Published
6 years agoon
Shenzhen dan Jakarta, TechnoBusiness ● Seorang pramulayan yang cantik sedang menjelaskan kepada seorang pengunjung yang ganteng di gerai Tiens di Distrik Luohu, Shenzhen, China, pada Jumat (3/8) siang.
Perempuan berseragam biru lengan panjang itu dengan sabar menjelaskan mengenai aneka produk, diselingi aksi coba-coba pria menggunakan fasilitas yang tersedia.
Pria itu pun sesekali memencet layar sentuh di dinding lalu memindai barcode tanda melakukan pembelian. Begitulah pengalaman pelanggan (customer experience) yang baru saja ditawarkan Tiens Group.
Baca Juga: Model O2O Terbaru Suning.com Dongkrak Penjualan 155%
Sejak 3 Agustus 2018, bertepatan dengan ulang tahun perusahaan yang ke-23, Tiens, produsen produk bioteknologi dan perawatan kesehatan global asal Tianjin, China, membuka gerai resminya yang berbasis teknologi mutakhir di Distrik Luohu, Shenzhen.
Sama seperti yang dialami seorang pria muda tadi, pelanggan yang datang ke toko tersebut akan disuguhkan pengalaman-pengalaman yang berbeda dari biasanya.
Di toko itu, kecanggihan teknologi dan kemudahan pembayaran menjadi sajian utama. Tiens menyadari pembukaan gerai pertamanya di dunia itu untuk mengikuti kehendak konsumen yang semakin melek teknologi.
Di satu area itu, para pelanggan memungkinkan menjelajahi dunia Tiens Group lengkap dengan produk-produk yang ditawarkan. Pengalaman tersebut merupakan satu lompatan mengingat biasanya konsumen hanya mendengar penjelasan secara konvensional dari para downline sebagai konsekuensi model multilevel marketing.
Baca Juga: Strategi AirAsia Dorong Pertumbuhan Lewat Data
Salah satu bisnis Tiens memang multilevel marketing, terutama melalui anak perusahaannya Tianshi International Holdings Group Limited. Bahkan, karena berhubungan langsung dengan pelanggan, Tianshi yang memasarkan 1.100 produk ke 190 negara lebih dikenal ketimbang Tiens. Meskipun antara Tiens dan Tianshi memasarkan produk yang sama.
Head of Global Strategic Planning and Operations Tiens Group Peggy Liu (Liu Yu) mengatakan sejak 23 tahun lalu Tiens memang dirintis untuk menjalankan inovasi dan mengusung strategi “One Body, Multiple Wings” ke berbagai belahan dunia.
“Kini, kami menghadirkan filosofi tersebut kepada para konsumen lewat Tiens Experience Store,” ungkap Peggy dalam keterangan resminya. “Bagi ribuan konsumen global kami, toko ini menandai awal dari era ‘Fusin Lifestyle Era’, dengan memakai teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup kita semua.”
Itu berarti pula menjadi jenjang tertinggi dari kegigihan inovasi Tiens selama ini. Zhang Zhongtao, Presiden Tiens Group untuk China Raya, mengatakan, “Di bawah arahan chairman kami Li Jinyuan dan strategi ‘One Body, Multiple Wings’, Tiens menciptakan sebuah model untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik.”
Baca Juga: Strategi Menghadapi Era Digital dengan 3C
Mudah-mudahan penawaran pengalaman baru berbasis teknologi itu juga menjadi model yang mengantarkan Tiens lebih baik masa depannya. Sebab, meski tampak besar, rupanya Tiens belum ada apa-apanya dibanding perusahaan multilevel marketing global lainnya. Bahkan, masuk 10 besar pun tidak.
Merujuk pada data Top 100 Network Marketing Companies 2017 yang dirilis Direct Selling News, 10 besar perusahaan multilevel marketing didominasi oleh 4 perusahaan Amerika, 3 dari China, 2 dari Jerman, dan satu dari Brazil. Sayangnya, Tiens/Tianshi tidak termasuk tiga perusahaan dari China tersebut.
Ke-10 perusahaan multilevel marketing terbesar berdasarkan pendapatan pada 2017 menurut Direct Selling News antara lain: (1) Amway, Amerika Serikat, dengan pendapatan US$8,80 miliar; (2) Avon, Amerika Serikat, US$5,70 miliar; (3) Herbalife, Amerika Serikat, US$4,50 miliar; (4) Vorwerk, Jerman, US$4,20 miliar.
