Connect with us

Y&S Insights

Optimalisasi Kolaborasi Penta-Helix untuk Ketahanan Ekonomi Berkelanjutan

Oleh Muchamad Ramses, Konsultan Spire Research and Consulting

Published

on

Spire Insights Pandemi COVID-19 yang terjadi pada 2020 tidak dapat dimungkiri membawa gejolak perubahan kebijakan di berbagai sektor di banyak negara akibat pembatasan mobilisasi. Efek perubahan kebijakan tersebut dirasakan tidak hanya dalam kurun waktu 1-2 tahun, tapi berimbas pada efek yang berkepanjangan.

Di lain sisi, gejolak geo-politik yang diakibatkan oleh perang Rusia dan Ukraina mengakibatkan ekonomi dunia semakin tidak stabil. Tidak heran, beberapa ahli, termasuk lembaga ternama dunia seperti Bank Dunia dan IMF, memprediksi akan terjadi resesi ekonomi dunia tahun ini.

Baca Juga: Spire Insights: Menilik Potensi Pembiayaan Pertanian Digital di Indonesia

Prediksi resesi ekonomi 2023 juga berimbas hingga ke dalam negeri. Di penghujung 2022, Bank Indonesia mencatat nilai inflasi di Indonesia meningkat cukup signifikan dari Q2/2022 hingga Q4/2022.

Advertisement

Angka inflasi di Indonesia tergolong masih dalam interval nilai yang stabil secara global, akan tetapi kenaikannya mengakibatkan beberapa harga produk-produk strategis di dalam negeri mengalami kenaikan, seperti bahan-bahan pokok, bahan bakar, hingga properti.

Di lain sisi, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) di beberapa sektor berhasil survive dari efek pandemi dengan total peningkatan PDB 2020-2021 (harga konstan) sebesar 3,69% (Statistik Indonesia 2022 oleh BPS, 2022). Adapun tiga sektor dengan peningkatan tertinggi meliputi sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (10,46%), sektor informasi dan komunikasi (6,81%), dan sektor pengadaan listrik dan gas (5,55%).

Namun demikian, dari sebaran distribusinya, sektor industri masih mendominasi kontribusi PDB dalam negeri dengan nilai distribusi mencapai 19,25%, disusul oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,28% dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 12,97%.

Baca Juga: Spire Insights: Potensi Produk Berbahan Dasar Kulit Asal Garut

Selain PDB, BPS (2022) juga melaporkan bahwa nilai ekspor produk dalam negeri 2020-2021 mengalami peningkatan sebesar 29,5%. Berdasarkan data nilai PDB dan ekspor yang meningkat, Indonesia masih memiliki optimisme dalam menangkal ancaman resesi 2023. Penangkalan resesi ini dapat dilakukan dengan optimalisasi kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak yang saling terhubung, salah satunya melalui kolaborasi penta-helix.

Advertisement

Kolaborasi adalah sebuah proses menyelesaikan masalah dengan bekerja sama berbagai pihak yang melahirkan gagasan atau terobosan baru untuk mencapai tujuan yang sama. Pada awalnya, perkembangan model kolaborasi dimulai dari tiga pihak (tripel-helix), empat pihak (kuadrupel-helix), hingga lima pihak (penta-helix).

Bagaimana penta-helix dapat berkontribusi pada ketahanan ekonomi berkelanjutan di Indonesia?

Model tersederhana tripel-helix diperkenalkan oleh Etzkowitz dan Leydesforff pada 1995. Model ini menekankan bahwa kolaborasi yang maksimal pada skala makro untuk menghasilkan sebuah inovasi atau gagasan baru dapat tercapai apabila melibatkan tiga pihak utama, yaitu akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah atau yang sering dikenal sebagai sinergitas ABG (Academic, Business, and Government).

Masing-masing pihak secara sederhana memiliki tugas yang berbeda, yang mana akademisi bertugas untuk melakukan penelitian dan pengembangan sebuah inovasi, pelaku bisnis bertugas sebagai penggerak dari aspek keuangan baik modal hingga pemasaran, dan pemerintah bertugas sebagai pembuat kebijakan yang konstruktif terhadap inovasi baru yang sedang dikembangkan.

Baca Juga: Spire Insights: Mengulik Perkembangan Jaringan 5G di Indonesia

Seiring berjalannya waktu, Carayannis dan Campbell (2009) menambahkan pihak ke empat dalam model kolaborasi tripel-helix, yaitu helix yang terasosiasi dengan media, budaya, dan gaya hidup membentuk kuadrupel-helix. Penambahan ini bertujuan sebagai kolaborasi dua arah, yang mana publik dilibatkan sebagai salah satu agen kolaborasi dalam inovasi terbuka.

Advertisement

Satu tahun kemudian, pada 2010, Carayannis dan Campbell menambahkan lagi aspek kolaborasi baru yang berhubungan dengan lingkungan, yang selanjutnya dikenal sebagai kolaborasi penta-helix.

Penambahan helix kelima ini bertujuan untuk membentuk sebuah kolaborasi yang memiliki tujuan jangka panjang dan berkelanjutan, yang secara tidak langsung dikemudian hari diadopsi oleh para pemimpin dunia di markas PBB tahun 2015 sebagai agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals; red: SDGs).

Lalu, bagaimana penta-helix dapat berkontribusi pada ketahanan ekonomi berkelanjutan di Indonesia? Pandemi dari sisi ekonomi berkelanjutan memiliki dua mata pisau yang berbeda, yaitu destruktif dan konstruktif. Destruktif karena menutup keran-keran produksi di hampir seluruh sektor secara masif, jatuhnya nilai total PDB Indonesia pada 2020 dan PHK besar-besaran di berbagai sektor.

