kemenangan Persaingan Perusahaan
Eksekutif Jobstreet Ungkap Alasan Pendirian Jobstreet Express
AWS Luncurkan Think Big Space Pertama di Asia Tenggara
Penjualan Terry Palmer 40% Disumbangkan Lewat Shopee Live
Fuse Tunjuk Ivan Sunandar Jadi CEO, Targetkan Perluasan Pasar
Nilai Pasar Etalase Global Dekati US$12,4 Miliar pada 2028
Y&S Insights: Mengeksplorasi Peluang Pasar Makanan Hewan di Indonesia
Marshall Homeline III, Speaker Musik yang Imersif Berdesain Ikonik
Pasar Perangkat Lunak Keamanan di Asia Pasifik Tumbuh 21,1%