Connect with us

Y&S Insights

Spire Insights: Tantangan Pengembangan Produk Pembiayaan pada Kios Pertanian

Oleh Deda Annasia Yuliastri, Konsultan Spire Research and Consulting

Published

on

Spire Insights Meski telah dikeluarkan oleh lembaga keuangan demi membantu masyarakat kecil, kenyataannya produk pembiayaan produk pertanian masih sulit diakses, terutama di area rural. Hampir sebagian masyarakat di daerah rural masih bergantung pada pertanian sebagai mata pencahariannya.

Kios pertanian merupakan salah satu aktor yang berperan penting dalam masyarakat pertanian di daerah rural. Tidak hanya sebagai penyedia sarana input dan peralatan bagi para petani, kios pertanian juga dapat membawa misi sosial yang berperan sebagai sumber modal dengan memberikan bantuan pinjaman berupa sarana dan prasarana kepada para petani dan pada akhirnya dapat memberikan multiplier effect dengan meningkatkan produktivitas pertanian dari penyediaan input-input yang berkualitas.

Baca Juga: Spire Insights: Perkembangan Industri Perfilman dan Platform OTT di Indonesia

Faktanya masih banyak kios pertanian yang belum mampu memberikan kapasitas pinjaman kepada petani. Tim Spire Research and Consulting telah melakukan penelitian terhadap pemilik kios pertanian di empat daerah, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Sulawesi Selatan, dan menemukan potret bahwa baru 59% pemilik kios pertanian saat ini yang melakukan pinjaman kepada berbagai pihak baik lembaga formal maupun informal. Hanya 15% kios pertanian yang mampu memberikan jasa pinjaman modal kepada petani.

Advertisement

Keberadaan sumber pembiayaan sangat penting dalam pengembangan usaha kios pertanian dalam memberikan sarana prasarana yang berkualitas kepada petani maupun sebagai penyedia pinjaman secara informal berupa input pertanian kepada petani. Penyaluran produk pembiayaan di sektor pertanian khususnya bagi pemilik kios pertanian masih memiliki beberapa tantangan, di antaranya:

Masih rendahnya literasi keuangan

Masih banyak pemilik kios yang tidak melakukan pencatatan keuangan atau hanya sebatas mencatat secara manual pada kertas nota. Rendahnya literasi keuangan ini membuat mereka tidak mampu melakukan perencanaan keuangan yang baik dan tidak adanya keinginan untuk mengembangkan kapasitas usahanya.

Pendapatan kios pertanian bergantung pada musim tanam

Pendapatan kios pertanian akan berpengaruh pada musim tanam di daerahnya. Bagi pemilik kios yang hanya mengandalkan pendapatannya dari produk-produk pertanian saja akan berpengaruh pendapatannya saat petani di daerahnya sedang dalam masa lahan bero (lahan  yang tidak ditanami untuk periode waktu tertentu, tetapi sebelumnya telah ditanami dan akan ditanami kembali pada waktu yang akan datang). Hal ini akan berdampak kepada pemilik kios yang kesulitan untuk membayar pinjaman jika kiosnya sedang sepi atau rendah pendapatannya.

Advertisement

Baca Juga: Spire Insights: Fenomena Artis Korea Sebagai Brand Ambassador Produk Kosmetik Indonesia

Akses perbankan yang jauh tidak menjangkau hingga ke daerah rural

Masih banyak perbankan yang belum menjangkau hingga ke daerah rural dan jika adapun jaraknya sangat jauh untuk ditempuh. Hal ini dapat mempengaruhi keinginan pemilik kios untuk pergi ke bank untuk sekadar mengajukan pinjaman, ataupun mengambil uang tunai. Mereka pun kurang terinformasi mengenai produk-produk pembiayaan yang ada.

Administrasi atau prosedur yang rumit

Prosedur pinjaman di lembaga perbankan membutuhkan berbagai persayaratan yang harus dipenuhi oleh pemilik kios, salah satunya surat izin berusaha atau NIB, NPWP, serta beberapa dokumen lainnya. Sementara masih banyak kios pertanian yang tersebar di daerah rural merupakan kios pertanian berskala kecil yang belum memiliki kelengkapan dokumen usahanya.

Advertisement

Produk Pembiayaan perlu dikembangkan dengan menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik dari pelaku di sektor pertanian. Pengembangan produk pembiayaan memiliki skema kredit dari aspek kombinasi antara skema kredit lembaga formal (bunga rendah) dengan lembaga informal (prosedur mudah). Berkolaborasi dengan lembaga informal seperti supplier, koperasi unit desa (KUD) dapat menjadi strategi dalam penyaluran produk pembiayaan.

Lembaga keuangan dapat mengatasi sulitnya akses ke daerah dengan melakukan kolaborasi dengan pihak yang paling dekat dan sering berinteraksi dengan pemilik kios seperti supplier ataupun KUD. Tim Spire Research and Consulting memotret bahwa kios pertanian yang memiliki pinjaman, 3% meminjam dari supplier dan 2% berasal dari koperasi. Ini merupakan peluang untuk dapat mengembangkan produk pembiayaan melalui agen yang paling dekat dan mudah dijangkau oleh pemilik kios.

Baca Juga: Spire Insights: Mengungkap Industri Ride-Hailing di Indonesia

Pembayaran cicilan berdasarkan musim tanam juga merupakan peluang yang dapat dikembangkan dari produk pembiayaan. Hal ini untuk meminimalisir risiko ketidakmampuan dalam pengembalian cicilan dari pemilik kios yang sangat bergantung dari musim tanam. Beberapa aspek lainnya yang dapat diperhatikan untuk pengembangan produk pembiayaan adalah kemudahan dalam pencairan, suku bunga yang terjangkau, jumlah limit pinjaman yang lebih besar dengan tenor pengembalian yang sesuai.

Tentunya beberapa peluang pengembangan tersebut perlu dianalisis lebih lanjut untuk dapat menghasilkan produk pembiayaan yang sesuai. Melihat besarnya potensi sektor pertanian dan banyaknya jumlah kios pertanian yang ada, ini merupakan peluang bagi lembaga keuangan untuk dapat  menyediakan produk pembiayaan yang sesuai dan membantu kios pertanian dalam mendukung peningkatan produktivitas sektor pertanian di Indonesia.

Advertisement

Spire Research and Consultinmerupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama di negara-negara berkembang. Perusahaan yang didirikan pada 2000 di Singapura ini kini memiliki kantor perwakilan di semua negara Asia Pasifik dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.

PT Spire Indonesia | Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 50889816 www.spireresearch.com