Y&S Insights
Y&S Insights: ASEAN Energy in 2024, Driving a Sustainable Future
Oleh Caesar Ramos Bobby, Konsultan YAMADA Consulting & Spire
Published
4 months agoon
Y&S Insights ● Kawasan ASEAN, sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, sedang berada di persimpangan kritis dalam lanskap energinya. Peningkatan permintaan energi yang dipicu oleh pembangunan ekonomi yang pesat dan pertambahan penduduk menciptakan kebutuhan mendesak untuk masa depan energi yang aman dan berkelanjutan. Artikel ini mengupas keadaan energi ASEAN saat ini dengan fokus pada dinamika permintaan dan pasokan energi yang terus berkembang selama periode 2023-2024.
Permintaan dan Suplai Energi di ASEAN
Dari sisi permintaan, diprediksi permintaan energi ASEAN akan terus mengalami pertumbuhan yang kuat pada 2024, melanjutkan tren yang diamati pada 2021-2023. Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Pembangunan Asia, Produk Domestik Bruto (PDB) kawasan ini diperkirakan tumbuh sebesar 5% pada 2024 didorong oleh peningkatan urbanisasi dan aktivitas industri. Hal ini menyebabkan peningkatan konsumsi energi yang sesuai di semua sektor, terutama pembangkit listrik dan transportasi.
Seiring dengan meningkatnya konsumsi energi, tren permintaan energi juga menunjukkan pergeseran lanskap. Meski bahan bakar fosil masih mendominasi, penekanan yang semakin besar pada energi terbarukan terlihat jelas. Menurut Pusat Energi ASEAN (ACE), pangsa energi terbarukan dalam bauran pembangkit listrik diperkirakan akan mencapai 25% pada 2024, naik dari 23% pada 2023. Pergeseran ini didorong oleh faktor-faktor seperti penurunan biaya dalam teknologi surya dan angin, dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang mempromosikan sumber energi bersih.
Ditinjau dari sisi suplai, meskipun ada dorongan energi terbarukan, batu bara diperkirakan masih menjadi sumber utama pembangkit listrik di ASEAN pada 2024. Namun, tingkat pertumbuhannya diproyeksikan akan melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang mencerminkan transisi bertahap menuju sumber energi yang lebih bersih.
Diprediksi gas alam akan memainkan peran penting dalam bauran energi ASEAN, bertindak sebagai bahan bakar jembatan selama transisi meninggalkan batu bara. Peningkatan produksi gas regional dan peningkatan kapasitas impor gas diperkirakan akan mendukung tren ini. Sementara itu, hidropower masih menjadi penyumbang signifikan dalam bauran energi ASEAN, terutama di negara-negara seperti Laos dan Vietnam. Akan tetapi, ketidakpastian seputar pembangunan bendungan dan masalah lingkungan menjadi tantangan untuk ekspansi ke depannya.
Peluang dan Tantangan
Keadaan energi ASEAN saat ini menyajikan interaksi kompleks antara tantangan dan peluang. Tabel berikut menyajikan estimasi konsumsi energi primer total (TPEC) untuk masing-masing negara anggota ASEAN dari 2021-2024 beserta tingkat pertumbuhan tahunannya. Data ini didasarkan pada ASEAN Energy Outlook (AEO) terbaru dan mencakup penyesuaian untuk mencerminkan angka konsumsi aktual untuk 2021-2023 dan proyeksi untuk 2024.
Energy Demand Breakdown by Country
Country TPEC (Mtoe) in 2021 TPEC (Mtoe) in 2022 TPEC (Mtoe) in 2023 TPEC (Mtoe) in 2024 (Est.) Average Annual Growth Rate (2021-2024) Brunei Darussalam 1.9 2.0 2.1 2.2 3.1% Cambodia 3.7 4.2 4.7 5.2 8.1% Indonesia 190.0 205.0 220.0 235.0 5.0% Lao PDR 3.2 3.5 3.8 4.1 5.6% Malaysia 62.0 67.0 72.0 77.0 6.5% Myanmar 17.0 18.0 19.0 20.0 4.4% Philippines 34.0 36.0 38.0 40.0 3.8% Singapore 29.0 31.0 33.0 35.0 4.1% Thailand 72.0 77.0 82.0 87.0 6.4% Vietnam 78.0 85.0 92.0 99.0 6.9% ASEAN Total 500.8 531.7 561.6 594.5 5.3%
Data menunjukkan peningkatan konsumsi energi primer secara total yang konsisten di seluruh negara anggota ASEAN dari 2021-2024. Tren ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang kuat di kawasan ini dan kebutuhan energi yang meningkat untuk berbagai sektor.