Baca Juga: Spire Insights: Mengulik Perkembangan Jaringan 5G di Indonesia

Di lain sisi, pandemi juga mengajarkan kita untuk cepat beradaptasi dengan memunculkan inovasi-inovasi baru yang konstruktif. Beberapa sektor seperti sektor kesehatan dan sosial meningkat secara volume dan nilai, yang disusul oleh sektor informasi dan komunikasi dan sektor pengadaan listrik dan gas.

Advertisement

Peningkatan pada ketiga sektor tersebut merupakan bukti bahwa sistem ekonomi dalam masyarakat akan terus berinovasi dan beradaptasi dalam kondisi tertentu. Walaupun ketiga sektor tersebut mengalami peningkatan yang signifikan, namun sektor yang mendominasi distribusi PDB di Indonesia masih berupa sektor utama yang berkaitan dengan industri, kebutuhan dasar berupa bahan pokok, dan perdagangan.

Ini dikarenakan jumlah populasi di Indonesia yang tinggi tetap membutuhkan kebutuhan dasar yang tinggi pula, sehingga arus ekonomi pada sektor kebutuhan dasar tidak mungkin mati. Melihat fakta tersebut, adaptasi ekonomi yang terjadi di Indonesia secara tidak langsung sudah menerapkan sistem kolaborasi kuadrupel-helix dengan melibatkan empat pihak utama dalam menstabilkan ekonomi dalam negeri selama pandemi.

Namun demikian, dari aspek lingkungan (optimalisasi menuju penta-helix), ekonomi berkelanjutan masih dalam proses pengembangan pasca pandemi dengan mengoptimalisasi produksi industri, ketahanan produk dasar bahan pokok, dan menjaga ekosistem perdagangan utamanya melalui UMKM.

Baca Juga: Spire Insights: Tingkat Literasi Keuangan Generasi Muda Indonesia Masih Rendah

Ekonomi berkelanjutan pada tiga sektor utama tersebut akan maksimal dengan adanya inovasi dan kebijakan eco-friendly pada tahap produksi, distribusi, dan konsumsi. Dengan demikian, diperlukan strategi optimalisasi pada ketiga tahap tersebut untuk mencapai pengembangan produk yang berkelanjutan.

Advertisement

Pertama, pada tahap produksi, pemilihan bahan-bahan ramah lingkungan dan proses produksi yang meminimalisir limbah cair maupun asap hasil pembakaran menjadi kunci penerapan produksi yang berkelanjutan.

Sebagai contoh beberapa perusahaan industri FMCG, pun industri pakaian sudah menerapkan produksi dengan bahan-bahan dasar dan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan. Kedua, pada tahap distribusi, fokus utama pembangunan keberlanjutan terletak pada pengurangan emisi saat mobilisasi produk dari industri ke pasar.

Pemerintah sudah melakukan langkah-langkah mendukung zero emission dan pengembangan kendaraan listrik (melalui inisiasi pembangunan pabrik baterai pada empat lokasi utama di Morowali, Weda Bay, Konawe, dan Pomalaa) sehingga di masa depan mobilisasi lebih ramah lingkungan.

Terakhir, pada tahap konsumsi, kemasan produk menjadi salah satu agen yang vital dalam pengelolaan limbah. Beberapa regional di Indonesia sudah menerapkan penggunaan bahan pembungkus yang ramah lingkungan.

Baca Juga: Spire Insights: Mengulik Perkembangan Jaringan 5G di Indonesia

Advertisement

Hasilnya, ketiga tahap baik dari produksi, distribusi, dan konsumsi yang mengedepankan eco-friendly akan menjaga kolaborasi penta-helix yang stabil dan berkelanjutan sehingga dapat menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri melalui efektifitas produksi dan pengelolaan supply-demand yang bersinergi.

Dengan optimalisasi penta-helix pada berbagai sektor produksi di tahun 2023, Indonesia diyakini dapat menangkal berbagai prediksi resesi ekonomi yang menghantui banyak negara-negara di dunia. Penta-helix tidak hanya membuat Indonesia menjadi negeri yang mandiri secara ekonomi, namun juga dapat menjadikan Indonesia sebagai role model dan play maker ekonomi dunia yang kuat.

Untuk mencapai satu tujuan ketahanan ekonomi berkelanjutan di Indonesia selama tahun resesi diperlukan kolaborasi yang konstruktif, baik dari akademisi sebagai agen peneliti atau inovasi, pelaku bisnis sebagai penggerak modal dan pasar, pemerintah berperan sebagai pembuat kebijakan yang mendukung inovasi, media dan budaya berperan sebagai agen inovasi terbuka dua arah dan lingkungan berperan sebagai agen inovasi berkelanjutan jangka panjang.

Sebagai negara kesatuan dengan SDA dan SDM yang berlimpah, Indonesia harus optimis, bahwa di tengah-tengah prediksi ekonomi yang sulit, pasti ada kesempatan untuk bangkit. Sebagaimana Richard Ney, seorang seorang aktor, penulis, dan penasihat investasi Amerika pernah berkata, “What is a disaster for most is an opportunity for a few”.

Advertisement

Spire Research and Consultinmerupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama di negara-negara berkembang. Perusahaan yang didirikan pada 2000 di Singapura ini kini memiliki kantor perwakilan di semua negara Asia Pasifik dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.

PT Spire Indonesia | Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 50889816 www.spireresearch.com