Published
7 years agoon
California, TechnoBusiness ● Ini peristiwa memalukan dan benar-benar tak boleh terulang. Bagaimana mungkin perusahaan konsultan politik asal Inggris, Cambridge Analytica, secara diam-diam memanfaatkan profil pribadi milik 50 juta pengguna Facebook untuk memengaruhi konstituen dalam satu negara.
Baca Juga: Mengenal Keunggulan Teknologi Sprint Digital 360
Tidak tanggung-tanggung, penyalahgunaan data itu diduga telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Entah memanfaatkannya atau tidak, yang pasti Cambridge Analytica pernah menjadi konsultan politik Donald Trump saat pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016.
Tidak hanya itu, perusahaan konsultan milik Robert Mercer dan yang dikomandoi oleh Alexander Nix sebagai chief executive officer dan berafiliasi dengan Strategic Communication Laboratories (SCL) itu juga mempunyai kantor perwakilan di New York, Washington DC, Brazil, dan Malaysia.
Perusahaan tersebut diduga telah membantu pemenangan klien politik di berbagai negara, termasuk di Kenya, Colombia, Afrika Selatan, bahkan Argentina.
Skandal itu bermula dari pengalihan data pribadi yang didaftarkan oleh 270.000 pengguna Facebook ke aplikasi analisis kepribadian thisisydigitalife buatan Dr Aleksandr Kogan, profesor psikologi dari University of Cambridge, pada 2015.
Data yang setidaknya berisi nama dan alamat pengguna Facebook itu lantas diberikan kepada Strategic Communication Laboratories dan Cambridge Analytica. Data itu juga diberikan kepada Christopher Wylie dari Eunoia Technologies, Inc., whistleblower kasus tersebut yang menceritakannya kepada The Guardian dan The New York Times.
“Meskipun Kogan memperoleh akses ke informasi tersebut dengan cara yang sah dan melalui saluran yang tepat yang mengatur semua pengembang di Facebook saat itu, dia kemudian tidak mematuhi peraturan kami,” ungkap Paul Grewal, Vice President and Deputy General Counsel Facebook Inc., pada Jumat (16/3).
Dengan meneruskan informasi kepada pihak ketiga, termasuk ke Strategic Communication Laboratories, Cambridge Analytica, dan Wylie dari Eunoia Technologies, lanjut Grewal, ia melanggar kebijakan platform Facebook.
Sebenarnya itu sudah diketahui dan ditindaklanjuti dengan menghapus aplikasinya dari Facebook pada 2015, serta mewajibkan Kogan dan relasinya menghancurkan data tersebut. Nyatanya, kasus tersebut kembali mencuat setelah jurnalis kantor berita Inggris, Channel 4 News, berhasil mengungkap pengakuan Nix, CEO Cambridge Analytica, lewat penyamarannya.
Dalam penyelidikan rahasia selama empat bulan antara November 2017 hingga Januari 2018, jurnalis Channel 4 News berpura-pura menjadi keluarga kaya dari Sri Lanka dan ingin meminta bantuan Cambridge Analytica untuk memenangi pemilihan umum.
Di berbagai latar belakang, termasuk di hotel-hotel mewah, yang direkam secara diam-diam, sebagai konsultan politik, Nix mengaku terbiasa melakukan segala cara demi memenangkan kliennya. Mereka bahkan sampai “mengirim beberapa gadis—Ukraina yang cantik—ke rumah calon”. Akal-akalan mereka itu kemudian dipublikasikan ke media sosial.
Berbuntut Panjang
Terungkapnya cara kerja konsultan politik Cambridge Analytica itu menguatkan kecurigaan bahwa Donald Trump memenangi Pemilihan Presiden Amerika Serikat berkat “campur tangan” asing.
Lepas dari itu, Mark Zuckerberg selaku pendiri dan CEO Facebook pun tak luput dari pusaran skandal tersebut. Meskipun sudah menjelaskan duduk perkara dan langkah-langkah yang diambilnya, ia masih harus berurusan dengan gugatan para pemegang saham karena kelalaian tersebut.