- High Growth Markets: Kamboja, Lao PDR, dan Vietnam menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi, melampaui 5% per tahun. Peningkatan pesat ini didorong oleh faktor-faktor seperti pembangunan industri yang cepat dan urbanisasi.
- Established Economies: Indonesia, Malaysia, dan Thailand, yang memiliki basis industri yang berkembang dengan baik, juga menunjukkan pertumbuhan konsumsi energi yang stabil, meskipun dengan kecepatan yang sedikit lebih lambat dibandingkan dengan pasar dengan pertumbuhan tinggi.
- Moderately Growing Economies: Filipina, Singapura, dan Myanmar menunjukkan peningkatan permintaan energi yang moderat, mencerminkan ekspansi ekonomi yang sedang berlangsung dan fokus pada pembangunan infrastruktur.
- Brunei Darussalam: Brunei, dengan industri minyak dan gas yang mapan, menunjukkan tingkat pertumbuhan rata-rata terendah karena populasinya yang relatif stabil dan fokus untuk mempertahankan basis sumber daya hidrokarbonnya.
Berdasarkan wawasan yang dibagikan oleh ASEAN Energy Outlook (AEO) terbaru terkait proyeksi bauran energi, dominasi bahan bakar fosil masih terus berlanjut dalam bauran energi ASEAN, terhitung sekitar 83% dari total konsumsi energi primer pada 2024 (perkiraan). Meskipun demikian, tren tersebut menunjukkan pergeseran bertahap menuju sumber energi yang lebih bersih.
- Fossil Fuel Reliance: Konsumsi batu bara menunjukkan tingkat pertumbuhan paling lambat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya keprihatinan terhadap polusi udara dan persaingan yang semakin ketat dari gas alam. Permintaan minyak diperkirakan akan terus meningkat secara stabil, didorong oleh kebutuhan transportasi. Sebaliknya, gas alam menunjukkan pertumbuhan paling signifikan di antara kategori bahan bakar fosil. Pertumbuhan ini didorong oleh pembakaran yang relatif lebih bersih dan produksi regional yang meningkat.
- Renewables on the Rise: Konsumsi energi terbarukan diproyeksikan mengalami tingkat pertumbuhan tercepat. Pendorong utama pertumbuhan ini antara lain penurunan biaya teknologi, dukungan pemerintah untuk pengembangan energi bersih, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap keberlanjutan lingkungan. Pemanfaatan tenaga surya dan angin, khususnya, diperkirakan akan mengalami peningkatan yang signifikan.
- Nuclear Stagnation: Meskipun energi nuklir menawarkan potensi sebagai sumber energi bebas emisi, pemanfaatannya di kawasan ASEAN masih stagnan. Saat ini, hanya terdapat satu pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di Vietnam. Rencana ekspansi kapasitas yang terbatas dan kekhawatiran publik terkait keselamatan kemungkinan besar akan mempertahankan tren ini dalam waktu dekat.
Proyeksi dan Tren Pertumbuhan: Keseimbangan Rumit dalam Masa Depan Energi ASEAN
Permintaan energi di ASEAN diperkirakan akan terus meningkat pada 2024, didorong oleh beberapa faktor utama. Namun, pertumbuhan ini terjalin dengan interaksi kompleks antara pendorong dan penghambat permintaan yang akan secara signifikan mempengaruhi bauran energi dan target keberlanjutan kawasan. Beberapa faktor yang mendorong permintaan antara lain:
- Ekspansi Ekonomi: Perekonomian ASEAN diperkirakan akan mempertahankan pertumbuhan yang kuat pada 2024, didorong oleh peningkatan urbanisasi, pembangunan industri, dan kelas menengah yang meningkat. Hal ini berdampak pada lonjakan konsumsi energi di semua sektor, terutama residensial dan komersial.
- Elektrifikasi: Fokus yang semakin meningkat pada elektrifikasi untuk memdekarbonisasi transportasi dan industri diperkirakan akan semakin mendorong permintaan listrik. Inisiatif pemerintah yang mempromosikan kendaraan listrik (EV) dan peralatan hemat energi akan berkontribusi pada tren ini.
- Pertumbuhan Penduduk: Populasi ASEAN yang muda dan terus berkembang akan terus memberi tekanan pada sumber daya energi. Peningkatan standar hidup dan pendapatan disposable juga akan menyebabkan peningkatan konsumsi energi per kapita.
