Y&S Insights
Spire Insights: Peluang dan Tantangan Industri Sawit Indonesia
Oleh Naletha G. E. Pangemanan, Konsultan Spire Research and Consulting
Published
3 years agoon
Oleh Naletha G. E. Pangemanan | Konsultan Spire Research and Consulting
Spire Insights ● Sawit merupakan salah satu komoditas terpenting yang menunjang kehidupan manusia. Selain sebagai bahan minyak nabati, sawit juga dapat diolah menjadi banyak jenis produk turunan seperti sabun, sampo, margarin, lipstik, cokelat, makanan ringan, dan banyak produk lainnya.
Baca Juga: Spire Research and Consulting Memiliki Empat Divisi Riset
Tak hanya itu, sawit bahkan dapat diolah menjadi bahan campuran biodiesel, minyak pelumas, hingga pembangkit listrik. Seluruh bagian dari buah ini juga dapat dimanfaatkan sehingga tidak ada limbah bersisa. Dengan demikian, tidak heran jika sawit merupakan salah satu tanaman serbaguna yang menjadi peluang bisnis primadona oleh negara-negara habitatnya, tidak terkecuali Indonesia.
Produktivitas lahan yang tinggi, hasil yang serbaguna, serta harganya yang relatif murah juga turut andil dalam menjadikan sektor ini sebagai salah satu yang terkemuka di Indonesia.
Sekilas Tentang Industri Sawit Indonesia
Dengan total luas lahan yang hampir mencapai 17 juta hektare dan lebih dari 700 perkebunan, bisnis sawit memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor perkebunan dan industri sawit ini diperkirakan menyerap sekitar 16 juta pekerja dalam skala nasional dengan operasi bisnis hulu maupun hilir yang tersebar luas di lebih dari 200 kabupaten.
Baca Juga: Spire Insights: Keuntungan Adopsi Teknologi Smart Home bagi Gen Milenial dan Gen Z
Pada 2020, komoditas sawit diketahui menyumbang sekitar 3,5% dari total Gross Domestic Product (GDP) nasional. Bahkan, riset terbaru dari Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan masyarakat berbanding lurus dengan berkembangnya bisnis sawit di daerah, baik dalam bentuk perkebunan skala kecil maupun industri.
Perusahaan-perusahaan seperti Sinar Mas Agro, Astra Agro, Salim Ivomas Nusantara, serta Dharma Satya Nusantara merupakan beberapa raksasa industri sawit di Indonesia dengan urutan pendapatan per 2019 sebagai berikut:
Tak hanya di dalam negeri, kekuatan bisnis sawit di Indonesia pun telah diakui dunia. Industri sawit diidentifikasi sebagai penyumbang devisa ekspor non-migas nomor satu di Indonesia, mencapai sekitar US$20 miliar (Rp300 triliun) pada 2019.
Baca Juga: Spire Insights: Transformasi TV Digital di Indonesia
Sepanjang 2020, ekspor produk sawit hampir mencapai US$23 miliar (Rp321,5 triliun) dengan volume sebesar 34 juta ton. Indonesia diperkirakan menguasai 55% pangsa pasar sawit global serta dikenal sebagai produsen dan eksportir Crude Palm Oil (CPO) nomor satu di dunia.
Data juga menunjukkan bahwa hampir 70% produk CPO domestik diekspor ke 50 negara. Bersama dengan Malaysia, Indonesia diketahui memasok sekitar 85% dari total produksi minyak sawit dunia dengan beberapa pasar terbesar, yaitu India, China, Uni Eropa, Pakistan, Timur Tengah, Bangladesh, serta Afrika.
Tak hanya itu, bisnis sawit seolah tidak lama terpengaruh pandemi layaknya sektor bisnis lain. Ini dibuktikan dengan kenaikan harga CPO yang terus melambung menjadi MYR4.458 per ton pada 27 September 2021, naik 24% sejak akhir 2020.
Peluang dan Tantangan Bisnis Sawit di Indonesia
Selain peluang yang besar dalam segi bisnis, sektor ini juga memiliki prospek yang cerah dalam pemanfaatannya untuk konsumsi dalam negeri. Melalui pengembangan program pemanfaatan sawit sebagai campuran biodiesel, yaitu B20, B30 serta B40 untuk memenuhi permintaan dalam negeri, industri sawit Indonesia diharapkan bisa membuka peluang terciptanya kedaulatan energi nasional.
