Connect with us

Y&S Insights

Spire Insights: Manisnya Peluang Bisnis Masker di Masa COVID-19

Published

on

Oleh Putri Intan | Konsultan Spire Research and Consulting

Spire Insights • Satu bulan sejak kemunculan COVID-19 di Indonesia, diketahui bahwa sebanyak 6.575 orang di Indonesia terjangkit virus tersebut.

Akibat semakin meningkatnya kasus tersebut, pemerintah mulai menerapkan beberapa peraturan terkait pencegahan penyebarannya, salah satunya pemakaian masker.

Baca Juga: Spire Research and Consulting Memiliki Empat Divisi Riset 

Advertisement

[perfectpullquote align=”left” bordertop=”false” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=””]Peluang bisnis masker di masa pandemi COVID-19 cukup menjanjikan.[/perfectpullquote]

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah produksi masker di Indonesia masih sangat kurang.

Khususnya masker N95, yang diproduksi di Indonesia tidak sampai 500.000 lembar per bulan. Padahal, kebutuhan masker tersebut mencapai 8 juta lembar per bulan.

Hal ini menjadi peluang bagi produsen-produsen masker untuk memenuhi kebutuhan masker di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang tinggi, Indonesia menjadi pasar yang sangat besar untuk produsen masker di Indonesia.

Namun, di lain pihak, terdapat tantangan yang harus dihadapi oleh produsen masker di Indonesia seperti keterbatasan material melt-blown dan persaingan dengan produk impor.

Advertisement

Baca Juga: Spire Insights: Potensi Pasar Game Online di Indonesia

Untuk mampu bersaing di pasar, produsen masker Indonesia harus memiliki keunikan dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Spire Research and Consulting, lisensi masker, kenyamanan, dan merek menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan masker.

[the_ad id=”13590″]

Sebagaimana fungsi masker sebagai alat perlindungan, adanya lisensi dari lembaga yang kredibel seperti NIOSH atau FDA membuat konsumen merasa lebih aman untuk menggunakan masker dengan lisensi tersebut.

Faktor durasi pemakaian masker yang lama menyebabkan kenyamanan menjadi salah satu hal yang penting. Banyak konsumen di Indonesia mengeluhkan terkait rasa kurang nyamannya masker pada bagian earloop, juga keluhan terkait iritasi pada kulit.

Advertisement

Baca Juga: Spire Insights: Bagaimana Tetap Produktif Selama Karantina?

Bagi pengguna kacamata, penggunaan masker membuat tidak nyaman karena dapat menyebabkan embun pada kacamatanya.

Kekurangan-kekurangan ini dapat ditangkap oleh produsen masker di Indonesia untuk menciptakan masker yang dibutuhkan oleh masyarakat. Adapun faktor yang dapat menyebabkan konsumen beralih ke merek lain adalah harga.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Spire Research and Consulting, tren penggunaan masker di Indonesia masih akan terus berjalan selama adanya COVID-19.

[the_ad id=”13590″]

Advertisement

Baca Juga: Spire Insights: Dampak COVID-19 terhadap Sistem Bekerja Masa Depan

Meskipun sekarang mulai digiatkan vaksin, protokol 3M tetap diwajibkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, ke depan masker masih akan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.•

Catatan: Artikel ini dibuat dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh Spire Research and Consulting. 

 

[the_ad id=”13590″]

Advertisement

%titleSpire Research and Consulting merupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama di negara-negara berkembang. Perusahaan yang didirikan pada 2000 di Singapura ini kini memiliki kantor perwakilan di semua negara Asia Pasifik dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.

PT Spire Indonesia | Wisma BNI Lt. 25 Unit 8-10, Jalan Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 57945800 www.spireresearch.com

TechnoBusiness, Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, Telp: (021) 50889816. Copyright © 2017-2024 TechnoBusiness, A Member of Pasxmedia Holding. All Rights Reserved.