TechnoBusiness News
Duh, 61 Perusahaan di Asia Pasifik Terserang Ransomware 2.0!
Published
4 years agoon
Sebanyak 61 perusahaan di Asia Pasifik terserang Ransomware 2.0, lebih berbahaya dari sekadar pencurian data.
Jakarta, TechnoBusiness ID • Kaspersky, perusahaan keamanan siber global asal Rusian, menyatakan setidaknya 61 perusahaan di wilayah Asia Pasifik tahun ini mengalami serangan Ransomware 2.0.
Baca Juga: Hyundai Motor Akuisisi Boston Dynamics Senilai US$1,1 Miliar
Ransomware 2.0 yaitu jenis serangan yang tidak sekadar mencuri data perusahaan atau organisasi, tapi juga memanfaatkan reputasi digital untuk memaksa korban membayar uang tebusan.
Menurut Director of Global Research and Analysis Team (GReAT) Kaspersky Asia Pasifik Vitlaly Kamluk, dari 61 perusahaan yang terserang Ransomware 2.0 itu, Australia dan India mencatatkan jumlah insiden terbanyak.
Jumlah sebanyak itu baru di Asia Pasifik saja, belum termasuk di dunia. “Dalam beberapa kasus, kelompok Ransomware Maze mengaku sebagai aktor di balik insiden dan memublikasikan data curian dari perusahaan yang diserang,” kata Kamluk.
Baca Juga: UMKM Bisa!, Strategi Visa-Gojek Dorong Pertumbuhan UMKM
Kelompok Ransomware Maze tergolong grup yang paling aktif mengancam dan merusak. Kaspersky mengatakan kelompok tersebut dibentuk saat musim panas 2019.
Mereka membutuhkan waktu sekitar setengah tahun untuk mempersiapkan dan meluncurkan kampanye skala penuh untuk menyerang banyak bisnis.
Korban pertama muncul pada November 2019 ketika Ransomware Maze membocorkan sebanyak 700 MB data internal korban secara online.
Baca Juga: 5 Tips Berbelanja Saat Liburan yang Perlu Anda Perhatikan
Dari 61 perusahaan yang terserang Ransomware 2.0 itu, Australia dan India mencatatkan jumlah insiden terbanyak.
Setelah itu, banyak kasus lain menyusul dan dalam setahun Maze telah berhasil membobol 334 perusahaan dan organisasi. “Ini salah satu kelompok yang mulai menggunakan ‘taktik penekanan’ [pressure tactics],” jelas Kamluk.
Taktik penekanan yang dimaksud Kamluk adalah biasanya para pelaku kejahatan siber mengancam akan membocorkan sebagian besar data sensitif yang dicuri dari sistem perusahaan ke publik melalui situs web mereka.
“Pemberian tekanan sebagai taktik adalah ancaman yang serius bagi organisasi, baik publik maupun swasta,” kata Kamluk. “Serangan ini memainkan reputasi digital perusahaan sebagai ancaman.”
Baca Juga: Adobe Hentikan Adobe Flash Player per 31 Desember 2020
Hampir setengah (48%) responden pun mengaku menghindari perusahaan yang terlibat skandal atau mendapat liputan berita negatif secara online.
Kelompok Ransomware Maze memang sudah mengumumkan telah menutup aktivitasnya, tapi kelompok tersebut juga menjadi pemicu awal dari tren taktik penekanan.
Baca Juga: Blibli Histeria 12.12 Meriahkan Harbolnas, Cek Promonya
Mereka menyadari bahwa serangan ransomware bertarget yang berhasil merupakan krisis PR yang dapat merusak reputasi perusahaan—offline dan online.
Seperti kita ketahui, selain kerugian finansial, memperbaiki nama baik perusahaan adalah tugas yang sulit dilakukan. “Itulah sebabnya, entitas publik perlu menjaga keamanan mereka dengan serius,” ujar Kamluk.•
—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID • Foto: Pixabay, Kaspersky
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.