Published
6 years agoon
Huayou Cobalt siap menginvestasikan hingga US$1,83 miliar untuk membangun smelter nikel di Indonesia.
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Demi meningkatkan nilai tambah produk pertambangan di Tanah Air, holding industri pertambangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan memperkuat hilirisasi.
Untuk mewujudkannya, Inalum akan menggandeng mitra-mitra strategis, salah satunya Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd. (SHA: 603799), produsen material baterai kendaraan listrik terbesar di dunia asal China.
Baca Juga: Indonesia di Mata Investor Jepang
Dengan menggandeng Huayou Cobalt, kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Inalum memiliki akses teknologi untuk hilirisasi.
“Sehingga ke depan industri pengolahan tambang domestik bisa berkembang dan memberikan lebih banyak nilai tambah, dan nilai ekspor produk tambang Indonesia bisa melesat,” ungkap Rini dalam kunjungan kerjanya ke China akhir pekan lalu.
Huayou Cobalt, lanjut Direktur Utama Inalum Budi G. Sadikin, digandeng karena telah berpengalaman dalam hilirisasi tambang. Huayou ahli di bidang pengolahan mineral cobalt, nikel, dan lithium terintegrasi dan sukses menjalankan hilirisasi tambang di negaranya.
Baca Juga: Qantas Pelopori Penerbangan Bebas Sampah di Dunia
Kebetulan, sejak pertengahan tahun lalu, Huayou Cobalt berencana membangun smelter nikel di Indonesia demi memenuhi kebutuhan pasokan material baterainya. Perusahaan tersebut siap menginvestasikan US$1,83 miliar.
“Semoga penjajakan ini dapat menghasilkan kerja sama yang konkrit untuk memajukan industri hilirisasi tambang di Indonesia,” ungkap Presiden Direktur Huayou Cobalt Chen Zuehua dalam siaran persnya.●
—Ivan Darmawan, TechnoBusiness ID ● Foto: Inalum