Baca Juga: The Next Big Thing: Indonesia’s Digital Payment
Tak hanya energi, meningkatnya kemampuan produksi serta konsumsi produk domestik CPO Indonesia juga diharapkan dapat menciptakan ketahanan pangan negeri dengan memasok kebutuhan sawitnya sendiri.
Namun, adanya peluang yang besar bukan berarti bebas dari adanya hambatan dan tantangan. Sektor perkebunan serta industri sawit Indonesia sering kali disorot media nasional maupun internasional terkait beberapa masalah lingkungan, yakni deforestasi dan pembakaran hutan secara ilegal, kerusakan lahan gambut, serta berbagai dampak negatif terhadap konservasi keanekaragaman hayati hutan lainnya.
Masalah terkait isu sosial pun meruak dengan banyaknya kasus terkait ketenagakerjaan dan pembebasan lahan yang menyangkut Hak Asasi Manusia.
Melihat ini, pemerintah pun mengakui masalah keberlanjutan (sustainability) serta penerapan Environmental, Social and Governance (ESG) sebagai hambatan utama perkembangan perkebunan dan industri sawit di Indonesia; di mana Indonesia menduduki peringkat 36 dari 47 pasar modal dunia dalam indeks ESG. Padahal, indeks ESG suatu entitas merupakan salah satu faktor penunjang dalam menarik perhatian investor.
Baca Juga: Spire Insights: Potensi Industri Konstruksi di Indonesia
Lebih lanjut, masalah sengketa perdagangan internasional dengan Uni Eropa yang belum terselesaikan juga masih menghantui para pengusaha. Legislasi Uni Eropa mengenai pengurangan dan pelarangan penggunaan CPO sebagai bahan baku biofuel per 2030 yang berdasarkan pada tuduhan kerusakan lingkungan dan sosial di Indonesia sebagai akibat dari aktivitas sektor ini pun diprediksi akan mempengaruhi ekspor CPO Indonesia, mengingat Uni Eropa ialah salah satu tujuan pasar terbesarnya.
Selain itu, adanya tumpang tindih antara moratorium evaluasi dan perizinan perkebunan kelapa sawit—yang sampai saat ini belum jelas kelanjutannya—kelanjutannya UU Cipta Kerja (Omnibus Law) juga menambah daftar panjang masalah di sektor bisnis ini.
Kecenderungan pemerintah untuk menghasilkan peraturan yang tidak konsisten serta lemahnya penegakan hukum di Indonesia terhadap pelaku perusakan lingkungan telah menjadi salah satu kelemahan terbesar Indonesia yang masih belum bisa di atasi.
Tingginya nilai strategis dari industri sawit dalam pertumbuhan ekonomi dan lingkungan di tingkat nasional maupun internasional pun menambah urgensi serta signifikansi masalah-masalah di atas. Untuk itu, diperlukan adanya campur tangan serta atensi khusus dari pemerintah dalam menangani—atau pun setidaknya—mengurangi tantangan-tantangan tersebut.
Baca Juga: Spire Insights: Perkembangan Industri Data Center di Indonesia
Pemerintah terutama perlu lebih memperhatikan aspek ESG yang tidak hanya berdampak pada peluang investasi di Indonesia, namun juga persaingan serta penetrasi pasar produk sawit Indonesia di kancah internasional.●
Spire Research and Consulting merupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama di negara-negara berkembang. Perusahaan yang didirikan pada 2000 di Singapura ini kini memiliki kantor perwakilan di semua negara Asia Pasifik dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.
PT Spire Indonesia | Wisma BNI Lt. 25 Unit 8-10, Jalan Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 57945800 | www.spireresearch.com
You may like
-
Spire Insights: Memahami Pentingnya Integrasi Jaringan dan Keamanan IoT
-
Spire Insights: Motor Listrik Berpotensi Tumbuh Pesat di Indonesia
-
Spire Insights: Mengungkap Potensi Pasar Sanitari Kloset di Indonesia
-
Spire Insights: Tantangan Pengembangan Produk Pembiayaan pada Kios Pertanian
-
Spire Insights: Perkembangan Industri Perfilman dan Platform OTT di Indonesia
-
Spire Insights: Fenomena Artis Korea Sebagai Brand Ambassador Produk Kosmetik Indonesia
-
Spire Insights: Mengungkap Industri Ride-Hailing di Indonesia
-
Spire Insights: Kapan Kendaraan Listrik Menguasai Jalanan?
-
Optimalisasi Kolaborasi Penta-Helix untuk Ketahanan Ekonomi Berkelanjutan