Connect with us

Y&S Insights

Spire Insights: Kapan Kendaraan Listrik Menguasai Jalanan?

Oleh Bambang Tobing, Konsultan Spire Research and Consulting

Published

on

Spire Insights Transportasi menyumbang seperlima emisi karbondioksida dunia, di mana 75% dari emisi transportasi itu dihasilkan oleh kendaraan mobil. Dunia mendambakan energi bersih (green energy) untuk keberlangsungan bumi yang ramah dan sehat.

Tapi kenyataannya, sepanjang 2022, hanya 10,6 juta kendaraan mobil listrik terjual, baru mewakili 13% penjualan mobil dunia. Permasalahan menipisnya cadangan energi fosil seperti bahan bakar minyak sudah di depan mata dalam beberapa tahun mendatang. Perlu solusi untuk mobilitas warga bumi. Kendaraan listrik dianggap sebagai solusi besar untuk itu.

Baca Juga: Spire Insights: Prospek dan Tantangan Pasar Peralatan Kolam Renang di Indonesia

Saat ini, kendaraan listrik, baik mobil maupun motor, baru diterima oleh konsumen innovator dan early adopter yang merupakan ceruk pasar terbatas. Walaupun mengalami persentase pertumbuhan tiga digit dalam 2 tahun terakhir ini, kendaraan listrik sebagai produk yang sudah berumur lebih dari 10 tahun posisinya masih sebagai produk introduksi. Penyebabnya, publik masih mempersepsi kendaraan listrik sebagai kendaraan jarak rendah karena kapasitas baterainya yang terbatas dan kurangnya infrastruktur pengisian daya.

Advertisement

Di Indonesia, jumlah merek motor listrik sudah di atas 20-an merek, ini melebihi jumlah merek motor berbasis internal combustion engine yang berbahan bakar fosil. Sayangnya, tidak seperti motor bahan bakar fosil yang telah diterima dengan baik oleh konsumen, sebaliknya terhadap motor listrik sikap konsumen masih wait and see. Terlihat dari akumulasi penjualan motor listrik tahun 2019-2022 masih berkisar di angka 30.800 unit jauh di bawah angka penjualan motor bensin hanya dalam satu tahun 2022 sebanyak 5.221.470 unit.

Jumlah merek motor listrik di Indonesia sudah 20-an, melebihi merek motor konvensional.

Hasil studi yang dilakukan Spire Research and Consulting menjelaskan konsumen begitu fasih menjelaskan permasalahan serius akan motor listrik pada kinerja baterainya yaitu daya tahan baterai, jarak tempuh terbatas, Infrastruktur pendukung yaitu stasiun pengisian baterai, kecepatan pengisian baterai serta konsumen menggangap harganya cenderung mahal. Pemotor juga kehilangan sensasi suara “broom” … “broom” dari knalpot motor, karena motor listrik senyap tanpa suara.

Tidak jauh berbeda dengan motor listrik, konsumen sebenarnya menantikan mobil listrik yang pas dengan kebutuhan mereka. Rilis data penjualan mobil listrik dan hibrid dari Gaikindo pada tahun 2022 masih sangat kecil yaitu 20.681 unit, di mana kontribusi penjualan mobil yang berbasis baterai yang dapat di-recharged tidak sampai setengahnya. Kekuatiran konsumen terhadap terhadap mobil listrik tidak jauh berbeda dengan motor listrik tetapi penekanan masalah mobil listrik pada faktor harga yang sangat mahal dan infrastruktur pengisian baterai.

Baca Juga: Spire Insights: Mengulik Perkembangan Jaringan 5G di Indonesia

Dapatkah kendaraan listrik digunakan untuk melayani kegiatan rutinitas kerja komuter, keluarga untuk mengantar anak-anak, berbelanja dan untuk tujuan perjalanan darat lainnya? Kapan kendaraan menguasai jalanan? Masih perlu waktu dan mencari solusinya. Kita menantikan kendaraan listrik dapat melakukan “crossing the chasm”, melompati atau menyelesaikan faktor-faktor penghambatnya untuk bergerak dari produk introduksi menjadi produk yang bertumbuh.

Advertisement

Semua mengharapkan kendaraan listrik bersama-sama ekosistemnya dapat menyelesaikan kendala-kendalanya, sehingga dalam beberapa tahun ke depan kendaraan listrik dapat bergerak maju menjadi kendaraan yang diidolakan oleh mayoritas konsumen.

Ekosistem besar yaitu pabrikan kendaraan listrik, manufaktur baterai, stasiun pengisian baterai, produsen energi, regulator, pemerhati lingkungan, termasuk juga institusi finansial pendukungnya perlu melangkah bersama agar kendaraan listrik dapat melompati faktor penghambat bagi konsumen untuk mengadopsinya secara luas.

Dengan demikian, solusi mobilitas masa depan yang memberikan manfaat besar untuk lingkungan yang sehat bukan sebuah fatamorgana lagi, dan bahkan dengan kehadiran kendaraan listrik yang masif dapat menghantar kesiapan dunia dalam menghadapi era di mana semakin menipisnya energi berbahan bakar fosil.

Baca Juga: Spire Insights: Peluang Pengembangan Aplikasi Penunjang Kebutuhan Finansial bagi TKI

Kendaraan listrik sangat memerlukan dukungan dari energi baru terbarukan seperti energi panas bumi, tenaga surya, angin dan air. Bagaimana kesiapan Indonesia? Kebutuhan kendaraan listrik sebagai solusi mobilitas masa depan sudah tidak terelakan lagi bagi Indonesia.

Advertisement

Semakin cepat mengadopsinya, tentu semakin baik. Bayangkan, problem sosial akan bermunculan jika negara ini masih mengandalkan kendaraan energi fosil dalam 15-20 tahun ke depan. Harga energi fosil pasti semakin mahal, tetapi kendaraan tahun demi tahun tumbuh pesat.

Ketika Indonesia dapat mengembangkan energi baru terbarukan, di saat itu juga Indonesia dapat melompati semua chasm yang menghambat pertumbuhan kendaraan listrik. Saatnya pemerintah dan produsen kendaraan listrik bersama ekosistemnya bergandengan tangan memberikan solusi mobilitas di masa depan.

Spire Research and Consultinmerupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama di negara-negara berkembang. Perusahaan yang didirikan pada 2000 di Singapura ini kini memiliki kantor perwakilan di semua negara Asia Pasifik dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.

PT Spire Indonesia | Menara Astra Lt. 25 Unit 25D, Jalan Jend. Sudirman Kav. 5-6, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 50889816 www.spireresearch.com

Advertisement