Kok bisa, Facebook, yang datanya disalahgunakan oleh pengembang aplikasi lain, justru digugat pula oleh para pemegang sahamnya sendiri? Tentu saja, karena para pemegang saham beralasan akibat kelalaian jejaring sosial terbesar sejagat dengan 2,07 miliar pengguna aktif bulanan per kuartal ketiga 2017 itu mereka mengalami kerugian besar.
Saham Facebook anjlok hampir 6% dari US$185,09 pada penutupan perdagangan NASDAQ pada Jumat (16/3) menjadi US$174,30 pada perdagangan Senin (19/3). Akibatnya, seperti dilaporkan Business Insider, kapitalisasi pasar (market capitalization)-nya terpangkas hingga US$30 miliar. Nymag.com menyebut lebih besar lagi, yakni sampai US$37 miliar.
Akibatnya, para pemegang saham mengalami kerugian dan menggugat perusahaan tempat mereka mengeruk kekayaan itu. Padahal, atas kejadian itu, berdasarkan perhitungan Bloomberg Billionaire Index, kekayaan Zuckerberg secara pribadi juga merosot dari US$75,3 miliar pada Sabtu (17/3) menjadi hanya US$68,6 miliar pada Selasa (20/3).
Gugatan itu tetap berlanjut sekalipun Zuckerberg telah berjanji akan semakin memperketat perlindungan data pengguna, langkah-langkah yang telah diambil sejak 2014.
“Saya memulai Facebook, dan pada akhirnya saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada platform kami. Saya serius melakukan apa yang diperlukan untuk melindungi komunikasi kami,” ungkap Zuckerberg dalam laman Facebooknya, Kamis (22/3).
Dengan sistem pengamanan data yang baru, ia menyatakan, seharusnya kejadian yang melibatkan Cambridge Analytica tidak terjadi lagi. “Itu tidak mengubah apa yang terjadi di masa lalu, tapi kami akan belajar dari pengalaman ini,” tegas pria terkaya kelima dunia tersebut.
Celakanya, kasus penyalahgunaan data dan rekayasa pemenangan politik global telah merugikan banyak pihak, terutama Facebook dan jutaan penggunanya, Dewan Direksi Cambridge Analytica tetap berupaya menampik kejadian itu.
Mereka memang sudah menangguhkan posisi Nix, tapi apa yang disampaikan CEO-nya itu mereka anggap tidak mewakili nilai atau operasi perusahaan. Penangguhan Nix mencerminkan keseriusan perusahaan dalam menangani kemungkinan pelanggaran.
“Kami telah meminta Dr Alexander Tayler bertindak sebagai CEO, sementara penyelidikan independen terus dilakukan untuk meninjau komentar dan tuduhan tersebut. Kami meminta QC Julian Malins memimpin penyelidikan dan melaporkannya kepada dewan direksi lalu mengungkapkannya kepada publik pada waktunya,” jelas Cambridge Analytica dalam siaran persnya, Selasa (20/3).●
—Philips C. Rubin, TechnoBusiness ● Foto-Foto: Facebook, Cambridge Analytica
Pendapatan Facebook 2020 Tumbuh 22% jadi US$85,96 Miliar
Facebook Lakukan Sejumlah Langkah dalam Penanganan Covid-19
Wow, Jumlah Pengguna Facebook Tembus 2,5 Miliar
Ssstt, Facebook akan Buka Kafe di Inggris!
Larang Iklan Bitcoin, tapi Facebook Luncurkan Produk Serupa
Facebook Berpotensi Didenda Hingga US$5 Miliar Akibat Skandal Data
MIT Sloan: Kontribusi Facebook Terhadap Ekonomi Besar
Pengguna Facebook Mencapai 2,32 Miliar. Berapa dari Indonesia?
Facebook Marketplace Diramaikan oleh 700 Juta Orang per Bulan