Connect with us

And Others

Berbahan Singkong, Bioplastik Avani Aman Terkonsumsi Makhluk Hidup

Published

on

  • Pada 2010, dunia menghasilkan sampah plastik seberat 12 juta ton dan Indonesia menjadi negara penyumbang sampah terbesar kedua di dunia.
  • “Teknologinya mungkin tidak baru, tetapi ada satu keunggulan yang kami banggakan.”

 

TEXAS – Kevin Kumala prihatin dengan perubahan drastis kondisi pantai-pantai di Bali lantaran dari yang semula bersih menjadi penuh sampah plastik. Serakan sampah plastik itu tidak hanya di permukaan, tapi juga di bawah laut. Padahal, Bali merupakan kawasan wisata skala global.

 

“Teknologinya mungkin tidak baru, tetapi ada satu keunggulan yang kami banggakan.”

 

Ia membayangkan bagaimana jika setiap penduduk Indonesia yang jumlahnya 262 juta jiwa menggunakan satu sedotan plastik sepanjang 20 sentimeter setiap hari dan langsung membuangnya? “Sedotan-sedotan itu bila direntangkan bisa mencapai 5.000 kilometer, setara jarak Jakarta-Sydney,” ungkapnya.

Apalagi, jurnal Science menyebutkan, pada 2010, dunia menghasilkan sampah plastik seberat 12 juta ton. Dari angka itu, Indonesia tercatat sebagai penyumbang terbesar kedua setelah China dengan 1,8 juta ton per tahun. Universitas Georgia dalam kajiannya tahun lalu menemukan lautan Indonesia yang paling kotor dengan sampah nomor dua di dunia. Lantas, muncul ide Kevin membuat plastik biodegradable.

 

Advertisement

Pada 2010, dunia menghasilkan sampah plastik seberat 12 juta ton. Dari angka itu, Indonesia tercatat sebagai penyumbang terbesar kedua setelah China dengan 1,8 juta ton per tahun.

 

Masalahnya, plastik ramah lingkungan yang beredar saat ini pun tidak benar-benar ramah lingkungan. Kantong plastik yang didaur ulang sering kali menghasilkan residu beracun yang membahayakan kehidupan laut, tanaman, bahkan manusia. Di samping itu, biaya produk bioplastik berbahan jagung dan serat bunga matahari seperti yang mulai diproduksi di Eropa sejak 1990 relatif mahal.

Pada 2014, Kevin melalui Avani, sekelompok individu yang bertekad menjadi pionir dalam penggunaan teknologi sebagai solusi untuk memerangi polusi plastik yang telah menjadi epidemi global, menelurkan bioplastik dari pati singkong yang dapat terurai menjadi kompos.

“Teknologinya mungkin tidak baru, tetapi ada satu keunggulan yang kami banggakan, yaitu produk kami sudah lulus toxicity test sehingga aman jika terkonsumsi oleh hewan laut,” ungkap Kevin yang bertindak selaku chief green officer perusahaan tersebut. Sebab, bioplastik tersebut dapat larut dalam air panas secara instan. Di dalam air dingin, produk tersebut akan lunak kemudian berubah menjadi karbondioksida, air, dan biomassa dalam hitungan beberapa bulan secara alami.

Kini, Kevin sedang berada di Austin, Texas, Amerika Serikat. Ia di sana karena Avani, bersama beberapa perusahaan kreatif lainnya, terpilih mewakili Indonesia untuk mengikuti festival industri kreatif South by South West (SXSW) pada 10-19 Maret 2017. “Festival ini menjadi ajang strategis tidak hanya bagi pembangunan reputasi industri kreatif Indonesia, tapi juga kesempatan bagi kita untuk membangun kesadaran tentang isu-isu global terkini seperti polusi plastik ini,” ujar Kevin.

Advertisement

Saat ini, Avani memasok produk kemasan makanan bioplastik itu ke perhotelan dan pariwisata. Produk itu cocok untuk perhotelan karena sifatnya yang hanya sekali, menggantikan plastik yang ribuan tahun tidak bisa terurai.**

Intan Wulandari, TechnoBusiness Indonesia ● Foto-Foto: Avani