Connect with us

And Others

Inilah Penyebab Ekspor Otomotif Indonesia Rendah

Published

on

  • Indonesia merupakan salah satu basis produksi otomotif di Asia Tenggara, tapi angka ekspornya masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Thailand.
  • “Kita bisanya mengekspor MPV,” sedangkan yang dibutuhkan pasar dunia adalah sedan.

 

JAKARTA – Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) memang telah mendapat pengakuan sebagai world auto show sekelas Detroit Motor Show dan Frankfurt Motor Show dari Organisationale des Constructuers d’Automobiles (OICA), organisasi produsen kendaraan bermotor internasional yang berbasis di Paris, Prancis.

Pengakuan tersebut diperoleh setelah pameran yang sudah berumur 25 tahun itu diangkap konsisten dalam menggerakkan industri otomotif nasional dan global. Alhasil, concept car dan world premier car turut dipamerkan di ajang pameran otomotif tahunan itu.

Besarnya potensi pasar membuat merek-merek dunia melirik GIIAS sebagai tempat peluncuran pertama kendaraan model terbaru mereka. Selain itu, mereka juga menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksi di Asia Tenggara. Beberapa model juga diekspor ke berbagai negara dari sini.

 

Advertisement

Baca Juga: GIIAS Menjadi Pameran Otomotif Berkelas Dunia

 

Namun demikian, jumlah ekspor otomotif Indonesia yang berjumlah 200.000 unit per tahun masih kalah jauh dengan Thailand yang mencapai 1 juta unit per tahun. Padahal, pasar ekspor negara-negara tetangga terbuka lebar. Australia, misalnya, adalah pasar yang paling dekat dengan Indonesia.

Karena paling dekat, seharusnya itu juga menjadi pasar yang besar bagi produsen-produsen otomotif Indonesia. Sebab, dari 1 juta unit permintaan mobil per tahun, semuanya berasal dari luar negeri karena Australia tidak memiliki pabrik mobil. Faktanya, tidak satu pun yang berasal dari Indonesia.

Menurut Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi, ada beberapa hal yang menyebabkan ekspor mobil Indonesia rendah. Pertama, mobil yang diproduksi Indonesia masih Euro 2, sedangkan pasar dunia sudah mematok standar Euro 4. “Kedua, pasar global mengharapkan mobil sedan, sementara yang diproduksi Indonesia kebanyakan jenis multipurpose vehicle (MPV),” katanya.

Mengapa produsen-produsen tidak mau membangun pabrik sedan? Yohannes menjelaskan bahwa mayoritas pasar Indonesia masih menyukai kendaraan MPV. “Di samping itu, pajak tidak berpihak pada kendaraan sedan. Itu yang membuat mereka tidak mau membuat pabrik sedan di sini,” ungkapnya. “Kita bisanya mengekspor MPV.”**

Advertisement

Alvito Maliki, TechnoBusiness Indonesia ● Foto-Foto: Gaikindo