Published
7 years agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Layanan teknologi finansial (financial technology/fintech) di Indonesia tumbuh bak “jamur di musim hujan”. Berdasarkan data Asosiasi Fintech Indonesia, jumlah penyedia layanan fintech nasional sampai saat ini sudah mencapai 124 startup.
Baca Juga: Uber pun Akhirnya Menyerah dari Pasar Asia
Oleh karena itu, sekalipun pasarnya besar, kolaborasi antar-fintech dan lembaga keuangan tradisional menjadi penting.
“Kolaborasi antara fintech dan lembaga tradisional [bank] menjadi wajib untuk sekarang dan di masa depan,” ungkap Handojo Triyanto, Manajer Riset Senior IDC Financial Insight, di Jakarta, Selasa (29/3).
Kolaborasi itu, baik secara operasional maupun investasi, bertujuan untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan. “Di masa depan, pasar fintech Indonesia akan berkonsolidasi dengan kolaborasi, merger, dan akuisisi. Itu sudah terjadi karena Go-Pay mengakuisisi Midtrans, Kartuku, dan Mapan,” ungkapnya.
Di samping itu, potensi pasar yang besar juga tengah dilirik oleh pemain-pemain global seperti Google, Alibaba, Tencent, dan lain sebagainya. Masuknya raksasa itu melalui akuisisi dan lain sebagainya membuat peta konsolidasi itu semakin nyata.●
—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID ● Foto-Foto: IDC, Hayes Culleton
Boost Milik Axiata Ingin Berdayakan 77,6% UMKM di Indonesia
Alokasi Pendanaan Amartha pada 2021 Dipatok Rp2,6 Triliun
Kemkominfo Blokir 4.020 Fintech Ilegal Sepanjang 2018-2019
Luar Biasa, Ternyata Hampir 2.000 Fintech Ilegal
Tarik Pendanaan Global, Fintech Indonesia Kalah dari Vietnam
Faktor Kunci Fintech Singapura Unggul dalam Pendanaan Global
Praktik Buruk Bisa Pengaruhi Bisnis Fintech
Fintech Pekerja Migran Ini Dapat Pendanaan Senilai US$12 Juta
Mengenal Crowde, Platform untuk Permodalan Petani