Namun, terdapat beberapa faktor penghambat terhadap permintaan, yaitu:
- Efisiensi Energi: Terlepas dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi energi, masih terdapat kesenjangan yang signifikan di gedung, industri, dan sistem transportasi. Ini menghambat kemajuan menuju pengurangan permintaan energi dan pencapaian tujuan keberlanjutan.
- Ekonomi Sirkular: Kurangnya penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam perekonomian ASEAN mengarah pada mentalitas “ambil-buat-buang”. Ini mendorong konsumsi sumber daya yang lebih tinggi dan pada akhirnya beralih ke permintaan energi yang lebih tinggi.
- Kekhawatiran Keamanan Energi: Ketegangan geopolitik dan harga bahan bakar fosil yang fluktuatif menimbulkan risiko terhadap keamanan energi di kawasan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pasokan dan fluktuasi harga, yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan berpotensi menghambat investasi di energi terbarukan.
Tren utama yang membentuk masa depan meliputi beberapa aspek penting. Di antaranya, integrasi energi terbarukan menjadi tren signifikan dengan integrasi lanjutan sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, dan panas bumi ke dalam bauran energi regional. Ini didorong oleh penurunan biaya energi terbarukan, meningkatnya dukungan pemerintah, dan kesadaran publik yang semakin besar terhadap masalah lingkungan.
Selain itu, meningkatkan interkoneksi jaringan listrik regional akan memainkan peran penting dalam memungkinkan penetrasi energi terbarukan yang lebih besar. Ini memungkinkan untuk berbagi sumber daya lintas batas, mengoptimalkan pemanfaatan energi, dan mendorong jaringan listrik yang lebih kuat. Di luar itu, adanya digitalisasi dan pengembangan smart grid menawarkan potensi besar untuk mengoptimalkan konsumsi energi, mengurangi kerugian, dan mengintegrasikan sumber energi terbarukan terdistribusi.
Menyeimbangkan Pertumbuhan dengan Keberlanjutan:
Tantangan bagi ASEAN terletak pada pemenuhan permintaan energi yang terus meningkat sambil bertransisi menuju masa depan energi yang lebih berkelanjutan dan aman. Mencapai keseimbangan yang rumit ini memerlukan pendekatan multi-cabang, termasuk:
- Investasi dalam efisiensi energi: Menerapkan standar efisiensi energi yang lebih ketat, mempromosikan audit energi, dan memberikan insentif untuk teknologi hemat energi sangat penting untuk menekan pertumbuhan permintaan.
- Transisi Ekonomi Sirkular: Mendorong penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam perekonomian ASEAN dapat secara signifikan mengurangi konsumsi sumber daya dan permintaan energi. Ini melibatkan pengurangan limbah, pemulihan sumber daya, dan siklus hidup produk yang dirancang untuk dibongkar dan digunakan kembali.
- Mekanisme Penetapan Harga Karbon: Pengenalan mekanisme penetapan harga karbon yang efektif dapat mendorong penggunaan sumber energi yang lebih bersih dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Ini akan memainkan peran penting dalam mendorong upaya dekarbonisasi di kawasan.
Dengan mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan tren yang muncul, ASEAN dapat memetakan jalur menuju masa depan energi berkelanjutan yang mendorong pertumbuhan ekonomi sambil menjaga lingkungan untuk generasi mendatang.●
Yamada Consulting & Spire (Y&S) merupakan perusahaan riset dan konsultasi bisnis terkemuka di dunia dengan kantor pusat di Tokyo, Jepang, dan kantor pusat regional Asia Pasifik di Singapura. Sebelum diakuisisi oleh Yamada Consulting Group, perusahaan ini dikenal dengan nama Spire Research and Consulting.
Y&S Indonesia | Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 50889816 | www.yamada-spire.com
You may like
-
Pengiriman Tablet Jelang Musim Liburan Secara Global Naik 11%
-
Donald Trump Menang, Harga Bitcoin Cetak Rekor Rp1,2 Miliar
-
Awas, Penjahat Siber Sebarkan Captcha Palsu yang Berbahaya!
-
Solusi RFID Zebra Technologies Percepat Inventori Gramedia
-
Eksekutif Jobstreet Ungkap Alasan Pendirian Jobstreet Express
-
Hisense Jadi Sponsor Resmi Ajang FIFA Club World Cup 2025
-
MMA Global Gelar MMA Impact Indonesia 2024 pada 15 November
-
Chinese Retailers Invest in GenAI to Boost Performance
-
Trip.com Group Celebrates 25 Years of Unforgettable Journeys