Connect with us

TechnoBusiness Insights

EY: 80% Dewan Direksi Perusahaan Tak Siap Hadapi Covid-19

Published

on

Mayoritas dewan direksi perusahaan di dunia tidak siap menghadapi risiko besar, termasuk pandemi virus Corona (Covid-19).

New York dan Jakarta, TechnoBusiness Insights ● Hampir 80%, tepatnya 79%, dewan direksi perusahaan di dunia tidak siap menghadapi risiko besar seperti pandemi virus Corona (Covid-19).

Baca Juga: Spire Insight: Dampak Corona terhadap Industri Penerbangan

Hanya 21% dewan direksi perusahaan yang menyatakan siap menghadapi risiko yang merugikan dari sudut pandang perencanaan, komunikasi, pemulihan, dan ketahanan perusahaan.

Advertisement

Hal itu terungkap dalam Global Board Risk Survey yang dilakukan Ernst & Young LLP (EY US) terhadap 500 dewan direksi perusahaan di berbagai negara sebelum pandemi merebak—Oktober dan November 2019.

EY menyatakan hanya sektor jasa yang dewan direksi perusahaannya merasa lebih siap (80%) dalam menghadapi risiko besar yang tentu saja datangnya sering kali tiba-tiba.

Baca Juga: Spire Research and Consulting Memiliki Empat Divisi Riset 

Akibatnya, Steve Klemash, partner di Ernst & Young dan EY Americas Leader of the Center for Board Matters, mengatakan banyak perusahaan mengalami kerentanan saat menghadapi pandemi virus Corona seperti sekarang ini.

Hanya sektor jasa yang dewan direksi perusahaannya merasa lebih siap (80%) dalam menghadapi risiko besar.

Kerentanan itu menyangkut semua aspek, di antaranya sumber daya manusia, fluktuasi harga produk di pasar, hingga gangguan rantai pasok (supply chain) produk yang signifikan.

Sehingga, jajaran dewan direksi perusahaan dipaksa untuk meningkatkan kebutuhan manajemen risiko guna membangun ketahanan strategis, operasional, dan finansial di seluruh sektor bisnis.

Advertisement

Baca Juga: Pasar Perangkat Blockchain Global Bernilai US$300 Juta

“Covid-19 dimulai dari krisis kesehatan yang berkembang cepat menjadi krisis ekonomi luar biasa—dan mencakup hampir semua lapisan bisnis dari modal tenaga manusia hingga rantai pasok barang,” kata Klemash di New York, Senin (20/4).[the_ad id=”13594″]

Memang survei itu dilakukan sebelum pandemi, tetapi kemunculan virus Corona memperkuat fakta bahwa dewan direksi perusahaan perlu memikirkan manajemen risiko dalam bisnisnya.

Sekitar setengah dari dewan direksi perusahaan yang disurvei EY mengaku kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan sebagai kategori risiko yang paling penting untuk diperhatikan.

Baca Juga: Angka Penjualan Semikonduktor Global di Masa Pandemi Corona

Advertisement

Risiko berikutnya yang perlu diwaspadai oleh dewan direksi perusahaan yaitu serangan dunia maya dan pelanggaran data.

“Semua dewan direksi perusahaan fokus pada kekhawatiran gejolak ekonomi, tapi ternyata ada yang lebih ganas dari itu.” 

Sebanyak 48% dewan direksi perusahaan pada umumnya dan 69% dewan direksi perusahaan jasa keuangan percaya risiko keamanan data akan berdampak buruk pada bisnisnya.

Survei EY tersebut sama dengan yang disampaikan oleh periset pasar global Spire Research and Consulting baru-baru ini.

Baca Juga: 6 Strategi Bertahan Perusahaan dari Krisis Corona

JEFFREY BAHAR
Group Deputy CEO Spire Research and Consulting

Group Deputy CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar mengungkapkan bahwa bencana pandemi virus Corona yang melanda dunia (210 negara dan teritori) memang tak terbayangkan sebelumnya.

“Semua dewan direksi perusahaan fokus pada kekhawatiran gejolak ekonomi, tapi ternyata ada yang lebih ganas dari itu dan tak pernah terprediksi sebelumnya, yakni pandemi,” kata Jeffrey.[the_ad id=”13594″]

Karena itu, tidak sedikit dewan direksi perusahaan yang gagap dalam menghadapinya sebab memang tidak siap.

Advertisement

Baca Juga: 3 Cara Bertahan Startup dari Badai Corona ala Qoala

“Ekonomi masih bisa diperhitungkan, sedangkan Covid-19 bahkan mengagetkan para analis sektor apa pun yang acap kali membuat prediksi-prediksi masa depan,” katanya.

Jika hanya persoalan ekonomi, mungkin sebagian wilayah (negara) masih bisa tumbuh, termasuk China, India, Vietnam, dan Indonesia.

Tapi, pandemi telah “membunuh” pertumbuhan ekonomi tanpa mengenal di wilayah dunia bagian mana.

Baca Juga: Kevin Wu: “Saya Percaya Quote Ini…”

Advertisement

China, negara tempat ditemukannya virus Corona (Covid-19) pertama kali, pun ekonominya terpangkas. Para dewan direksi perusahaan di negara itu, kata Jeffrey, juga tak mengira akan terjadi pandemi.[the_ad id=”13594″]

Dan, Jeffrey setuju bahwa dalam kondisi apa pun dewan direksi perusahaan memang harus menyiapkan manajemen risiko dengan baik.

“Mudah-mudahan hentakan karena pandemi ini menjadi pelajaran berharga bagi dewan direksi perusahaan di mana pun berada,” lanjutnya kepada TechnoBusiness Indonesia di Jakarta, Selasa (21/4).●

Teks: TechnoBusiness Insights

Data: EY

Advertisement

Foto: Pixabay

 

Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TVJangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.

Advertisement
Continue Reading
Advertisement