Connect with us

Y&S Insights

Y&S Insights: Gastronomi Jadi Jembatan Potensi Bisnis dan Pariwisata Berkelanjutan

Oleh MF Oktavia Nugraheni, Konsultan YAMADA Consulting & Spire Indonesia

Published

on

Gastronomi kuliner Indonesia ● Foto: Kementerian Pariwisata

Y&S Insights Gastronomi pada dasarnya merujuk pada ilmu, seni, dan praktik yang berhubungan dengan memilih, menyiapkan, serta berinteraksi dengan makanan. Di luar aktivitas konsumsi, gastronomi memiliki dimensi budaya, sejarah, dan identitas bangsanya. Di Indonesia, contohnya ada rendang yang dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia, sate yang merakyat dan mudah ditemui di hampir setiap daerah, dan juga gudeg yang identik dengan Yogyakarta. Dengan rasa dan kuliner yang disajikan, mereka juga membawa narasi sosial, budaya, dan sejarah setempat.

Dalam perspektif pariwisata, gastronomi merupakan salah satu cara untuk mengakses kearifan lokal, nilai tradisi, dan di dalamnya juga berfungsi sebagai daya tarik untuk pengalaman yang baru bagi wisatawan mancanegara. Maka, gastronomi menjadi isu yang strategis untuk diangkat dalam pembangunan perekonomian kreatif serta keberlanjutan dalam sektor pariwisata.

Gastronomi Indonesia berpotensi menjadi salah satu pilar strategis untuk menghubungkan sektor kuliner, pariwisata berkelanjutan, dan investasi. Besarnya skala pelaku usaha, pertumbuhan subsektor kuliner dalam ekonomi kreatif, dan pengeluaran besar wisatawan dalam makanan dan minuman merupakan bukti daya tarik investasi dalam sektor ini. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bahkan menempatkan kuliner sebagai salah satu fokus branding Wonderful Indonesia dan diplomasi kuliner melalui program Indonesia Spice Up The World (ISUTW).

Advertisement

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada 2023, terdapat lebih dari 4,85 juta unit usaha di sektor makanan dan minuman di Indonesia, yang terdiri dari restoran, pedagang kaki lima, layanan katering, serta toko kecil dan pedagang. Angka ini mencerminkan skala besar industri kuliner Indonesia dan peran signifikan untuk mendorong perekonomian daerah, serta menciptakan peluang kerja.

Informasi dari Kemenparekraf juga menekankan peran kuliner sebagai subsektor dominan dalam ekonomi kreatif, di mana lebih dari 56% angkatan kerja di ekonomi kreatif diserap oleh sektor ini (Kemenparekraf/BPS, 2021). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa sektor kuliner tidak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang ekonomi yang berkelanjutan dan daya saing global.

Dalam sudut pandang pariwisata, tercatat bahwa statistik pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia mengalami tren yang konsisten. Pada 2024, sekitar 20,6% dari total pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia dialokasikan untuk konsumsi makanan dan minuman, angka yang lebih tinggi dibandingkan belanja cinderamata (12,67%) dan hiburan (8,34%) (BPS, 2024).

Artinya, kuliner telah menjadi salah satu daya tarik utama dalam memikat wisatawan mancanegara untuk berkunjung sekaligus memperpanjang lama tinggal mereka. Bahkan, data menunjukkan bahwa wisatawan domestik Indonesia memiliki rata-rata pengeluaran perjalanan mencapai Rp2,31 juta per tahun yang dialokasikan untuk wisata kuliner. Angka ini menunjukkan potensi besar bagi bisnis makanan dan minuman untuk tumbuh seiring dengan meningkatnya preferensi dan mobilitas masyarakat.

Selain aspek ekonomi, gastronomi juga memiliki dimensi sosial dan budaya yang kuat. Gastronomi bukan hanya menyangkut konsumsi, tetapi juga pengalaman yang autentik, inklusif, dan berkelanjutan. Wisata kuliner, misalnya, dapat menjadi sarana pelestarian budaya melalui kurasi resep-resep Nusantara, festival makanan tradisional, dan tur kuliner berbasis komunitas. Dengan demikian, kuliner dapat menjadi jembatan antara modernitas dan tradisi, sekaligus menghadirkan nilai tambah bagi pariwisata berkelanjutan.

Konsep keberlanjutan dalam gastronomi juga semakin relevan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan. Model bisnis farm-to-table yang mengutamakan rantai pasok lokal, penerapan dapur ramah lingkungan dengan pengurangan limbah makanan, serta penggunaan kemasan ramah lingkungan menjadi strategi yang semakin banyak diadopsi oleh pelaku usaha. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi konsumen yang semakin peduli pada aspek lingkungan dan sosial.

