Y&S Insights
Spire Insights: Potensi Penetrasi Internet Desa di Indonesia
Oleh Izdihara Nur Khalisha, Konsultan Spire Research and Consulting
Oleh Izdihara Nur Khalisha, Konsultan Spire Research and Consulting
Published
2 years agoon
Spire Insights ● Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi 275 juta jiwa penduduk yang tersebar di lebih dari 83.000 desa. Dengan wilayah geografi yang luas dan jumlah penduduk yang banyak menjadikan Indonesia sebagai negara dengan konsumsi internet terbesar keenam di dunia setelah China, Amerika Serikat, India, Brazil dan Jepang. Berdasarkan data APJII, tingkat penetrasi internet di Indonesia tumbuh sebesar 77,02% di mana telah terdapat sebanyak 210 juta penduduk Indonesia yang telah terhubung ke internet pada tahun 2021.
Baca Juga: Spire Insights: Menilik Potensi Pembiayaan Pertanian Digital di Indonesia
Sayangnya, terdapat wilayah di Indonesia yang masih kesulitan untuk mendapat akses internet. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menyatakan bahwa masih terdapat 12.548 desa dan kelurahan yang belum tersentuh internet 4G. Penyebabnya beragam, antara lain kontur geografis Indonesia yang tak jarang merupakan pegunungan dan sungai. Kondisi ini menyebabkan kendala terhadap pembangunan infrastruktur fisik termasuk infrastruktur telekomunikasi.
Selain itu, faktor daya beli masyarakat khususnya di pedesaan juga masih terbilang rendah terlebih akibat terjadinya pandemi. Pandemi menjadikan masyarakat yang berpengeluaran di bawah garis kemiskinan lebih mengutamakan pada pemenuhan kebutuhan dasar berupa makanan. Sehingga, untuk meningkatan penetrasi internet desa di Indonesia diperlukan sinergi antara pemerintah bersama dengan operator maupun ISP dalam membangun infrastruktur, dan masyarakat desa yang secara aktif mengomunikasikan akan kebutuhan internet.
Strategi Penetrasi Internet di Desa
Salah satu cara yang dapat diadopsi oleh penyedia internet untuk dapat meningkatkan penetrasi internet di desa adalah melalui pemanfaatan program CSR yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan penyedia internet dapat menyediakan sarana prasarana bagi masyarakat desa dengan menjadikan salah satu wilayah penting di desa tersebut sebagai titik kumpul masyarakat untuk mengakses internet seperti pos ronda, kafe, dll.
Terdapat 12.548 desa dan kelurahan yang belum tersentuh internet 4G.
Selain itu, perusahaan juga dapat mengadakan kerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai penyedia internet di desa. BUMDes sebagai pilar kegiatan ekonomi di desa yang memiliki fungsi sebagai lembaga sosial dan komersial dapat menjadi pintu masuk bagi para perusahaan penyedia internet baik operator maupun ISP untuk dapat melakukan penjualan produk internetnya kepada masyarakat desa.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Spire Research and Consulting, pihak desa umumnya terbuka terhadap adanya segala bentuk kerja sama khususnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa salah satunya melalui penyediaan internet. Namun, pihak desa juga mengharapkan adanya konsistensi dari para perusahaan, yakni perusahaan tidak hanya menjual produk internetnya kepada desa, melainkan secara kontinu memberikan pendampingan kepada masyarakat desa mengenai penggunaan internet tersebut.
Baca Juga: Spire Insights: Mengulik Perkembangan Jaringan 5G di Indonesia
Karakteristik Desa Potensial untuk Penetrasi Internet
Untuk mempermudah pemilihan desa yang dapat dijadikan potensi penetrasi layanan internet, perusahaan penyedia internet dapat berpedoman salah satunya pada Surat Ketetapan Desa Cerdas yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Desa Cerdas merupakan salah satu program pemerintah untuk mendorong pembangunan desa yang inovatif dalam melakukan pemecahan masalah melalui pemanfaatan teknologi digital. Pemilihan desa cerdas ini dilakukan dengan memperhatikan keterwakilan pada wilayah Indonesia Bagian Barat, tengah dan Timur sehingga akan memudahkan perusahaan dalam turut serta berperan dalam pemerataan penetrasi internet desa di Indonesia. Pemilihan desa cerdas ini dibagi ke dalam tiga fase yakni 350 desa pada fase I yakni tahun 2021, fase II sebanyak 1.000 desa pada tahun 2022 dan fase III sebanyakan 1.650 desa pada tahun 2023.
Desa cerdas tersebut merupakan desa-desa terpilih berdasarkan beberapa kriteria antara lain tersedianya jaringan listrik, tersedianya infrastruktur internet di desa, tersedianya bangunan atau ruangan yang akan disiapkan desa sebagai ruang digital masyarakat, tersedianya anggaran untuk mendukung pembiayaan operasional untuk keberlangsungan dan keberlanjutan program desa cerdas dan terdapatnya minimal satu calon kader digital desa.
Pemilihan desa juga dapat didasarkan pada Indeks Desa Membangun (IDM) yang terdiri dari Mandiri, Maju, Berkembang, Tertinggal dan Sangat Tertinggal. Pengategorisasian IDM desa tersebut didasarkan pada tiga aspek yakni ekonomi, sosial dan lingkungan.
Baca Juga: Spire Insights: Potensi Produk Berbahan Dasar Kulit Asal Garut
Dengan masih banyaknya jumlah desa dan penduduk yang belum mendapat akses internet didukung dengan program pemerintah yang secara aktif menumbuhkan semangat pihak desa untuk terus melakukan inovasi termasuk di bidang digital menjadikan potensi penetrasi internet desa di Indonesia masih terbuka lebar.
Para operator dan ISP di Indonesia pun akan terus berlomba dalam melakukan penetrasi produk internet desa dengan memanfaatkan kekuatan yang mereka miliki, seperti Telkomsel yang memiliki jaringan terluas di Indonesia saat ini. Selain Telkomsel, terdapat pula ICON+ yang juga berfokus pada penetrasi internet desa melalui pemanfaatan asset strategis milik PLN berupa jaringan listrik. Operator dan ISP lainnya pun diperkarakan akan terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mereka untuk turut dapat bersaing dalam meningkatkan penetrasi internet khususnya di desa-desa di Indonesia.●
Spire Research and Consulting merupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama di negara-negara berkembang. Perusahaan yang didirikan pada 2000 di Singapura ini kini memiliki kantor perwakilan di semua negara Asia Pasifik dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.
PT Spire Indonesia | Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 50889816 | www.spireresearch.com
Hitachi Vantara and Virtana Collaborate to Enhance Hybrid Cloud
IAS Expands Into China to Provide Advertising Solutions for Advertisers
Soltius Indonesia Jalin Kemitraan dengan Bhumi Varta Technology
Jumlah Pengguna Bybit Naik Jadi 50 Juta dalam 40 Hari
Multipolar Technology Tawarkan Tiga Solusi Andal untuk Memodernisasi Teknologi Perusahaan
KPMG Investasi Hingga US$100 Juta di Google Cloud Alliance
Pullman Hotels & Resorts Reveals “The Transforming Room” Concept
Y&S Insights: Komparasi Implementasi 5G di Indonesia dan Negara-Negara Lain
Infor Positioned as a Leader in the 2024 Gartner Magic Quadrant for Cloud ERP