Lalu, (5) Mary Kay, Jerman, US$4,50 miliar; (6) Infinitus, China, US$3,41 miliar; (7) Perfect, China, US$3,06 miliar; (8) Quanjian, China, US$2,89 miliar; (9) Natura, Brazil, US$2,26 miliar; dan (10) Tupperware, Amerika Serikat, US$2,21 miliar.
Baca Juga: Jumienten, Chatbot Canggih dari Sprint Asia Technology
Lantas, berapa peringkat Tiens? Menurut Direct Selling News, Tiens/Tiansi berada di urutan ke-32 dengan pendapatan sebesar US$695 juta. Jadi, masih butuh upaya keras untuk meningkatkan pendapatan hingga masuk ke-10 besar perusahaan multilevel marketing global, apalagi nangkring di posisi teratas.
Jeffrey Bahar, Group Deputy CEO Spire Research and Consulting, perusahaan riset dan konsultasi pasar yang berbasis di Tokyo, Jepang, berpendapat bahwa bisnis multilevel marketing memiliki persaingan yang cukup ketat. Bisnis tersebut didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang, baik secara permodalan, pendapatan, dan model bisnis, sudah sangat kuat.
“Oleh karena itu, Tiens atau perusahaan lain yang sejenis betul-betul harus memerhatikan pergerakan Revolusi Industri 4.0 yang terjadi belakangan ini,” ungkapnya kepada TechnoBusiness Indonesia di Jakarta, Selasa (28/8). “Sebab, dengan menerapkan keunggulan Industri 4.0, perusahaan menjadi lebih efisien yang ujung-ujungnya pendapatannya meningkat.”
Jeffrey menegaskan, penggunaan teknologi mutakhir, termasuk dalam memanjakan konsumen, jelas sudah menjadi satu keharusan bukan pilihan. Apalagi konsumen semakin milenial. “Membuka gerai yang sarat teknologi canggih seperti yang dilakukan Tiens, meski bukan sesuatu yang wah saat ini, tapi itu sangat diperlukan demi mempertahankan pelanggan,” ujarnya.
Baca Juga: 10 Perusahaan Internet dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar
Kalau sudah begitu, satu gerai saja tidaklah cukup. Gerai dengan standar yang sama harus dibuka di berbagai kota di dunia. Jika itu dilakukan, barangkali bisa menjawab pertanyaan banyak orang mengapa Tiens menutup supermarket-supermarket BannerStore miliknya di Negeri Tirai Bambu seperti diberitakan China Retail News pada Oktober 10 tahun lalu.
Semua orang tahu bahwa BannerStore pertama Tiens dibuka di kota asalnya, Tianjin, pada Februari 2007. Pada Desember 2006, Presiden Tiens Group Li Jinyuan mengumumkan akan membuka 400 gerai dalam tiga tahun ke depan dan menjadi 4.000 gerai pada 2010. Perusahaan pun telah menyiapkan investasi sebesar US$250 juta.
Nyatanya, langkah membangun ribuan gerai itu terhenti dan, kini, dicoba lagi dengan pengalaman konsumen yang berbeda. Akankah berhasil? Kita tunggu saja bagaimana kelangsungannya. Bagaimna pula nasib Tiens yang sebentar lagi berusia seperempat abad.●
—Zhang Ju (China) dan Intan Wulandari (Indonesia), TechnoBusiness/PRN ● Foto: Tiens Group
ABB Memenangkan Proyek Kelistrikan di Indonesia Senilai US$40 Juta
Jadilah yang Pertama Memainkan Black Desert Online
Inilah Daftar Destinasi Wisatawan Indonesia Terpopuler versi Airbnb
CEO Confidence Rebounds
Toys Testing Laboratory Jadi Penguji Standar Mainan di Indonesia
Boeing dan Embraer Bahas Kemungkinan Kolaborasi Potensial
Singapore Airlines Bangun Pusat Pelatihan Penerbangan Baru
Google Masuk Tiga Besar Perusahaan Idaman Profesional Keuangan
Mengenal Lima Teknologi Baru di Industri Real Estate