Kemenparekraf secara konsisten menempatkan kuliner dalam pusat kebijakan dan strategi branding Wonderful Indonesia. Melalui program Indonesia Spice Up The World, pemerintah menargetkan pendirian 4.000 restoran Indonesia di luar negeri serta peningkatan nilai ekspor bumbu hingga mencapai US$2 miliar. Program ini tidak hanya memperluas jejak kuliner Indonesia di kancah internasional, tetapi juga memperkuat diplomasi budaya dan ekonomi Indonesia di dunia.

Advertisement

Di dalam negeri, Kemenparekraf juga melakukan pengembangan eksploratif dalam bisnis kuliner pada destinasi super prioritas dengan fokus pada standardisasi resep, peningkatan higienitas, serta penguatan narasi budaya dalam setiap hidangan. Dengan demikian, kuliner diposisikan bukan hanya sebagai produk konsumsi, melainkan juga sebagai branding asset nasional yang dapat dipromosikan lintas industri.

Alasan mengapa kuliner difokuskan oleh Kemenparekraf dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Pertama, kuliner merupakan subsektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar dalam ekonomi kreatif. Kedua, kekayaan rasa dan rempah Indonesia menjadi diferensiasi yang unik dan sulit ditandingi oleh negara lain.

Ketiga, porsi belanja wisatawan yang signifikan pada sektor kuliner menjadikannya sebagai salah satu sumber devisa potensial. Keempat, kuliner mudah dipromosikan secara lintas industri melalui kampanye bersama dengan hotel, maskapai penerbangan, hingga industri FMCG. Oleh karena itu, fokus pada pengembangan kuliner sejalan dengan strategi pemerintah untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia.

Untuk memastikan kontribusi yang berkelanjutan, Kemenparekraf juga menekankan integrasi aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Secara ekonomi, kontribusi kuliner terhadap PDB ekonomi kreatif ditargetkan mencapai lebih dari 45% pada 2025. Dari sisi tenaga kerja, pemerintah menargetkan peningkatan jumlah pekerja kuliner yang bersertifikasi higienitas dan halal sebesar 25% dibandingkan baseline 2023.

Sementara itu, dari sisi investasi, subsektor waralaba kuliner ditargetkan tumbuh dengan CAGR 12–15%. Di sisi lingkungan, upaya pengurangan limbah makanan hingga 20% per tahun serta peningkatan proporsi bahan baku lokal hingga lebih dari 70% menjadi bagian dari indikator keberhasilan yang diukur dalam kerangka pembangunan berkelanjutan (Kemenparekraf, 2024).

Advertisement

Rekomendasi strategis dapat ditujukan pada tiga level utama: bisnis, pemerintah daerah, dan investor. Bagi pelaku bisnis, fokus dapat diarahkan pada pengembangan waralaba cepat saji, cloud kitchen, dan ekspor bumbu nusantara yang memiliki potensi pasar global. Pemerintah daerah dapat mengaktifkan ekosistem kuliner melalui pengembangan kawasan food district, festival kuliner, serta program pelatihan tenaga kerja. Sementara itu, investor sebaiknya memprioritaskan brand dengan unit economics yang sehat, rantai pasok yang resilien, serta komitmen terhadap praktik lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).

Dengan berbagai potensi dan strategi yang ada, jelas bahwa kuliner Indonesia bukan hanya sebuah sektor konsumtif, tetapi juga dapat menjadi strategic growth driver bagi ekonomi kreatif dan pariwisata berkelanjutan. Dukungan kebijakan pemerintah, inovasi dari pelaku bisnis, serta penerapan praktik berkelanjutan akan menjadikan gastronomi sebagai jembatan antara investasi, branding Wonderful Indonesia, dan kesejahteraan masyarakat lokal. Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadikan kuliner sebagai gateway dalam diplomasi budaya dan ekonomi, serta sebagai alat transformasi menuju pariwisata yang lebih inklusif, kompetitif, dan berkelanjutan.

YAMADA Consulting & Spire (Y&S) merupakan perusahaan riset dan konsultasi bisnis terkemuka di dunia dengan kantor pusat di Tokyo, Jepang, dan kantor pusat regional Asia Pasifik di Singapura. Sebelum diakuisisi oleh Yamada Consulting Group, perusahaan ini dikenal dengan nama Spire Research and Consulting.

Y&S Indonesia | Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 50889816 www.yamada-spire.com

Advertisement

TechnoBusiness, Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, E-mail: editorial@technobusiness.id Copyright © 2017-2025 - TechnoBusiness: Published by PT Pasx Strato International, A Member of Pasxmedia Holding. All Rights Reserved.